Mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid, melakukan simulasi pencontrengan saat berlangsung kampanye putaran terakhir di Gelora 10 November, Surabaya, Minggu (5/4). ANTARA/Saiful Bahri
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Syariah PKS Surahman Hidayat menegaskan bahwa sejak awal berdiri, partainya mengusung konsep partai kader. Dibandingkan ketika awal dideklarasikan pada Juli 1998, Surahman menilai partainya sekarang lebih modern dari aspek teknis dan administratif.
Untuk menjamin kadernya militan, pengurus PKS mengharuskan setiap kader intinya memiliki halaqoh atau pengajian beranggotakan 18-20 orang. Selain itu, pengajian rutin juga harus dihadiri oleh para kader.
"Menurut disertasi S3 Pramono Anung di Unpad, yang bisa digolongkan partai kader sejati itu hanya dua: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan PKS," kata Surahman. "Ini partai kader yang ideologis," katanya lagi.
Untuk menjamin ideologi partai dipahami para kader, Surahman menegaskan mereka punya agenda pengajian rutin. Agendanya: tilawah (mengaji), tadabur ayat Alquran (mengkaji), kemudian ada tausyiah (nasihat) tentang perkembangan politik nasional dari perspektif Islam.
"Kami adakan sering, kadang lebih sering dari sepekan sekali," katanya. Frekuensi pertemuan harus intens, kata Surahman, untuk menebalkan iman kader PKS. "Godaan di dunia politik amat tinggi," katanya. Kasus suap daging impor yang melibatkan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq bisa jadi buktinya.
PSI Depok Gaungkan Kaesang, PKS: Mereka Butuh Tokoh untuk Mendongkrak Suara
23 Mei 2023
PSI Depok Gaungkan Kaesang, PKS: Mereka Butuh Tokoh untuk Mendongkrak Suara
Bendahara Umum DPD Partai Keadilan Sejahtera atau PKS Depok Ade Supriyatna menilai semua pihak boleh melempar sosok tokoh dan mengusulkan kandidat Wali Kota Depok pada Pilkada 2024.