Presiden Susilo bambang Yudhoyono. TEMPO/Seto Wardhana
TEMPO.CO, Depok - Sikap Ketua Dewan Pembina Partai DemokratSusilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat dinilai tepat oleh mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. "Bagus. Karena ada ketegasan," kata Kalla seusai menerima gelar Doctor Honoris Causa (DHC) Bidang Kepemimpinan di Universitas Indonesia (UI), Depok, Sabtu, 9 Februari 2013.
Pengambilalihan pimpinan yang disampaikan SBY secara tidak langsung menandakan penonaktifan Ketua Umum partai berlambang mercy itu, Anas Urbaningrum.
Menurut Kalla, pengambil alihan kepemimpinan oleh SBY merupakan langkah untuk mempercepat penataan partai itu. Namun, Kalla enggan berkomentar lebih lanjut dengan alasan masalah internal partai. "Itu permasalahan internal partai," katanya. Disinggung mengenai pemilihan presiden 2014, Kalla mengatakan, "lihat saja nanti."
Kalla juga mengomentari masalah pejabat negara yang loyalitasnya terbagi. Kalla mengatakan itu memang konsekwensi dari pejabat yang dipilih dari partai politik. Hal itu bahkan terjadi di semua negara.
Namun dia meminta supaya pejabat negara seharusnya meninggalkan loyalitasnya kepada partai setelah dia menjabat."Menteri dan lainnya harus melepas loyalitas partai ketika mengurus bangsa," kata Kalla.
Karena adanya dua loyalitas itu, kata Kalla, para politikus harus bisa membagi waktu dan menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan lain. "Biasanya kalau untuk mengurus partai itu malam," katanya.