Memotret Angkringan dan Pekerja Seks Giwangan

Reporter

Rabu, 19 Desember 2012 05:14 WIB

TEMPO/ Gunawan Wicaksono

TEMPO.CO, Yogyakarta--Perempuan-perempuan bercelana pendek memutari angkringan di kawasan Terminal Giwangan. Pahanya gempal. Sembari menyilangkan kaki, mereka cekikikan. Siang terik tak menyurutkan usaha menarik perhatian orang yang lewat.

Angkringan menjadi semacam etalase bagi para pekerja seks. Ada pengunjung yang sekadar mampir. Ada pula yang menawar hingga terjadi kesepakatan harga. "Tawar menawar dimulai di angkringan. Pelanggan mulai dari anak SMP, mahasiswa, hingga orang-orang tua," tutur Layu (nama samaran) kepada Tempo, Senin, 18 Desember 2012.

Perempuan 45 tahun ini menjadi pekerja seks sejak 2005. Saat ini, ia masih sering melayani pelanggan tetapnya saat suaminya bepergian. "Dikatakan berhenti jadi pekerja seks ya tidak karena saya masih melayani pelanggan tetap,” katanya.

Layu yang berputra satu aktif sebagai anggota "Surti Berdaya", komunitas pekerja seks Terminal Giwangan. Surti Berdaya menurutnya berarti ngisor jati jaya. “Kami namakan Surti Berdaya karena anggota kami ingin berdaya hingga meraih kesuksesan,” katanya.

Ia menuturkan di kawasan Terminal Giwangan terdapat 200 pekerja seks dengan umur rata-rata 25-50 tahun. Setiap malam, mereka menyebar di kawasan jalan lingkar Utara dan Selatan sekitar terminal.

Dari seluruh pekerja seks, hanya 50 yang sudah menjadi anggota komunitas "Surti Berdaya". Sisanya masih sulit diajak bergabung dengan alasan sering pindah karena taut dirazia aparat keamanan. "Mereka susah diajak gabung ke dalam komunitas karena khawatir waktunya tersita. Ada yang bekerja non stop atau siang malam melayani pelanggan setiap harinya," katanya.

Keberadaan komunitas, kata dia, penting karena memiliki beragam kegiatan, seperti penyuluhan kesehatan bahaya HIV Aids yang melibatkan PKBI, arisan, simpan pinjam. Sebagai bentuk solidaritas antar sesama, para pekerja seks juga seringkali membantu temannya yang berkesusahan, misalnya ada yang meninggal dunia. "Kalau ada yang tertangkap satpol PP, kami akan mendampingi hingga ke persidangan. Memang merepotkan. Tetapi ya itulah risiko kami menjadi pekerja seks," katanya.

Mereka yang tergabung dalam komunitas bahkan seringkali berbagi tentang pengalaman ketika menerima perlakuan kasar hingga tak dibayar para pelanggan. "Ya kami sering curhat tentang perilaku pelanggan yang bermacam-macam," ujar dia.

Layu berkisah para pekerja seks banyak mengalami kekerasan psikis maupun fisik dari pelanggan. Pada 2007, ia pernah menerima perlakuan kasar dari seorang pelanggan di bawah pengaruh minuman keras. Kala itu, ia melayani pelanggan di sebuah hotel dengan kesepakatan transaksi pembayaran sebesar Rp200.000. "Pemabuk itu meminta saya melayani lebih dari satu jam. Karena tidak sesuai perjanjian, saya tidak mau. Lalu dia menampar saya," ucap dia.

Pengalaman buruk Layu yang lain adalah tak dibayar sesuai kesepakatan oleh seorang pelanggan. Layu hanya dibayar Rp50.000 dari kesepakatan sebesar Rp200.000. "Lha kalau tak dibayar utuh saya tak akan dapat uang. Saya harus bayar Rp50.000 ke hotel," katanya.

Menurut dia, para pekerja seks lain di kawasan Giwangan senasib dengan dirinya. Mereka yang bertarif Rp150.000 hanya dibayar separuh harga. Selain itu, mereka harus menanggung risiko dirazia saat menawarkan diri di pinggir jalan.

Layu kini mencoba berdaya dengan menjual kosmetik di kos-kos yang ditempati para pekerja seks di Giwangan. Selain Layu, beberapa pekerja seks yang sudah berumur tua kini bekerja di pabrik rokok, menjahit, dan membuka warung-warung kecil. "Biarlah yang muda-muda yang melayani pelanggan karena kami sudah tua dan tak laku," katanya.

Para pekerja seks yang tinggal di kos-kos di Giwangan, kata dia selama ini hidup damai berdampingan dengan masyarakat kampung sekitar. Kadangkala mereka diundang dalam acara-acara kampung.

Pemilik angkringan kawasan Giwangan, Bunga (nama samaran) mengatakan ia menyewakan dua kamar di rumahnya untuk para pekerja seks dan pelanggan. Ia meneruskan usaha menyewakan kamar dari orang tuanya yang dulu berada di sebelah barat pom bensin kawasan Giwangan. Orang tuanya menyewakan kamar sejak 1974.

Bunga mengatakan ingin beralih ke pekerjaan lain yang lebih layak. Namun, biaya kebutuhan hidup yang semakin banyak membuatnya tak sanggup meninggalkan pekerjaan itu. Penghasilannya menjual angkringan hanya Rp 40.000 dalam semalam.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Prostitusi Online di Karawaci Beroperasi di Bulan Ramadan, Remaja Ditawarkan dengan Tarif Rp 500 Ribu

47 hari lalu

Prostitusi Online di Karawaci Beroperasi di Bulan Ramadan, Remaja Ditawarkan dengan Tarif Rp 500 Ribu

Prostitusi online ini dikelola pasangan suami istri dari sebuah rumah dua lantai di Karawaci Tangerang.

Baca Selengkapnya

Pasutri Buka Prostitusi Online di Karawaci Tangerang, Eksploitasi Dua Remaja di Bawah Umur

47 hari lalu

Pasutri Buka Prostitusi Online di Karawaci Tangerang, Eksploitasi Dua Remaja di Bawah Umur

Polsek Karawaci membongkar praktik prostitusi online yang dikelola oleh pasangan suami istri. Mereka menjajakan dua remaja di bawah umur.

Baca Selengkapnya

KKP dan UGM Sepakati Kerja Sama Bidang Kelautan

57 hari lalu

KKP dan UGM Sepakati Kerja Sama Bidang Kelautan

Kerja sama melibatkan sejumlah fakultas di UGM.

Baca Selengkapnya

Hampir 1.000 Pegawai UGM Terima Penghargaan Purnabakti dan Kesetiaan

18 Januari 2024

Hampir 1.000 Pegawai UGM Terima Penghargaan Purnabakti dan Kesetiaan

Sebanyak 907 dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan Universitas Gadjah Mada atau UGM menerima penghargaan kesetiaan dan purnabakti.

Baca Selengkapnya

5 Sikap UGM Terkait Surat Edaran Larangan LGBT Dekan Fakultas Teknik

29 Desember 2023

5 Sikap UGM Terkait Surat Edaran Larangan LGBT Dekan Fakultas Teknik

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Wening Udasmoro, menegaskan UGM telah memiliki sikap dan posisi yang tegas terkait hal itu.

Baca Selengkapnya

KPAI Desak Kementerian Kominfo Tutup Aplikasi yang Berpotensi Munculkan Prostitusi Anak

13 Oktober 2023

KPAI Desak Kementerian Kominfo Tutup Aplikasi yang Berpotensi Munculkan Prostitusi Anak

Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI mendesak Kementerian Kominfo menutup aplikasi yang yang dijadikan jejaring prostitusi anak.

Baca Selengkapnya

Heboh Beras Plastik, Pakar di UGM Jelaskan Mengapa Nasi Bisa Memantul

11 Oktober 2023

Heboh Beras Plastik, Pakar di UGM Jelaskan Mengapa Nasi Bisa Memantul

Wakil Ketua Pusat Halal UGM Nanung Danar Dono menyebut informasi yang beredar di media sosial terkait peredaran beras plastik adalah hoaks.

Baca Selengkapnya

Kasus Prostitusi Anak Mami Icha, Polisi Tunggu Hasil Analisis Uji Lab Barang Bukti

4 Oktober 2023

Kasus Prostitusi Anak Mami Icha, Polisi Tunggu Hasil Analisis Uji Lab Barang Bukti

Penyidik juga akan melibatkan tiga ahli dalam kasus prostitusi anak online yang dilakukan muncikari Mami Icha itu.

Baca Selengkapnya

Kasus Prostitusi Online Mami Icha, Polisi Selidiki Dugaan Pemalsuan Registrasi Nomor Telepon Korban

4 Oktober 2023

Kasus Prostitusi Online Mami Icha, Polisi Selidiki Dugaan Pemalsuan Registrasi Nomor Telepon Korban

Keterangan 21 anak korban prostitusi online Mami Icha diperlukan untuk menguak lebih dalam dugaan tindak pidana yang terjadi.

Baca Selengkapnya

Kasus Prostitusi Anak Mami Icha, Polisi Segera Periksa Saksi Ahli Pidana dan Pornografi

1 Oktober 2023

Kasus Prostitusi Anak Mami Icha, Polisi Segera Periksa Saksi Ahli Pidana dan Pornografi

Polisi segera memeriksa saksi ahli pidana dan pornografi untuk kasus prostitusi anak yang dilakukan muncikari berinisial FEA alias Mami Icha.

Baca Selengkapnya