Petugas menyemprot desinfektan pada kandang ayam milik warga Kelurahan Tamanan, Kecamatan Bugulkidul, Kota Pasuruan, Jawa Timur, Jumat (17/2). ANTARA/Musyawir
TEMPO.CO, Kediri - Pemerintah Kabupaten Kediri mengaku tak memiliki anggaran untuk menangani wabah flu burung. Pemerintah beralasan kemunculan penyakit ini tak terduga, sementara anggaran sudah habis menjelang akhir tahun. (Baca juga: Flu Burung Bunuh Ratusan Itik di Jepara)
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten Kediri, Apriati Dwiwin, mengatakan, kemunculan wabah ini sama sekali di luar perkiraan. Apalagi itik dikenal memiliki ketahanan tubuh lebih kuat dibandingkan dengan jenis unggas lainnya. "Kami tak mengira ada kasus ini," katanya, Rabu, 12 Desember 2012.
Saat ini Dinas Peternakan hanya bisa melakukan penanganan sekedarnya, seperti memberikan sedikit disinfektan kepada peternak dan sosialisasi penanganan standar flu burung. Dinas menyatakan tak memiliki dana untuk pengadaan disinfektan massal karena anggaran habis.
Apriati menambahkan, karena itu seluruh upaya penanganan virus ini diserahkan kepada peternak sendiri dengan biaya masing-masing. Pemerintah hanya bisa mengimbau agar mengikuti kaidah penanganan flu burung seperti membersihkan diri saat keluar-masuk kandang dan membakar bangkai itik yang mati. Apriati juga hanya bisa meminta peternak untuk tidak menjual atau memusnahkan itik yang terinfeksi karena tidak ada skema penggantian dari pemerintah. "Kalau insiden ini terjadi bulan Juli, kami masih bisa mengalokasikan," kata dia.
Saat disinggung mengenai jenis virus yang melanda para peternak ini, Apriati mengaku belum tahu. Hasil penelitian Balai Besar Veteriner Yogyakarta baru keluar hari Jumat depan untuk memastikan apakah ini flu burung yang bermutasi atau tidak.
Berdasarkan pantauan Tempo, para peternak melakukan hal-hal yang berbahaya. Mereka tetap menjual itik-itik yang terinfeksi dengan dalih tak mau menderita kerugian yang lebih besar. Selama ini itik-itik dari Kediri dipasok ke Solo dengan harga yang miring. Jika sebelumnya harga itik sehat dipatok Rp 35.000 per ekor di tingkat pengepul, saat ini hanya dihargai Rp 29 ribu untuk bobot yang sama.
"Itik yang kurus diobral murah," kata Tawaji, pemilik peternakan di Desa Tegalan, Kediri. Dia sendiri meyakini penyakit itu tidak menular ke manusia. Karena itu, setiap orang bebas keluar-masuk peternakannya tanpa melalui proses sterilisasi.