Film Pengkhianatan G30S/PKI di Mata 'Soeharto'  

Reporter

Editor

Grace gandhi

Sabtu, 29 September 2012 11:15 WIB

Amaroso Katamsi, yang berperan sebagai Suharto, dalam film G30S/PKI. Dok. TEMPO. Maman Samanhudi.

TEMPO.CO, Jakarta - Rabu, 30 September 1998, adalah hari terakhir pemutaran film Pengkianatan G30S/PKI. Selama masa Orde Baru, film tentang Gerakan 30 September (1965) ini merupakan film wajib diputar setiap 30 September, jelang 1 Oktober. Tapi, Menteri Penerangan Yunus Yosfiah memutuskan film yang diproduksi pada 1984 ini tidak akan diputar atau diedarkan lagi. Juga film-film Janur Kuning (1979) dan Serangan Fajar (1981). Alasannya, karena berbau rekayasa sejarah dan mengkultuskan seseorang presiden.

Lalu, bagaimana film ini di mata Amoroso Katamsi yang dalam film itu berperan sebagai Soeharto muda?

“Film itu adalah film yang bagus, bukan karena saya sebagai pemainnya ya, tapi itu diakui banyak orang bahwa bagus dari aspek seni,” ujar Amoroso, pemeran Soeharto dalam film Pengkhianatan G30S/PKI ketika ditemui, Rabu, 26 September 2012.

Sebagai aktor, pria yang saat ini berusia 72 tahun ini tak punya pretensi apa pun terhadap kejadian pada 30 September 1965. “Saya hanya bermain sebaik mungkin. Begitu pula Arifin C. Noer sebagai sutradara, jadi sutradara sebaik mungkin,” katanya.

Kini, ketika masa berganti dan era kebebasan berekspresi pun datang, banyak yang mengecam isi film. Amoroso tak menampik bahwa ada muatan politik dari film tentang pembunuhan tujuh jenderal revolusi itu. “Karena film ini sengaja dibuat untuk memberi tahu rakyat bagaimana peran PKI saat itu. Jadi memang ada semacam muatan politiknya,” ujar dia.

Sebagai sosok yang mengalami masa pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru, Amoroso tak bisa menyatakan kebenaran isi film yang berfokus di Lubang Buaya itu. “Kalau dikatakan ini tidak betul, tergantung siapa yang ngomong,” ujar dokter kesehatan jiwa ini. Sebab, dalam politik, menurut dia, benar atau salah itu tidak pernah mutlak.

“Tapi kalau tanya saya yang mengalami sendiri, ya benar PKI (Partai Komunis Indonesia) itu seperti yang digambarkan dalam film,” ujar ayah dari penyanyi Aning Katamsi ini.

Semasa kejadian 30 September 1965, Amoroso adalah seorang aktivis yang tergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam di Yogyakarta. Organisasinya waktu itu dilarang banyak beraktivitas oleh partai yang dipimpin Dipo Nusantara Aidit.

“Saya juga bergabung dengan Manifes Kebudayaan (Manikebu). Orang Manikebu itu kalau mau pentas saja susah,” ujar dia. Jadi, memang diakuinya aktivitas PKI seperti yang ditunjukkan dalam film.

Sejarahwan Hilmar Farid mengakui kehebatan film yang diluncurkan pada 30 September 1984. “Saya sendiri, sewaktu masih sekolah, dua kali digiring untuk menonton film itu,” ujar dia melalui surat elektronik. Awalnya, ia takjub. “Karena tidak banyak film Indonesia yang kualitasnya seperti itu.”

Tapi ketika menonton kedua kalinya, Hilmar justru bersikap kontras. “Saya sudah jauh lebih kritis dan ikut tertawa ketika ada orang yang tidur mendengkur keras dalam bioskop.”

DIANING SARI





Berita Terkait:
Pengorbanan Umar Kayam Perankan Soekarno

Film Pengkhianatan G 30 S/PKI di Mata Para Sineas

Komentar Soeharto Usai Lihat Film G 30 S

Film Pengkhianatan G 30 S/PKI, Dicerca dan Dipuji

Sosok ''Dalang'' G30S PKI

Advertising
Advertising

Berita terkait

Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

18 November 2023

Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

Anies Baswedan mengatakan, pihaknya memahami betul bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang berdasar Pancasila.

Baca Selengkapnya

Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

28 September 2023

Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

Menjelang meletusnya G30S 1965, situasi politik sangat tegang. PKI dan TNI bersitegang soal angkatan kelima.

Baca Selengkapnya

Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

5 Mei 2023

Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

Pemikiran Karl Marx dituangkan pada sejumlah buku, dua di antaranya adalah Das Kapital dan Communist Manifesto.

Baca Selengkapnya

Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

26 Februari 2023

Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

Tan Malaka salah satu pahlawan nasional, dengan banyak nama. Pemikirannya tentang konsep bangsa Indonesia diserap Sukarno - Hatta.

Baca Selengkapnya

Anwar Ibrahim Jamin Tak Akui LGBT, Sekularisme, Komunisme di Pemerintahannya

7 Januari 2023

Anwar Ibrahim Jamin Tak Akui LGBT, Sekularisme, Komunisme di Pemerintahannya

PM Malaysia Anwar Ibrahim menegaskan tak akan menerima LGBT, sekularisme, dan komunisme di pemerintahannya. Ia mengatakan telah difitnah.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Sebut Pasal 188 RKUHP Tak Akan Cederai Kebebasan Berpendapat

29 November 2022

Pemerintah Sebut Pasal 188 RKUHP Tak Akan Cederai Kebebasan Berpendapat

Juru Bicara Tim Sosialisasi RKUHP, Albert Aries mengatakan pasal 188 tidak akan mencederai kebebasan berpikir dan berpendapat.

Baca Selengkapnya

Perlu Tafsir Ketat Soal Larangan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila di RKUHP

29 November 2022

Perlu Tafsir Ketat Soal Larangan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila di RKUHP

Anggota DPR Komisi Hukum Fraksi Partai NasDem, Taufik Basari, menilai perlu ada tafsir ketat terhadap pasal 188 RKUHP.

Baca Selengkapnya

5 Situasi Menjelang G30S, Pertentangan TNI dan PKI Makin Memanas

26 September 2022

5 Situasi Menjelang G30S, Pertentangan TNI dan PKI Makin Memanas

G30S menjadi salah satu peristiwa kelam perjalanan bangsa ini. Berikut situasi-situasi menjadi penyebab peristiwa itu, termasuk dampak setelah G30S.

Baca Selengkapnya

Draf RKUHP: Ingin Ganti atau Tiadakan Pancasila Diancam 5 Tahun Penjara

11 Juli 2022

Draf RKUHP: Ingin Ganti atau Tiadakan Pancasila Diancam 5 Tahun Penjara

RKUHP juga menyebut penyebaran ideologi komunisme atau marxisme-leninisme juga diancam penjara, kecuali belajar untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Hari Lahir Pancasila Jadi Hari Libur Nasional?

1 Juni 2022

Sejak Kapan Hari Lahir Pancasila Jadi Hari Libur Nasional?

Pemerintah belakangan menetapkan Hari Lahir Pancasila sebagai hari libur nasional. Sejak kapan hal tersebut berlaku?

Baca Selengkapnya