TEMPO.CO, Jakarta - Panglima Tentara Nasional Indonesia Laksamana Agus Suhartono mengakui bahwa pembelian helikopter serbu memang telah diagendakan TNI Angkatan Darat sesuai dengan kebutuhan dalam pembangunan MEF (Minimum Essential Force). "Heli serbu itu bermacam-macam. Ada Apache, ada Black Hawk, dan negara-negara lain juga mengeluarkan (jenis heli ini)," kata dia di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Ahad, 23 September 2012.
Namun, saat ini, menurut Agus, pembelian helikopter serbu tersebut sedang dikaji oleh TNI Angkatan Darat untuk mengetahui pilihan terbaik bagi mereka. "Apakah Apache atau Black Hawk? Saya serahkan sepenuhnya kepada TNI Angkatan Darat untuk mengkaji dan menentukan pilihannya," ujar dia. Kendati begitu, ia mengakui helikopter jenis tersebut diperlukan oleh TNI Angkatan Darat karena memiliki banyak kegunaan.
Sebelumnya, Amerika Serikat menyatakan siap menjual delapan unit helikopter AH-64 D Apache kepada Indonesia. Dari kantornya di Washington DC, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Rodham Clinton, Kamis, 20 September 2012, mengumumkan bahwa pemerintah Indonesia akan membeli delapan unit helikopter Apache dari Amerika Serikat. Rencana penjualan delapan unit AH-64D Longbow Apache untuk Indonesia ini juga sudah diberitahukan Presiden Barack Obama kepada Kongres Amerika.
Menurut Clinton, penjualan itu akan memperkuat kerja sama Indonesia-Amerika Serikat dan memperbaiki usaha memelihara keamanan di kawasan Asia Tenggara. "Kongres sudah diberi tahu mengenai perjanjian penjualan ini," kata Clinton seusai pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa, Kamis, 20 September 2012, seperti dikutip dari Reuters.
Clinton tidak menyebutkan angka penjualan delapan Apache itu. Helikopter serbu yang digunakan untuk pasukan militer di berbagai negara ini merupakan produksi Boeing. Amerika Serikat sebelumnya mengumumkan penjualan dua lusin pesawat F-16 bekas yang diperkirakan membutuhkan biaya sekitar US$ 750 juta (setara Rp 7,125 triliun) untuk memperbaikinya.