TEMPO.CO, Jambi - Direktur Perkumpulan Hijau Jambi Feri Irawan menilai, hujan buatan yang dibuat Pemerintah Provinsi Jambi mubazir dan hanya menghambur-hamburkan uang negara. Sebab, hanya dalam kurun waktu sepekan setelah diguyur hujan buatan, kondisi udara di Kota Jambi dan sekitarnya sudah kembali diselimuti asap tebal. ”Kebijakan mengatasi asap dengan hujan buatan tidak efektif,” katanya kepada Tempo, Senin, 17 September 2012.
Menurut Feri, seharusnya anggaran hujan buatan diberikan kepada masyarakat untuk memadamkan lahan dan hutan yang terbakar sekaligus sebagai sarana memberikan penyuluhan. Apalagi kebakaran yang terjadi di Jambi sebagian besar berada di kawasan gambut.
Untuk memadamkan gambut yang terbakar, kata Feri, tidak bisa dengan hujan buatan. Gambut yang terbakar kadang kala punya kedalaman sampai 6 meter. "Hujan buatan tidak bisa mengatasi kabut asap dari kawasan gambut. Bahkan sebaliknya, bila disiram hujan yang jumlahnya relatif sedikit, hanya menambah tebalnya kabut asap," ujarnya.
Sebagai upaya antisipasi terulangnya kebakaran, seharusnya pemerintah melakukan verifikasi perizinan sehingga izin usaha perkebunan besar tidak menggunakan lahan gambut.
Akibat kabut asap yang menyelimuti Kota Jambi dan sekitarnya, lalu lintas penerbangan di Bandara Sultan Thaha Saipudin, Jambi, sejak empat hari terakhir kembali mengalami gangguan. Senin pagi tadi, Lion Air gagal mendarat di Jambi karena jarak pandang tidak sampai 1.000 meter. Padahal, jarak pandang aman pesawat terbang untuk mendarat seharusnya di atas 2.000 meter.
Manajer Operasional Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Jambi, Alzog, menjelaskan bahwa Lion Air seharusnya sudah mendarat pukul 07.30. ”Namun, akibat jarak pandang tidak memungkinkan, akhirnya pesawat terpaksa kembali ke Jakarta," ucapnya.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jambi, Kurnianingsih, mengakui jarak pandang di Jambi pagi tadi ketika terjadi asap tebal pada pukul 06.30 hanya 900 meter. Sementara pada pukul 07.00, jarak pandangnya 800 meter. "Memang, jarak pandang di Jambi pagi ini tidak sampai 1 kilometer, tentu saja ini sangat mengganggu penerbangan," tuturnya.
Ketua Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Jambi, Djazim Syaifullah, membantah bahwa tim mereka gagal mengatasi persoalan asap di Jambi. Mereka sudah melakukan penaburan garam di atas awan setiap hari agar hujan terus terjadi di Provinsi Jambi. "Bagaimana asap bisa hilang kalau pembakaran lahan terus berlanjut? Ini memang perlu koordinasi dengan pemerintah daerah agar bisa memberikan pengertian kepada masyarakat agar tidak melakukan pembakaran lahan," katanya.
Djazim memaparkan, selama 11 hari terakhir, proses hujan buatan masih berjalan normal. Sekurangnya satu ton garam disebar di atas langit Jambi setiap hari. Sampai sekarang, sudah 11 ton garam yang disebarkan.
Untuk biaya hujan buatan hingga 30 hari ke depan, kata Djazim, telah disediakan anggaran sebesar Rp 3,5 miliar dari pemerintah pusat.
Berdasarkan pantauan satelit NOAA, titik panas (hot spot) di wilayah Jambi, hingga Minggu, 16 September 2012, tercatat 11 titik yang tersebar di beberapa kabupaten. Jumlah itu jauh meningkat dibandingkan sehari sebelumnya yang hanya satu titik.
SYAIPUL BAKHORI
Berita Terpopuler:
Kelas Menengah Bisa Tentukan Kemenangan Jokowi
Situs Porno Minati Foto-foto Hot Kate
Siapa Penentu Kemenangan Foke atau Jokowi?
50 Foto Topless Kate Middleton Ada di Majalah Chi
Pilkada DKI: Agama Yes, Prabowo No
Berita terkait
Malaysia Batalkan RUU Polusi Asap Lintas Batas, Pilih Diplomasi dengan Indonesia
7 November 2023
Malaysia membatalkan rencana usulan rancangan undang-undang polusi asap lintas batas.
Baca SelengkapnyaPalangka Raya Perpanjang PJJ Dampak Kabut Asap, Bagaimana Nasib Siswa Ikuti ANBK?
9 Oktober 2023
Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), memperpanjang kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat kabut asap.
Baca SelengkapnyaGreenpeace Nilai Penegakan Hukum Karhutla Lemah: Sudah Divonis, Belum Bayar Denda
7 Oktober 2023
Dia mengatakan, ketiga negara saling terkait dalam penanggulangan karhutla tak hanya karena lokasinya berdekatan.
Baca SelengkapnyaGreenpeace Bantah Klaim Menteri KLHK Tak Ada Asap Karhutla Lintas Batas ke Malaysia
7 Oktober 2023
Asap karhutla, kata dia, sampai ke negara tetangga ketika karhutla sedang mencapai puncaknya.
Baca SelengkapnyaAsap Tebal Kebakaran Hutan, Siswa PAUD hingga SMP di Jambi Belajar dari Rumah Mulai Hari Ini
2 Oktober 2023
Hal itu dilakukan lantaran kabut asap tebal akibat kebakaran hutan dan lahan masih menyelimuti daerah tersebut.
Baca SelengkapnyaDikepung Kabut Asap Kebakaran Hutan, Palangka Raya Pangkas Waktu Belajar di Sekolah
28 September 2023
Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), mengundurkan jam masuk sekolah bagi peserta didik karena dikepung asap.
Baca SelengkapnyaKarhutla Masih Landa Riau, Manggala Agni dan TNI Lanjutkan Pemadaman
29 Agustus 2023
Manggala Agni dan TNI masih melanjutkan pemadaman kebakaran lahan dan hutan atau karhutla di Desa Tarai Bangun, Kabupaten Kampar, Riau, yang meluas.
Baca SelengkapnyaKebakaran Hutan di Kalimantan Meningkat, Walhi Sebut Pemerintah Tak Serius Mengatasinya
20 Agustus 2023
Walhi menyebut kebakaran hutan di Kalimantan yang terus terulang karena pemerintah tidak serius mengurus Sumber Daya Alam (SDA).
Baca SelengkapnyaRibuan Penerbangan di Amerika Terganggu Asap Kebakaran Hutan Kanada
8 Juni 2023
Menurut FlightAware, lebih dari 100 penerbangan telah ditunda di Bandara LaGuardia dan 55 telah ditunda di Bandara Newark.
Baca SelengkapnyaJaksa Dakwa Perusahaan Listrik karena Picu Kebakaran Hutan California
26 September 2021
Jaksa mendakwa perusahaan listrik Pacific Gas & Electric karena gagal menebang pohon yang jatuh ke kabel listrik dan memicu kebakaran hutan California
Baca Selengkapnya