TEMPO.CO, Jakarta - Makan menjadi kebutuhan yang tak terelakkan bagi manusia. Begitu pula dalam kegiatan Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Pesantren Kempek, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Munas yang berlangsung mulai 14-17 September 2012 ini pun telah memikirkan dengan matang bagaimana menyajikan makanan untuk 3.500 peserta, panitia, dan kru lainnya.
Karena tak ada katering di Cirebon yang mampu menyediakan makanan sebanyak itu dalam jumlah yang banyak, akhirnya PBNU pun bekerja sama dengan Detasemen Perbekalan dan Angkutan Kodam III Siliwangi. "Di sini kami memiliki 60 personel. Lima belas di antaranya koki," kata seorang pengawas, Lettu (CBA) Sukardi.
Mereka bekerja mempersiapkan tiga kali makan dalam sehari untuk ribuan peserta, panitia, dan kru. "Dalam sehari, kami bisa memasak beras sebanyak 600 kilogram," kata Sukardi.
Perhitungannya, setiap orang mendapatkan 200 gram nasi untuk sarapan dan makan malam, serta 350 gram nasi untuk makan siang.
Untuk sarapan, bahan racikan sudah disiapkan sejak pukul 02.00. Untuk makan siang, bahan racikan sudah disiapkan sejak pukul 05.00. Sedangkan untuk makan malam, mereka sudah mulai meracik masakan sejak pukul 17.00.
Berdasarkan pantauan Tempo di dapur mereka, peralatan yang digunakan pun besar-besar. Namun, uniknya, sedikit ditemukan benda-benda modern di dapur itu. Seperti blender, misalnya. "Kami ulek manual bumbu-bumbunya," kata Sukardi.
Selain rasanya yang berbeda, mereka pun sudah terbiasa mengolah secara manual bahan makanan yang ada. "Cepat, kok," katanya.
Tidak hanya menyiapkan makanan untuk peserta munas, mereka pun mempersiapkan makanan untuk Presiden. "Tapi semua ada takaran dan ukurannya. Kita langsung laporkan ke paspamres," ujar Sukardi.
Sukardi pun mengaku senang bisa berpartisipasi dalam Munas NU di Cirebon. Selain karena sebagai prajurit mereka harus siap ditugaskan di mana pun sesuai perintah, juga karena mereka tidak pernah kekurangan bahan pangan untuk dimasak. "Berlimpah," katanya.
Berlimpahnya bahan untuk dijadikan makanan dalam Munas NU karena banyak sumbangan dari warga NU. Panitia mendapatkan sumbangan 10 ekor sapi dari warga NU yang ada di Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon. Juga ada sumbangan 2 ton beras dari warga NU di Kempek, sumbangan buah-buahan dari pedagang, serta berbagai sumbangan makanan lainnya.
"Ini menunjukkan bahwa warga NU masih memiliki jiwa gotong royong," kata Johandi, bendahara panitia lokal Munas NU. Ini belum termasuk anggaran untuk pembelian makanan yang sudah dianggarkan oleh panitia.
Karena itu, tak heran, setiap jam makan tiba, tenda makan yang besar dan berada di tengah-tengah Pesantren Kempek selalu ramai. Makanan pun telah disiapkan di empat meja saji. Nasi, lauk-pauk, sayur, dan buah-buahan semua lengkap. Di masa rehat sidang komisi, makanan ringan dan minuman berupa kue, kopi, dan teh pun disajikan.
IVANSYAH
Berita terkait
Ulama di Pakistan Keluarkan Fatwa Haram Penggunaan TikTok
24 Desember 2023
Para ulama dari Jamia Uloom-ul-Islamia di Kota Banuri, Pakistan dilaporkan mengeluarkan fatwa haram terhadap penggunaan aplikasi TikTok pada Selasa, 19 Desember 2023
Baca SelengkapnyaUlama di Negara-negara Ini Nyatakan Vaksin Covid-19 tidak Batalkan Puasa
19 Maret 2021
Ulama Indonesia, Arab Saudi, Mesir, Dubai, dan Inggris menyatakan vaksinasi Covid-19 tidak membatalkan puasa
Baca SelengkapnyaMUI Masih Perlu Kaji Usulan Fatwa Larangan Pergi ke Israel
16 Juni 2018
MUI menyatakan masih perlu mengkaji usulan fatwa untuk larangan pergi ke Israel.
Baca SelengkapnyaNgeri, Ini Fatwa Ulama-Ulama Taliban
6 Maret 2018
MUI Bongkar fatwa ulama-ulama Taliban yang bikin melongo.
Baca Selengkapnya1.800 Ulama Pakistan Keluarkan Fatwa Haram Bom Bunuh Diri
17 Januari 2018
Lebih dari 1.800 ulama Muslim Pakistan mengeluarkan fatwa yang melarang aksi bom bunuh diri.
Baca SelengkapnyaMUI Menerbitkan Fatwa Aktivitas di Medsos, Ini Kata Wiranto
6 Juni 2017
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menyambut baik fatwa Majelis Ulama Indonesia soal pedoman beraktivitas di media sosial.
Baca SelengkapnyaAlasan 780 Ulama Perempuan Berkongres di Cirebon
25 April 2017
Sebanyak 780 ulama perempuan dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri menghadiri Kongres Ulama Perempuan Indonesia di Cirebon. Apa alasannya?
Baca SelengkapnyaIni Kata Kapolda Jatim Soal Edaran Pendataan Kiai
4 Februari 2017
Hal itu dilakukan karena ingin mendapatkan referensi langsung
kiai yang hendak dikunjungi.
Soal Standarisasi Pendakwah, Ini Sejumlah Kritik Anggota DPR
4 Februari 2017
Selain harus berlaku untuk semua agama, pemerintah sama sekali
tidak berhak untuk membatasi apalagi mengurangi materi dan misi
dakwah.
Wiranto Anggap MUI Mitra Strategis Pemerintah
18 Januari 2017
MUI dianggap mampu memberikan himbauan yang bisa mengatasi efek negatif dari lalu lintas informasi di internet.
Baca Selengkapnya