Sejumlah seniman dan aktivis yang tergabung ke dalam Sahabat Munir dengan melakukan aksi teatrikal dan penampilan musik di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Minggu (11/3). Belum tuntasnya penyelesaian kasus pembunuhan aktivis Munir masih menimbulkan kegelisahan sebagian kalangan masyarakat hingga gelombang tuntutan terhadap pemerintah dan aparat hukum hingga kini terus disuarakan. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Kebangkitan Bangsa Indonesia Baru, Yenni Wahid, menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak akan bisa mendorong penuntasan kasus pembunuhan aktivis hak asasi manusia, Munir Said Thalib. Putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid ini mengatakan salah satu faktor yang membuat SBY tak berdaya menuntaskan kasus Munir karena ia sendiri berasal dari militer.
“Latar belakang itu pasti ada pengaruhnya, karena SBY berasal dari tentara,” kata Yenni di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Jumat, 7 September 2012.
Padahal, pengungkapan tuntas kasus pembunuhan Munir bisa menjadi pencapaian emas dalam masa pemerintahan SBY. Yenni mengatakan, jika pembunuhan Munir tuntas pada masa SBY, dia akan dianggap berhasil menegakkan keadilan. Yenni mengaku kecewa melihat perkembangan kasus Munir di periode kedua masa pemerintahan SBY yang justru mandek.
Munir meninggal pada 7 September 2004 karena dibunuh dengan racun arsenik saat terbang menuju Belanda dengan pesawat Garuda. Sampai hari ini, baru seorang pelaku yang sudah ditangkap dan dinyatakan bersalah, yakni Pollycarpus Budihari Prijanto. Mantan Komandan Kopassus dan Deputi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Mayjen (Purn) Muchdi P.R. sempat jadi terdakwa kasus ini, tapi kemudian dibebaskan.