Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 5)
Editor
Kodrat setiawan
Senin, 3 September 2012 16:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perseteruan antara penganut Sunni dan Syiah bukanlah hal baru. Konflik ini telah berjalan ribuan tahun. Lokasi bentrokan tak cuma di Indonesia saja, melainkan juga banyak negara. Karenanya, cendekiawan Jalaluddin Rakhmat menyatakan konflik Sunni-Syiah bukan problem lokal atau nasional. Melainkan permasalahan internasional.
Ketika Tempo berkunjung ke kediamannya, Kamis, 29 Agustus 2012, lelaki yang biasa disapa Kang Jalal ini bercerita soal Syiah di Indonesia. Mulai dari proses penyebaran, konflik, cara beribadah, hingga ancaman yang kerap diterima pengikut Syiah. Dan ini perbincangan bagian kelima antara wartawan Tempo: Choirul Aminuddin, Erwin Zachri, Cornila Desyana, dan Praga Utama dengan Ketua Dewan Syuro Ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia itu.
Anda katakan konflik Sampang bukan masalah keluarga. Lalu karena apa?
Begini. Roisul Hukama atau Rois itu dulunya penganut Syiah. Bahkan dia dan kakaknya, Tajul Muluk, saya lantik menjadi pengurus Ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia di Sampang. Tapi kemudian muncul masalah keluarga. Rois bergabung dengan penyerang dan mengatakan ia tobat dari Syiah. Pertobatan Rois itu membuat senang orang-orang yang dari dulu antipati terhadap Syiah. Jadi konflik agama itu sudah ada terlebih dulu, baru problem keluarga.
Masalah apa yang membuat Rois pergi dari keluarga dan Syiah?
Rois memang doyan perempuan. Dia sering gonti-ganti istri. Satu perempuan yang ia taksir itu santrinya Ustad Tajul Muluk. Masalahnya, umur si gadis masih di bawah 17 tahun. Jadi Tajul Muluk menolak permintaan Rois untuk menikahi anak itu.
Lalu Tajul memulangkan si santri ke orangtuanya. Tapi, oleh mereka, anak itu malah dinikahkan dengan Rois. Mereka menikah di bawah tangan. Dan Tajul marah karenanya.
Apakah Tajul menyukai santri itu?
Tidak. Dia hanya kasihan dengan santrinya yang masih kecil. Jadi Tajul melindunginya. Karena itu Rois marah. Dan muncullah konflik itu.
(Menurut versi lain, sekitar 2006, seorang santri ustad Tajul Muluk bernama Halimah diminta adik Tajul, Ustad Rois, untuk dijadikan pembantu di rumahnya. Waktu itu usia Halimah baru 8 tahun. Suatu saat ada teman ustad Tajul yang tertarik pada santri itu. Teman ustad Tajul memohon kepada Tajul agar melamarkan Halimah untuknya. Tajul pun setuju dan lamaran pun diterima.
Beberapa bulan setelah lamaran, orang tua Halimah mendatangi Ustad Rois untuk meminta Halimah dibawa pulang karena mau dikawinkan. Mendengar itu, Rois marah dan melabrak Tajul. Rupanya Rois juga suka pada Halimah. Sejak itulah, hubungan Rois dan Tajul tidak baik. Rois pun keluar dari Syiah dan kembali ke Sunni.
Ditemui wartawan Tempo Musthofa Bisri di pengungsian, 31 Agustus 2012, Halimah meminta agar masa lalunya dan suaminya tidak dibawa-bawa dan dijadikan sebagai penyebab kerusuhan. "Jangan kambing hitamkan keluarga saya," katanya lalu pergi.)
Jadi menurut Anda, ada yang mengatur konflik di Sampang?
Ya. Saya kira memang ada grand design dalam konflik Sampang. Kalau dilihat sekarang, yang menguasai desa itu sekarang bukanlah polisi, tapi warga. Bahkan polisi tak berkutik di hadapan penyerang. Bila ada petugas yang membawa ponsel berkamera, warga bakal menyitanya. Hebat ya, masyarakat punya kekuatan semacam itu.
Kemudian dari transportasi yang digunakan penyerang. Mereka menyewa bus lebih dari 10 buah. Kabar dari sana, tiap bus disewa sekitar Rp 500 ribu. Mereka tak datang dengan gratis. Tapi uang dari mana, untuk makan saja mereka kesulitan. Jelas sudah para penyerang mendapat bantuan finansial dari luar. Itu fakta.
Jadi menurut Anda ada yang membiayai penyerangan itu?
Ya. Informasi yang saya terima, ada dua supplier uang di Sampang. Satu pengusaha Madura yang tinggal di Jakarta dan satu lagi orang Arab di Surabaya.
Lagi pula, membakar masjid itu bukan tradisi orang Madura. Bagi mereka, merusak masjid bisa menimbulkan perasaan kualat. Dan inilah pertama kali ada masjid atau pesantren yang dibakar di Madura.
Untuk apa mereka mengeluarkan duit itu?
Saya duga ada yang mau mengeliminasi Syiah dari Indonesia. Saya tidak dapat menyebut siapa orangnya, karena bisa jadi serangan itu merupakan satu gerakan terencana. Penggeraknya banyak, gerakan ilegal, jadi tak bakal ketahuan siapa otaknya.
Baca juga:
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 1)
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 2)
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 3)
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 4)
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 5)
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 6)
CORNILA DESYANA
Berita lain:
Pengungsi Syiah Sampang, Madura, Terserang Tomcat
Tabuik, Warisan Syiah tanpa Syiah
Kang Jalal pun Diancam Mati
Kang Jalal Tak Setuju Relokasi Warga Syiah, Madura