Kata Kompolnas Soal Konflik Syiah, Sampang, Madura  

Reporter

Editor

Pruwanto

Minggu, 2 September 2012 17:26 WIB

Sebuah lembaran curahan hati anak-anak pengungsi korban konflik SARA tergantung dipohon harapan dipengungsian Gedung Olah Raga, Sampang, Madura, (8/30). Satuan Tugas Perlindungan Anak Sampang membuka kelompok konseling Psikoanalis Anak untuk mengurangi beban trauma anak-anak. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Kepolisian Nasional menyalahkan pemerintah daerah dalam tragedi berdarah yang melibatkan Syiah di Sampang, Madura, Jawa Timur. Komisioner Komisi Kepolisian Nasional, M. Nasser, mengatakan, dalam tragedi Sampang, polisi sudah berusaha menghindarkan bentrok, namun tak ada peran serta pemerintah daerah dalam mengupayakan perdamaian yang menyebabkan konflik Sampang berulang.

"Polisi sudah maksimal. Lebih tepat, di mana camat, lurah, di mana bupati dalam kasus ini?" kata Nasser dalam pertemuan pers di Surabaya, Ahad, 2 September 2012. Polisi, kata Nasser, selama delapan bulan setelah kerusuhan awal Desember 2011 silam, sudah melakukan beragam upaya mendamaikan dua kelompok, Sunni dan Syiah.

Hasil investigasi Kompolnas, polisi Sampang bahkan mengambil peran pemerintah daerah. Di antaranya, polisi membagikan kambing sebanyak 10 ekor bagi warga Syiah dan 20 ekor bagi warga Sunni. Pembagian kambing untuk meningkatkan perekonomian warga ini sengaja lebih banyak untuk warga Sunni karena jumlah warganya memang lebih besar ketimbang Syiah.

Selain itu, polisi beberapa kali mempertemukan dua kubu dalam pertemuan bulanan. "Tapi, apa yang dilakukan Pemda, bupati malah ikut menghasut dan seolah melegalisasi bahwa Syiah itu harus dilakukan tindakan," ujar Nasser, yang mengaku berada di Sampang selama dua hari.

Saat kejadian, kata Nasser, polisi ada di tempat kejadian perkara. Namun jumlah massa yang cukup banyak membuat polisi tak mampu melerai bentrokan hingga menyebabkan 49 rumah warga Syiah ludes terbakar.

Komisioner Kompolnas lainnya, Hamidah Abudurachman, mengatakan konflik berdarah di Sampang selain karena perbedaan keyakinan dan konflik keluarga, juga dipicu kemiskinan. "Masyarakat di sana sangat miskin. Kalau kami lihat, rumah yang dibakar semua dari bambu. Sangat miskin," kata Hamidah.

Untuk mencegah terulangnya kekerasan Sampang, Kompolnas mendesak polisi segera menindak tegas siapa pun yang terlibat, tak peduli apakah dia Sunni atau Syiah.

FATKHURROHMAN TAUFIQ

Berita Terpopuler
EDISI KHUSUS: Syiah Sampang
Rusuh Sampang, Siapakah Roisul Hukama?

Kang Jalal: Konflik Sampang Bukan Soal Keluarga

Bandung, Kantong Syiah Terbesar di Indonesia

Berapa Populasi Syiah di Indonesia

Hubungan Pemerintah-Penganut Syiah Indonesia Baik

Tomy Soeharto dan Ari Sigit ''Amprok'' di KPU

Van Persie Cetak Gol Indah, Wenger Kesal






Berita terkait

Zakir Naik Ceramah di Bekasi Malam Ini, 42 Ribu Tiket Ludes

8 April 2017

Zakir Naik Ceramah di Bekasi Malam Ini, 42 Ribu Tiket Ludes

Arif mengatakan, kapasitas sebenarnya 30-32 ribu, tapi ditambah lagi 10 ribu, sebagai hasil diskusi Zakir Naik dan Wali Kota Bekasi.

Baca Selengkapnya

Zakir Naik di Bekasi, 28 Ribu dari 32 Ribu Kursi Stadion Telah Terisi  

4 April 2017

Zakir Naik di Bekasi, 28 Ribu dari 32 Ribu Kursi Stadion Telah Terisi  

Arif mengatakan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menginginkan pendaftaran dibuka lebih walau kuota normalnya sekitar 31-32 ribu.

Baca Selengkapnya

Zakir Naik, Hari Ini Panitia Bekasi Sebar Undangan Non-Muslim

4 April 2017

Zakir Naik, Hari Ini Panitia Bekasi Sebar Undangan Non-Muslim

Arif tidak menyebut secara detail siapa saja yang diundang, karena nama-nama itu masih sensitif jika diumumkan.

Baca Selengkapnya

Pendidikan Agama dan Akar Radikalisme

13 September 2016

Pendidikan Agama dan Akar Radikalisme

Sejak kematian pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur, Santoso alias Abu Wardah, pada 18 Juli lalu, banyak pihak menilai hal itu sebagai keberhasilan ikhtiar negara menumpas akar-akar terorisme. Namun mungkinkah peristiwa tertembaknya seseorang dapat menjelaskan bahwa gerakan radikalisme di Indonesia telah berakhir?

Baca Selengkapnya

Kiai di Kediri Sebut Pengeras Suara Saat Azan Hukumnya Sunah

4 Agustus 2016

Kiai di Kediri Sebut Pengeras Suara Saat Azan Hukumnya Sunah

Ketua Asosiasi Pondok Pesantren Jawa Timur KH Reza Ahmad Zahid menegaskan, tak perlu kaku saat menggunakan pengeras suara ketika mengumandangkan azan.

Baca Selengkapnya

Dosen UGM: Islam di Arab Saudi Itu Miskin Imajinasi

21 Juni 2016

Dosen UGM: Islam di Arab Saudi Itu Miskin Imajinasi

Universitas Islam Indonesia menangkal masuknya ide-ide Hizbut Tahrir soal khilafah ke kampus.

Baca Selengkapnya

Ben Anderson Rindu Gus Dur dan Menggilai TTS

22 Desember 2015

Ben Anderson Rindu Gus Dur dan Menggilai TTS

Ben Anderson ternyata suka mengisi TTS dan menghormati Gus Dur sebagai tokoh pluralisme.

Baca Selengkapnya

Gaya Aa Gym Pakai Topi Koboi dan Kursus Berkuda di AS

12 Agustus 2015

Gaya Aa Gym Pakai Topi Koboi dan Kursus Berkuda di AS

Dalam Islam, berkuda adalah olahraga yang disunahkan dan didampingi malaikat.

Baca Selengkapnya

Ibadah yang Dianjurkan pada Malam Nisfu Syakban  

1 Juni 2015

Ibadah yang Dianjurkan pada Malam Nisfu Syakban  

Ada yang menggunakan malam Nisfu Syakban untuk berdakwah. Bagaimana memaknainya?

Baca Selengkapnya

Bagaimana Hukum Baca Yasin di Malam Nisfu Sya'ban?  

1 Juni 2015

Bagaimana Hukum Baca Yasin di Malam Nisfu Sya'ban?  

Umat muslim disarankan memperingati Nisfu Syaban dengan ibadah yang tidak dipamerkan.

Baca Selengkapnya