Tur ke Jawa, Douwes Dekker Menyiarkan Indische Partij

Reporter

Editor

Jumat, 17 Agustus 2012 10:59 WIB

Kedatangan para orang yang dibuang di Belanda. Duduk dari kiri: Tjipto Mangoenkoesoemo, Douwes Dekker, Soewardi Soerjaningrat, berdiri dari kiri: F. Berding, G. L. Topee, dan J. Vermaesen. KITLV

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah mendirikan Indische Partij pada 6 September 1912, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker tak mau buang waktu. Sepekan kemudian, dia langsung melakukan tur ke beberapa kota di Jawa untuk menyiarkan partai politik pertama di Hindia-Belanda itu.

Kota pertama yang dituju adalah Yogyakarta. DD, biasa dia disapa, berangkat dari stadiun Bandung pada 15 September 1912. Dia bersama J. D. Brunsveld van Hulten dan J. van der Poel, tiba di stasiun pada pagi buta.

Sebelum meninggalkan Kota Parijs van Java, DD sempat berorasi di sebuah gerbong sebelum peluit berbunyi dan kereta meluncur ke Yogyakarta.

"Saudara, kita umumnya dianggap malas, makhluk apatis yang menderita banyak kebiasaan buruk. Tapi saya melihat Anda semua telah bangun sepagi ini menentang tuduhan para dokter Belanda yang begitu parah bahwa kita Indier rendahan." kata DD dengan suara lantang seperti dalam Majalah Tempo edisi khusus Douwes Dekker memperingati kemerdekaan 17 Agustus hari ini.

Rombongan DD tiba di Kota Gudeg pada saat senja. Ketika itu, mereka mendapat sambutan hanggat dari Insulide, Boedi Oetomo, dan Sarekat Islam. Malam hari, mereka kembali bertemu untuk menggelar pertemuan politik.

Dalam pertemuan itu, mereka menyoroti diskriminasi pemerintah Hinda-Belanda terhadap warga Indonesia. Pertemuan itu diakhiri dengan tanda tangan sekitar 60 peserta untuk menjadi anggota Indische Pantij. (Baca: Douwes Dekker: Inspirasi Revolusi Indonesia )

Dari Yogyakarta, lelaki berkumis lebat yang kerap memakai topi bundar itu melanjutkan ke Surabaya pada esok harinya. Setiba di Surabaya, mereka juga mendapat sambutan hangat.

Mengetahui kawan lamanya di Stovia (School tot Opleiding van Indische), Tjipto Mangoenkoesoemo pun datang dari Malang. Setelah pertemuan itu, Tjipto memutuskan hijrah ke Bandung demi membesarkan Indeche Partij.

Tur propaganda berakhir pada hari kedelapan. Kota Tegal dan Cirebon menjadi tujuan terakhir sebelum kembali ke Bandung pada 22 September 1912.

Baca selengkapnya Laporan Khusus Majalah Tempo edisi Kemerdekaan di sini.

TIM TEMPO/RINA WIDIASTUTI

Berita populer:
Gus Dur Dukung Ahok
SBY Gusar, Ini Klarifikasi Antasari Azhar
Mahar Miliaran Pendukung Calon Gubernur
Kirab Mobil Esemka, Jokowi Duduk Di Atap
Jusuf Kalla Dukung Pernyataan SBY Soal Century
Presiden SBY: Terima Kasih KPK
Sandi Dibunuh dan Diseret 200 Meter
Arsenal Terpaksa Jual Van Persie
Dukungan Fauzi Bowo, Bersatu-padu untuk Doku
Dirjen Pajak : Kami Tahu Jaringan Mafia Pajak

Berita terkait

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

3 hari lalu

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.

Baca Selengkapnya

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

3 hari lalu

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

4 hari lalu

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.

Baca Selengkapnya

Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

15 hari lalu

Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?

Baca Selengkapnya

Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

23 hari lalu

Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

Ismail Marzuki menciptakan lagu tentang Hari Lebaran yang melegenda. Begini lirik dan profil pencipta lagu tentang Lebaran ini?

Baca Selengkapnya

Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

36 hari lalu

Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

Usmar Ismail dikenal sebagai bapak film nasional karena peran penting dalam perfilman Indonesia, Diberi gelar pahlawan nasional oleh Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

17 Februari 2024

Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

Seniman Butet Kertaradjasa cemas bila Prabowo Subianto menjadi presiden menghidupkan kembali Orde Baru

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

4 Februari 2024

Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

Anies Baswedan menyebut nama John Lie saat acara Desak Anies bersama Komunitas Indonesia Tionghoa, di Glodok, Jakarta. Siapa John Lie?

Baca Selengkapnya

Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

1 Desember 2023

Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

Lafran Pane merupakan pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Film Lafran tayang pada Februari 2024. Berikut biografinya.

Baca Selengkapnya

Siapa Lafran Pane yang Kisah Hidupnya Ditampilkan dalam Film Lafran?

1 Desember 2023

Siapa Lafran Pane yang Kisah Hidupnya Ditampilkan dalam Film Lafran?

Film Lafran dibintangi Dimas Anggara sebagai Lafran Pane akan tayang pada Februari 2024. Siapa dia, apa hubungannya dengan HMI?

Baca Selengkapnya