Komite Santri Tuntut Hasyim dan Solahuddin Mundur dari PBNU

Reporter

Editor

Jumat, 7 Mei 2004 16:53 WIB

TEMPO Interaktif, Yogyakarta:Masuknya KH Hasyim Muzadi dan KH Solahuddin Wahid ke kancah politik praktis, telah memancing reaksi keras Komite Santri Penyelamat Khittah Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi yang bermarkas di Yogyakarta ini meminta kedua tokoh itu mundur dari kepengurusan PBNU karena dinilai telah melawan khittah NU dengan memasuki wilayah politik praktis. Tuntutan agar KH Hayim Muzadi dan KH Solahuddin Wahid mundur dari kepengurusan PBNU ini disampaikan Komite Santri Penyelamat Khittah NU dalam siaran persnya, Jumat (7/5). Siaran pers ini ditandatangani oleh M Lutfi Rahman (Ketua) dan Muhamad Achadi (sekretaris).Disebutkan, KH Hasyim Muzadi dan KH Solahuddin Wahid yang telah menjadi calon wakil presiden dari PDIP dan Partai Golkar diminta secara terbuka menyatakan mundur dari jajaran kepemimpinan PBNU. Tuntutan ini juga berlaku bagi siapapun elit NU yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam politik praktis.Komite Santri Penyelamat Khittah NU juga menyatakan penyesalannya atas sikap KH Hasyim yang telah membawa gerbong NU ke dalam wilayah politik praktis. "NU adalah organisasi sosial-keagamaan, bukan partai politik, yang tidak sepantasnya disetarakan dengan partai politik. Betapa sangat ironis dan tidak pantas membawa NU sebagai modal ke meja pertaruhan politik," tulisnya.Komite Santri Penyelamat Khittah NU juga menyerukan kepada para elit NU di pusat maupun di daerah untuk mengedepankan kepentingan umat dengan cara-cara berpolitik yang sehat dan elegan, serta menjauhi politisasi umat yang berekses negatif serta memunculkan benturan-benturan politik di tingkat bawah.Diingatkan, sejak Muktamar NU 1984 di Situbondo, NU telah mencoba konsisten berada pada wilayah gerakan sosial-keagamaan seperti yang diamanatkan Khittah 1926. Berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa dinilai tidak mengganggu amanah khittah sebagai saluran aspirasi warga NU dalam memainkan peran strategisnya di dunia politik. Namun, diingatkan pula bahwa aspirasi politik warga NU yang sangat plural tidak cukup terwakili oleh satu partai politik.Komite Santri Penyelamat Khittah NU juga mencatat, godaan kembali ke politik praktis dan mengabaikan khittah kini kian mengemuka, seiring dengan makin mendekatnya pemilihan presiden dan wakil presiden 2004. Sejumlah parpol gencar menawarkan berbagai jabatan politik untuk NU. Salah satu yang paling nyata adalah keputusan Ketua PBNU untuk menerima tawaran menjadi calon wakil presiden dari kubu PDIP."Keputusan ini jelas-jelas telah melawan ketetapan kembali ke Khittah NU 1926 yang telah terawat dan sangat dihormati seluruh warga NU hampiur 20 tahun. Sebagai Ketua PBNU, seharusnya KH Hasyim Muzadi menjaga konsistensi khittah, bukan justru mendorong warga NU terperosok dalam lingkaran politik praktis. Sejarah pernah membuktikan, karena tenggelam dalam politik praktis, NU terpuruk sampai pada titik terendah," tulisnya.Heru CN - Tempo News Room

Berita terkait

Gibran Hadiri Halalbihalal Golkar Solo

4 hari lalu

Gibran Hadiri Halalbihalal Golkar Solo

"Ya semuanya teman, halalbihalal yo ditekani kabeh (ya didatangi semua)," ujar Gibran.

Baca Selengkapnya

Momen Idul Fitri Keluarga Jokowi ke Medan: Buat Amankan Peluang Bobby Nasution?

15 hari lalu

Momen Idul Fitri Keluarga Jokowi ke Medan: Buat Amankan Peluang Bobby Nasution?

Setelah hari pertama Idul Fitri di Jakarta, Jokowi terbang ke Medan untuk merayakan hari ke-2 Lebaran. Buat amankan tiket Bobby Nasution ke Pilgub?

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Pilkada 2024 Jadi Batu Loncatan Golkar untuk Pemilu 2029

23 hari lalu

Pengamat Sebut Pilkada 2024 Jadi Batu Loncatan Golkar untuk Pemilu 2029

Ujang pun menyampaikan bahwa para tokoh itu memiliki modal yang cukup untuk dikatakan sebagai calon unggulan di Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Airlangga Klaim Didukung Seluruh DPD untuk Jadi Ketum Golkar Lagi

24 hari lalu

Airlangga Klaim Didukung Seluruh DPD untuk Jadi Ketum Golkar Lagi

Menurut Airlangga, dukungan dari ormas merupakan salah satu kunci agar dirinya dapat kembali terpilih untuk menjadi Ketua Umum Partai Golkar.

Baca Selengkapnya

Airlangga Bicara Peluang Aklamasi Pemilihan Ketua Umum di Munas Golkar

24 hari lalu

Airlangga Bicara Peluang Aklamasi Pemilihan Ketua Umum di Munas Golkar

Airlangga menyatakan dukungan itu merupakan amanah yang harus dijaga.

Baca Selengkapnya

Airlangga Targetkan Partai Golkar Menang 60 Persen di Pilkada 2024

25 hari lalu

Airlangga Targetkan Partai Golkar Menang 60 Persen di Pilkada 2024

Ketua Umum Golkar menargetkan partainya mampu menang lebih dari 50 persen dalam kontestasi Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

PKB Sebut Fungsi Pengawasan DPR Gagal jika Tak Gulirkan Hak Angket

26 hari lalu

PKB Sebut Fungsi Pengawasan DPR Gagal jika Tak Gulirkan Hak Angket

Ketua DPP PKB mengatakan hak angket penting sebagai ikhtiar untuk memperbaiki kualitas demokrasi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Disebut Sempat Ingin Rebut Kursi Ketua Umum PDIP, Apa Tanggapan Presiden Jokowi?

28 hari lalu

Disebut Sempat Ingin Rebut Kursi Ketua Umum PDIP, Apa Tanggapan Presiden Jokowi?

Presiden Jokowi membantah dirinya sempat ingin merebut posisi Ketua Umum Partai Golkar maupun Ketua Umum PDI Perjuangan.

Baca Selengkapnya

Prabowo Ingin Bentuk Kepemimpinan Kolegial Terdiri dari Para Sahabat

34 hari lalu

Prabowo Ingin Bentuk Kepemimpinan Kolegial Terdiri dari Para Sahabat

Menurut Prabowo, keinginan itu bisa dilakukan bila ada dukungan untuk memberi nasihat. Prabowo meminta Golkar mendukungnya membangun pemerintahan.

Baca Selengkapnya

Prabowo Sebut Golkar Punya Peran Besar di Pilpres 2024

34 hari lalu

Prabowo Sebut Golkar Punya Peran Besar di Pilpres 2024

Prabowo meminta maaf karena belum sempat mendatangi semua kader-kader Golkar di daerah dalam tahapan kampanye pemilu.

Baca Selengkapnya