82 Persen Terumbu Karang Indonesia Terancam Rusak

Reporter

Editor

Kamis, 6 Mei 2004 16:21 WIB

TEMPO Interaktif, Denpasar: Luas luas terumbu karang di Indonesia mencapai 51.020 kilometer persegi -terbesar di dunia, tapi 82 persen diantaranya terancam rusak. Ancaman terbesar justru datang dari industri pariwisata. "Snorkeling, diving dan boating merupakan penyebab utama kerusakan fisik karang. Dampak tidak langsung adalah berupa pembangunan konstruksi dan infrastruktur industri pariwisata," kata Project Leader Friends of the Reef WWF Indonesia, Irdez Azhar, di Bali, Kamis (6/5).Menurut Irdez, kegiatan pariwisata bahari sangat beresiko merusak karang, terutama dilakukan oleh turis pemula. "Biasanya, para pemula seenaknya menginjak-injak ketika diving atau snorkeling," kata Irdez.Kerusakan itu, kata Niclas Svenningsen, United Nations Environment Programme (UNEP)'s officer, juga diakibatkan aktivitas manusia, seperti limbah agrikultur, penangkapan ikan yang berlebihan, limbah hidro-karbon dari aktivitas kapal dan pemanasan global. "Khusus Bali, terumbu karang banyak dipengaruhi kegiatan pariwisata," kata Niclas.Niclas dan Irdez sepakat, agar pengelola industri pariwisata dan para wisatawan memperkuat kesadaran tentang pentingnya terumpu karang untuk keseimbangan ekosistem. "Sangat penting melindungi terumbu karang untuk kepentingan pariwisata itu sendiri dan kesejahteraan masyarakat lokal yang menggantungkan hidupnya pada kekayaan bahari," kata Niclas. Irdez sendiri mengaku, sudah lima tahun terakhir pihak WWF Indonesia menjalankan program konservasi terumbu karang khusus. "Untuk Bali, fokus kami terlebih dahulu di sekitar Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dan areal sekitar Pulau Menjangan," kata Irdez.Selain konservasi berupa penyelamatan secara fisik, WWF juga melakukan penyadaran kepada masyarakat nelayan di sekitar pantai Bali barat, diantaranya membuat semacam forum komunikasi masyarakat nelayan di Kelurahan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana serta di Desa Sumber Kelampok dan Desa Pejarakan, Kabupaten Buleleng. Alhasil, masyarakat setempat sudah mau mengalihkan kebiasaan membom dan menebar racun sianida di terumbu karang dengan menanam rumput laut. "Dua tahun lalu, ada 50 kasus kegiatan destruktif para nelayan berupa pemboman dan penggunaan sianida. Tapi setahun berikutnya, kegiatan itu turun sampai 30 persen. Bahkan awal tahun ini, tidak ada sama sekali," kata Irdez lagi. Raden Rachmadi - Tempo News Room

Berita terkait

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

25 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

43 hari lalu

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

Gakkum KLHK menetapkan empat tersangka pencemaran lingkungan di Taman Nasional Karimunjawa. Kejahatan terkait limbah ilegal dari tambak udang.

Baca Selengkapnya

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

14 Januari 2024

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

Peningkatan aktivitas industri pertambangan menimbulkan risiko terjadinya pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

12 November 2023

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

Sampah pembalut dan popok dikenal kerap menjadi masalah. Sagu disebut-sebut bisa membuat dua benda itu ramah lingkungan

Baca Selengkapnya

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

10 Oktober 2023

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

Pabrik pengolahan jagung PT Global Solid Agrindo (PT GSA) dilaporkan warga ke Ombudsman karena diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

5 Oktober 2023

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

Pandawara Group mengunggah video terbaru yang berisi permohonan maaf hingga memberi klarifikasi terkait tujuan bersihkan Pantai Cibutun Loji Sukabumi

Baca Selengkapnya

Warga Karimunjawa Tolak Tambak Udang karena Mencemari Lingkungan

29 September 2023

Warga Karimunjawa Tolak Tambak Udang karena Mencemari Lingkungan

Warga Karimunjawa, Kabupaten Jepara menolak keberadaan tambak udang yang diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

5 Dampak Polusi Udara Terhadap Kulit, Di Antaranya Memicu Stres Oksidatif

28 Agustus 2023

5 Dampak Polusi Udara Terhadap Kulit, Di Antaranya Memicu Stres Oksidatif

Paparan polusi udara secara terus menerus meningkatkan risiko perubahan pigmentasi kulit seperti hiperpigmentasi atau peningkatan produksi melanin. Hal ini menyebabkan timbulnya masalah bintik atau bercak gelap pada kulit.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Akan Kenakan Pajak Pencemaran Lingkungan, Begini Bunyi Pasal 206 PP Nomor 22 Tahun 2021

18 Agustus 2023

Pemerintah Akan Kenakan Pajak Pencemaran Lingkungan, Begini Bunyi Pasal 206 PP Nomor 22 Tahun 2021

Pemerintah berencana kenakan pajak pencemaran lingkungan. Hal ini tertuang dalam Pasal 206 Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021. Begini bunyinya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 27 Juli Diperingati Sebagai Hari Sungai Nasional

27 Juli 2023

Kilas Balik 27 Juli Diperingati Sebagai Hari Sungai Nasional

Hari Sungai Nasional merupakan bentuk apresiasi dan dorongan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian sungai.

Baca Selengkapnya