TEMPO Interaktif,
Kendari: Akibat aksi unjuk rasa solidaritas tragedi UMI Makassar yang dilakukan sekitar 3.000 mahasiswa Universitas Haluoleo (Unhalu) Kendari hari ini (4/5), puluhan anggota kepolisian setempat yang biasanya bertugas di sejumlah pos penjagaan lalu lintas, "menghilang". Informasi yang dihimpun menyebutkan, puluhan anggotapolisi itu sengaja ditarik ke markasnya di MapolrestaKendari guna menghindari bentrokan dengan massamahasiswa yang pada aksi unjuk rasa terlihat sangatberingas.Menurut pantauan
Tempo News Room di lapangan,mahasiswa pengunjuk rasa berorasi, lalu memblokir ruas jalan di depan Unhalu termasuk menutup gerbangkampusnya. Akibatnya, seluruh aktivitas perkuliahanterhenti. Ratusan mahasiswa yang dikoordinir KeluargaBesar Mahasiswa (KBM) Unhalu lalu bergerak menuju kepusat kota.Setibanya di depan pos penjagaan polisi di sekitarPasar Baru, ribuan mahasiswa itu berhenti. Sempatberulang kali terdengar teriakan "Bakar, Bakar," namunlantaran berhasil didinginkan oleh sejumlah pimpinanlembaga kemahasiswa, rencana membakar pos polisi itudibatalkan.Begitu pula saat melintas di depan dua pos jaga polisiyang ada di sekitar kawasan pertokoan Wuawua. Sejumlahmahasiswa sudah siap menyulutkan api di bangunan posjaga tersebut. Tapi, niat itu berhasil dicegahsejumlah tukang ojek yang biasa mangkal di dekat duapos jaga tersebut. Namun, tak urung akibat aksimahasiswa itu sejumlah toko dan Supermarket terpaksamenghentikan kegiatan perdagangannya. Arus lalu lintas pun menjadi macet akibat aksimahasiswa tersebut. Kendaran terpaksa memutararah mencari ruas jalan yang tidak dilalui parapengunjuk rasa. Sejumlah warga pengguna jalanmengeluhkan aksi pemblokiran yang dilakukan mahasiswaitu. "Okelah, saya juga setuju dengan aksi solidaritas ini tapi kan tidak perlu memblokir jalan sehingga kamijadi terhalang ke kantor," kata Jakri Napu, warga setempat. Setibanya di depan gedung sekretariat KONI SulawesiTenggara di jalan Ahmad Yani, muncul seorang anggota polisi berpakaian seragam yang mengendarai sepeda motor jenis vespa. Massa sempat marah karena anggota polisi tersebut mengeluarkan kata-kata makian yang ditujukankepada para pengunjuk rasa.Mendengar makian polisi itu, belasan mahasiswakemudian mengejar dan menghujani anggota polisi itudengan pukulan dan tendangan. Selain memukul, massamahasiswa juga merusak motor yang dikendarai anggotapolisi yang sedang naas itu. Akibatnya, sejumlahbagian bodi motornya ringsek dihantam benda-bendakeras.Beruntung, aksi pengeroyokan terhadap anggota polisiitu berhasil dihentikan Ketua Badan EksekutifMahasiswa (BEM) Unhalu, Marsudi Asinu yang langsungmemeluk anggota polisi itu guna melindunginya darihujanan pukulan massa mahasiswa yang marah. "Kita ini mau aksi damai. Kalau begini caranya kita bisa dituduh melanggar hukum juga," kata Marsudi.Setelah aksi pemukulan terhadap anggota polisi ituberhasil diredam, massa kemudian berencana mendatangimarkas Polresta Kendari. Sepanjang perjalanan, tak adasatupun anggota polisi yang terlihat. Padahalbiasanya, setiap kali ada aksi unjuk rasa, puluhananggota polisi langsung muncul dan mengawal parapengunjuk rasa.Kemarahan massa kembali muncul saat bertemu tiga anggota polisi lalu lintas yang berniat mengatur aruskendaraan. Massa langsung mengejar polisi pengatur lalu lintas tersebut sambil mengacung-acungkan tongkat kayu dan sejumlah benda keras lainnya. Ketiga polisi itu pun memacu motor mereka meninggalkan lokasi aksi. Begitu pula, saat massa mahasiswa tiba di depan kantor Kejaksaan Negeri Kendari. Belasan anggota polisi berseragam yang sedang berupaya mengalihkan arus lalu lintas juga mundur menghindari kejaran massa.Menurut Koordinator pengunjuk rasa, Jumadi Siowan,pihaknya sudah berupaya keras mencegah agarrekan-rekannya tidak melakukan aksi kekerasan terhadapanggota polisi. Namun, dirinya juga tak bisasepenuhnya menyalahkan tindakan rekan-rekannya itu."Siapa pun mahasiswa di Indonesia ini pasti akan marahjika melihat perlakuan polisi terhadap kawan-kawankami di UMI Makassar. Anggap saja ini merupakantindakan peringatan bagi polisi agar mereka taksewenang-wenang lagi dalam menindak setiap aksimahasiswa," katanya kepada
Tempo News Room di Kendari, Selasa (4/5).Mahasiswa menuntut agar Presiden Megawati segera memerintahkan Kejaksaan Agung untuk memeriksa mantan Kapolda Sulsel Inspektur Jenderal Jusuf Manggabarani terkait kasus UMI Makassar. Selain itu, presiden juga dituntut untuk segera memberhentikan Kapolri Jenderal Da'I Bachtiar.Dari pihak kepolisian sendiri tak ada informasi yangdiperoleh mengenai penanganan aksi unjuk rasamahasiswa tersebut. Seorang anggota polisi berpangkatBrigadir Kepala (Bripka) yang tak mau namanya disebutmengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya memang segajadiperintahkan mundur dan tak melayani provokasi atauejekan yang dilontarkan mahasiswa."Kami sangat sadar kasus yang terjadi di kampus UMIMakassar itu masih meninggalkan luka di hatirekan-rekan mahasiswa. Makanya wajar dalam aksi inimereka sangat marah kepada polisi. Untuk menghindaribentrokan, pimpinan menyuruh kami mundur ke markas dansaya pikir itu tindakan yang bijaksana," kata anggotapolisi tersebut.Baik Kapolresta Kendari Ajun Komisaris Besar Polisi Joko Mulyono dan wakilnya Komisaris Polisi Ahmad Saury tak berhasil ditanya soal unjuk rasa hari ini. Menurut informasi yang diperoleh Tempo News Room menyebutkan, kedua perwira itu sedang mengikuti rapat tertutup penanganan aksi mahasiswa di markas Polda Sulawesi Tenggara. Dedy Kurniawan - Tempo News Room