TEMPO Interaktif, Banten:Sampai pertengahan tahun 2004 sebanyak 5.426 perempuan di Provinsi Banten dilaporkan menjadi korban tindak kekerasan (KTK). 90 persen diantaranya menjadi korban kekerasan karena berkerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. "Tindak kekerasan yang dialami korban itu umumnya terjadi di lingkungan keluarga dan pekerjaan, seperti TKW di luar negeri dan pembantu rumah tangga di Indonesia," ujar Kepala Bagian Pemberdayaan Perempuan Biro Kesejahteraan Rakyat Pemda Provinsi Banten, Sigit Switarto, Senin (3/5).Menurut dia, jumlah perempuan korban tindak kekerasam terdiri dari 4.932 TKW yangbekerja di luar negeri dan 494 wanita dari berbagai latar belakang profesi seperti pembantu rumah tangga, ibu rumah tangga, dan karyawati. Dalam jumlahtersebut belum tercantum jumlah korban anak-anak, lanjut usia (Lansia), serta ibu rumah tangga yang menjadi korkan kekerasan suaminya. Sebab banyak kasusyang tidak dilaporkan," katanya.Berdasarkan domisili jumlah perempuan KTK tersebutterdiri atas Kabupaten Serang sebanyak 2.762 orang,Lebak 1.149 orang, Pandeglang 710 orang, Tangerang 748orang, Kota Tangerang 27 orang, dan Kota Cilegonsebanyak 30 orang. "Kekerasan yang dialami perempuantersebut terbagi dalam tiga bentuk kekerasan yaitukekerasan mental, fisik, dan kekerasan seksual,"jelasnya.Untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah perempuan KTKitu, menurut Sigit, pihaknya bersama Dinas TenagaKerja setempat kini melakukan berbagai upaya pembinaandan bimbingan serta memberikan bantuan advokasiterhadap para korban berkoordinasi dengan LembagaSwadaya Masyarakat dan lembaga hukum terkait.Selain itu, Pemprov Banten juga mempunyai programmemberikan bantuan usaha ekonomi bagi mereka agarmereka mampu mandiri dan tidak tergantung pekerjaannyadengan orang lain. "Sebab umumnya mereka nekadberangkat ke luar negeri karena kesulitan ekonomi dantidak mampu menghidupi dirinya sendiri," katanya.Faidil Akbar Tempo News Room