TEMPO Interaktif, Jakarta:Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto menginstruksikan Pangdam XVI Pattimura Mayor Jenderal TNI Syarifuddin Summah untuk menembak mati sniper yang masih berkeliaran di Ambon. "Karena dia (sniper) sudah menembak orang, ya kalau ketemu (orangnya), kita tembak mati lagi," ucap Sutarto usai Rakor Polkam di Jakarta, Kamis (29/4).Sutarto mengungkapkan, senjata yang digunakan oleh sniper itu berasal dari adanya sekian ratus pucuk senjata yang dulu pernah dirampas dari sebuah gudang persenjataan. "Sekarang senjata-senjata itu beredar di masyarakat," katanya. Oleh karena itu, lanjut Sutarto, aparat keamanan yang tengah bertugas di Ambon masih terus memburu keberadaan para sniper itu. Namun Sutarto tidak mau menjelaskan dari gudang mana senjata itu dirampas.Meski begitu, dari hasil kunjungan ke Ambon kemarin, Sutarto tegaskan sikap optimisnya atas penyelesaian konflik Ambon. "Saya melihat ada satu titik positif yang akan membawa kedamaian di Ambon," ujarnya. Pasalnya, lanjut dia, semua kelompok yang ada di Ambon telah sepakat bahwa permasalahan utama yang ada di Ambon itu karena Republik Maluku Selatan (RMS)."Kelompok Islam atau Kristen melihat bahwa permasalahan di Ambon itu diakibatkan RMS yang ingin melepaskan diri dari NKRI," ucapnya. Oleh sebab itu, jika kelompok Islam dan Kristen sudah memiliki satu kesamaan seperti itu, Sutarto menilai, kedua kelompok itu tidak perlu sampai terprovokasi oleh pihak-pihak yang menginginkan pemisahan dari NKRI. Sutarto menilai hal itu penting agar permasalahan RMS itu tidak direkayasa mejadi permasalahan antarkomunitas.Jika persoalan RMS itu dapat dijadikan musuh bersama, Sutarto yakin, permasalahan Maluku akan dapat diselesaikan dalam waktu singkat."Asalkan mereka (kelompok Islam dan Kristen) tidak terpengaruh oleh provokasi yang dilakukan pihak RMS," katanya.Soal keberadaan Ketua Eksekutif Front Kedaulatan Maluku (FKM) Alexander Hermanus Manuputty di Amerika Serikat, Sutarto berharap, Amerika mau memenuhi permintaan Indonesia agar mengekstradisi tokoh FKM itu kembali ke Indonesia. "Pihak kepolisian masih berusaha agar AS mengekstradisi Manuputty," ujarnya. Yandhrie Arvian Tempo News Room