Sejumlah massa dari Aliansi Buruh Yogyakarta (ABY) menggelar aksi teatrikal memperingati hari buruh di depan Istana Gedung Agung, Yogyakarta, Selasa (1/5). TEMPO/Suryo Wibowo
TEMPO.CO, Yogyakarta - Ribuan buruh dan mahasiswa di Yogyakarta turun ke jalan dalam peringatan Hari Buruh Internasional, Selasa, 1 Mei 2012 di Jalan Malioboro.
Uniknya, selain orasi di gedung DPRD, unjuk rasa buruh juga diramaikan dengan kesenian angklung modern oleh pengamen jalanan New Banesa yang biasa bermain di Jalan Malioboro. Para karyawan Mirota Batik di Jalan Malioboro pun memakai pakaian adat dalam aksi tersebut.
Buruh dan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Indonesia tidur di lantai halaman depan DPR Provinsi DIY. Hal ini sebagai simbol protes kepada pemerintah dan wakil rakyat yang selama ini seperti pulas tidur sehingga lupa nasib buruh yang kian tercekik dengan kehidupannya.
Usai merebahkan diri selama kurang lebih setengah jam di tengah terik, massa keluar dari gedung DPRD DIY dan berjalan mundur sebagai simbol kemunduran nasib mereka.
Lalu lintas di Jalan Malioboro sejak pagi sudah dialihkan sehingga hanya becak, andong, dan sepeda motor yang bisa lewat. Untuk kendaraan roda empat dialihkan ke jalur Pasar Kembang. Polda DI Yogyakarta menurunkan 1745 personel guna menjaga sejumlah titik vital.
Para buruh menuntut agar perusahaan yang tidak mematuhi Upah Minimum Provinsi segera ditindak, penghapusan sistem outsourcing, penurunan harga, dan penolakan kenaikan BBM.
“Sampai sekarang masih ada 10 dari 500 perusahaan di DIY yang tak menggaji karyawannya sesuai UMP,” kata Sekretariat Aliansi Buruh Yogyakarta Kirnadi. Dari UMP DIY yang ditetapkan Rp. 892.660, 10 perusahaan itu hanya membayar sebesar Rp 500-600 ribu.
Walikota Hendi Teruskan Aspirasi Buruh Lewat APEKSI
3 Mei 2021
Walikota Hendi Teruskan Aspirasi Buruh Lewat APEKSI
Walikota Semarang menyampaikan kekhawatiran para pekerja terkait UU Cipta Kerja. Antara lain sistem kerja kontrak, praktik outsourcing, dan waktu kerja yang eksploitatif