TEMPO Interaktif, Kupang:Komandan Korem (Danrem) 161 Wirasakti Kupang, Kolonel Inf. Moeswarno Moesanip menganggap langkah PBB memperpanjang kontrak UN Peace Keeping Force (UNPKF) di Timor Leste hingga Mei 2005 sangat menguntungkan Indonesia, karena bila terjadi konflik sosial di negara baru itu maka Indonesia tidak akan dikambinghitamkan. Menurutnya, selama ini TNI dan para mantan milisi pro-Jakarta selalu dianggap sebagai pihak ketiga yang dicurigai melakukan berbagai keonaran. Tuduhan-tuduhan itu, semata-mata untuk meyakinkan dunia bahwa sebenarnya situasi negara yang dideklarasikan Sekjen PBB Kofi Anan 20 Mei 2002 tersebut belum aman, dan karenanya UNPKF harus tetap berada di garis depan pertahanan dan keamanan negara. "Kalau di Timor Leste aman maka di perbatasan dan Timor Barat pasti aman. Karena itu, kalau ada gejolak maka mestinya Indonesia tidak dikambinghitamkan sebagai pihak ketiga yang mengacaukan," katanya di Kupang. Sementara itu, analis masalah Timor Leste yang juga mantan juru bicara Uni Timor Aswain (perhimpunan masyarakat Timtim prootonomi di Indonesia) Florencio Mario Viera yang ditemui Selasa (24/2) mengatakan, rencana PBB untuk memperpanjang misinya membuktikan bahwa Timor Leste belum kondusif dan karenanya UNPKF harus tetap dipertahankan. Menurutnya, saat ini kondisi sosial politik negara itu semakin membahayakan stabilitas nasional. Dia mencontohkan perpecahan dalam tubuh Fretilin menjadi empat faksi merupakan konflik serius saat ini. Kondisi organisasi yang memiliki andil terbesar dalam kemerdekaan Timor Leste itu menjadi indikator keamanan negara tersebut. Sehingga apabila terjadi perpecahan maka masa depan negara dipertaruhkan. Pemecatan Ketua Fretelin Distrik Lospalos, Viktor da Costa, oleh Ketua Umum Fretilin Mari Al Katiri beberapa waktu lalu karena tidak loyal terhadap organisasi, kata Mario, membuktikan bahwa dalam tubuh Fretilin sudah tidak ada kekompakan. Selain itu, perpecahan dalam tubuh parlemen, khususnya dengan Mario Viegas Carascalau, di mana rumah pribadinya telah disita menjadi aset negara semakin memperparah keamanan negara. "Masalah-masalah ini tidak bisa dianggap sepele karena memiliki imbas yang besar bagi kelanjutan proses pembangunan di Timor Leste," katanya.Mario menambahkan, jika PBB meninggalkan Timor Leste dalam kondisi yang masih kacau-balau maka akan ada opini minor dari negara-negara donor dan akan berpengaruh sangat serius bagi masa depan negara tersebut. "Selama ini, opini yang dibentuk PBB adalah perang saudara di Timtim selama puluhan tahun merupakan rekayasa Indonesia. Anggapan ini sudah mengkristal. Sehingga kalau misinya gagal maka akan menjadi tamparan terbesar bagi PBB," kata Mario. Namun untuk kepentingan jangka panjang, kata Mario, sebaiknya PBB memberikan tanggung jawab penuh kepada pasukan nasional Timor Leste untuk mengamankan negaranya. Dengan demikian, negara itu tidak menjadi negara boneka yang terus menerus di suap.Jem's de Fortuna - Tempo News Room
Indonesia dan Timor Leste Bahas Masalah Perbatasan hingga Kerja Sama Ekonomi
12 Januari 2023
Indonesia dan Timor Leste Bahas Masalah Perbatasan hingga Kerja Sama Ekonomi
Sejumlah isu dibahas dalam pertemuan bilateral Menteri Luar Negeri Indonesia dan Timor Leste kemarin, seperti peluang meningkatkan kerja sama ekonomi dan penyelesaian batas darat antara kedua negara.