TEMPO.CO, Bantul - Ratusan kelompok tani di kawasan Bantul, yang selama ini menjadi lumbung padi Yogyakarta, membutuhkan sarana Internet untuk mengintensifkan komunikasi dengan penyuluh.
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) Kabupaten Bantul Pulung Haryadi mengatakan tenaga penyuluh di 17 Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) milik Bantul kesulitan melakukan pembinaan ke petani karena harus bertemu langsung.
“Ada 803 kelompok tani dan jarang anggotanya yang mau datang ke kantor BPP di kecamatan. Jika jemput bola terus, kita kewalahan. Kalau ada jaringan Internet masuk ke kelompok tani, pasti pembinaan lebih mudah,” kata Pulung.
Pulung mengatakan, hingga kini, dari 803 kelompok tani di Bantul, hanya 45 yang masuk kategori utama atau terbaik. Mayoritas kelompok tani di Bantul, kata Pulung, masih masuk kategori madya, yaitu sekitar 472 kelompok. Sebanyak 251 kelompok tani lainnya masuk kategori lanjut serta 35 lagi pemula. “Kategori utama itu kelompok tani yang paling aktif mengembangkan teknologi pertanian baru dan membuka peluang agrobisnis,” ujar Pulung.
Pulung menambahkan, pengetahuan tentang teknologi pertanian dan kiat agrobisnis perlu dimiliki oleh petani agar penyusutan luasan lahan tak mempengaruhi produktivitas pangan. Sayangnya, dia melanjutkan, kelompok-kelompok tani maju di Bantul masih terkonsentrasi di lima kecamatan saja, seperti Pandak, Bantul, Banguntapan, Sewon, dan Bambanglipuro. “Di Pandak marak berkembang pertanian semiorganik,” katanya.
Menurut Pulung, dari 15.000-an hektare lahan pertanian, Bantul memproduksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 197.241 ton atau lebih banyak ketimbang 2010 lalu yang hanya 189.869 ton. “Bantul surplus terus, tapi luasan lahan menyusut, terutama di kawasan Bantul utara (yang akses airnya mudah), karena terdampak perluasan kawasan perkotaan,” kata dia.
Salah satu pengajar Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Sutaryono, saat menjalani ujian doktoral di Fakultas Geografi UGM menyebutkan 50 persen petani yang menjadi responden penelitiannya memiliki pendapatan kurang dari Rp 500.000 per bulan.
Fakta itu dia dapat dari penelitian di empat desa di Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Kulonprogo. “Pendapatannya terus berkurang karena lahan menyempit, sementara akses teknologi dan kredit sulit,” katanya.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Berita terkait
Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian
2 hari lalu
Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero), terus memberikan dampak positif bagi pertanian di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi
6 hari lalu
Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar
Baca SelengkapnyaPengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia
9 hari lalu
Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi
11 hari lalu
PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.
Baca SelengkapnyaKemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati
11 hari lalu
Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Atase Perdagangan RI di Canberra berupaya mendorong para pelaku usaha produk pertanian Indonesia memasuki pasar Australia.
Baca SelengkapnyaErupsi Marapi Rusak Ribuan Hektare Lahan Pertanian
22 hari lalu
Erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat telah merusak hingga ribuan hektare lahan pertanian di sekitar wilayah tersebut.
Baca SelengkapnyaGoogle Manfaatkan AI untuk Dukung Produktivitas Pertanian, Diklaim Sukses di India
33 hari lalu
Google berupaya untuk mengimplementasikan teknologi Google AI AnthroKrishi ini untuk skala global, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaJokowi Resmikan Rehabilitasi Bendungan dan Irigasi Gumbasa, Nilainya Mencapai Rp 1,25 Triliun
36 hari lalu
Jokowi pada hari ini meresmikan bendungan dan daerah irigasi Gumbasa di Kabupaten Sigi, Sulteng yang telah direhabilitasi dan direkonstruksi.
Baca SelengkapnyaGuru Besar Unpad Ajarkan Empat Metode Pemberantasan Gulma Tani, Mana yang Paling Efektif?
37 hari lalu
Guru Besar Unpad memaparkan sejumlah metode pemberantasan gulma di lahan tani. Pemakaian hebrisida efektif, namun berisiko.
Baca SelengkapnyaPemkab Kukar Gelontorkan 700 M untuk Perkuat Sektor Pertanian
45 hari lalu
Kukar merupakan daerah lumbung pangan bagi Provinsi Kalimantan Timur
Baca Selengkapnya