TEMPO.CO, Surabaya - Tim Pengelola Sementara (TPS) Kebun Binatang Surabaya menemukan banyak penyimpangan yang ada di dalam taman konservasi tersebut. "Kebun binatang tak ubahnya seperti rumah peternakan, bukan konservasi," kata Ketua TPS Hadi Prasetyo seusai menggelar sidak di KBS, Rabu, 7 Maret 2012.
Penyimpangan yang terjadi, antara lain, di dalam KBS ternyata terdapat beberapa rumah binatang yang beralih fungsi menjadi kamar. Bahkan di kamar ini ternyata dijadikan tempat untuk menyimpan salah satu istri muda dari petugas KBS.
Kamar yang dimaksud Hadi Prasetyo adalah sebuah ruangan yang ada di dalam kandang unta. Akibatnya, unta yang ada di dalam kandang itu tak bisa berteduh jika hujan karena rumah-rumahan tempat berteduh disulap menjadi sebuah kamar.
Tak hanya itu, ada beberapa pohon besar di dalam KBS yang disulap menjadi tempat ritual mistis. "Kalau bulan-bulan tertentu, khususnya malam, di sini banyak praktek dukun, ini kan aneh," kata Hadi Prasetyo.
Selain itu, mayoritas kandang hewan di dalam KBS tak layak huni. Ukuran yang sempit serta model kandang yang tak layak membuat banyak hewan langka yang akhirnya mati. KBS, misalnya, memiliki 37 babi rusa dengan kandang yang tak memadai.
Ketua Pelaksana TPS Toni Sumampau mengatakan babi rusa termasuk hewan yang sangat langka. "Ini sangat disayangkan. Padahal, kalau ditukarkan dengan hewan lainnya, pasti banyak yang mau," kata Toni.
Selain babi rusa, beberapa hewan yang over populasi di antaranya Komodo dengan jumlah hewan 58 ekor dan jalak bali dengan jumlah 160 ekor. Padahal, baik Komodo maupun jalak bali, merupakan habitat yang sangat langka. Jalak bali sendiri, misalnya, jika mau ditukarkan, lima ekor jalak bali itu senilai satu ekor badak.
Tak hanya itu, domba surai atau kambing gunung juga over populasi dengan luas kandang yang sangat sempit. "Awalnya KBS hanya punya empat ekor, tapi kini sudah mencapai 100 ekor," kata Toni.
Mayoritas hewan di KBS juga tak jelas status keturunannya. Ini lantaran mereka berada dalam satu kandang sehingga tak jelas jalur keturunannya dan dimungkinkan mereka kawin di antara saudara mereka sendiri. Padahal hewan harus memiliki status keturunan yang jelas dan tidak diperbolehkan kawin dengan saudaranya sendiri. Toni mencontohkan, beberapa hewan akan punah dengan sendirinya jika kawin dengan saudara yang masih satu generasi hingga delapan kali berturut-turut.
Di lain pihak, ada beberapa koleksi hewan di KBS yang punah akibat salah urus. Jerapah, misalnya, karena tak mendapatkan asupan makanan yang memadai, akibatnya makan sembarangan dan mati. Ini setidaknya dibuktikan setelah tim membedah tubuh jerapah yang mati beberapa waktu lalu dan ditemukan banyak plastik di dalam tubuhnya.
"Kondisi kandang, sempit dan jelek, tak pernah dibersihkan, sehingga banyak penyakit," kata Toni. Karenanya, TPS sendiri mulai memperbaiki beberapa kandang yang ada di dalam kebun binatang tersebut.
Buruknya kondisi kandang setidaknya membuat banyak dari harimau dan singa koleksi KBS yang tak memiliki ekor. Ini karena pemisah antarkandang hanya terbuat dari besi sehingga memungkinkan harimau atau singa bisa menggigit ekor hewan yang ada di kandang sebelahnya.
Tak hanya itu, di dalam KBS ternyata banyak ditemukan warung-warung pedagang kaki lima yang tak sesuai. Akibatnya, lahan yang harusnya menjadi kandang hewan, tergusur warung. Untuk itu, TPS akan melakukan penggusuran.
Namun penggusuran tak bisa dilakukan cepat karena mayoritas warung adalah milik petugas KBS sendiri. "Pernah kita gusur dan besoknya ada hewan yang mati, ini kan ndak bisa dibiarkan," kata Hadi Prasetyo.
TPS KBS sendiri saat ini telah menyusun beberapa rekomendasi yang nantinya akan diberikan kepada pengelola selanjutnya, yaitu BUMD milik pemerintah Surabaya. Rekomendasi tersebut di antaranya perbaikan seluruh kandang yang sesuai standar konservasi, memindahkan sebagian hewan yang over populasi, serta perbaikan manajemen keuangan.
Konflik berkepanjangan di internal KBS menjadikan banyak hewan yang tak terurus. Akibatnya, Kementerian Kehutanan mengambil alih pengelolaan KBS dengan membentuk TPS. TPS yang diketuai Hadi Prasetyo, yang juga asisten perekonomian pemerintah Jawa Timur, ini akan bekerja hingga terbentuknya BUMD pemerintah Surabaya yang nantinya akan mengelola KBS. Saat ini BUMD pengelola KBS masih dalam tahap pembahasan di internal pemerintah Surabaya dan DPRD Surabaya.
FATKHURROHMAN TAUFIQ
Berita terkait
Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik
7 hari lalu
Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.
Baca SelengkapnyaBRIN Kembangkan Metode Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan
29 hari lalu
Peneliti BRIN tengah mengembangkan metode baru daur ulang baterai litium. Diharapkan bisa mengurangi limbah baterai.
Baca SelengkapnyaMengenal Antropomorfisme, Sifat Manusia yang Memberikan Empati ke Sekitarnya
44 hari lalu
Antropomorfisme memiliki arti pengenalan ciri-ciri manusia hingga empati kepada binatang, tumbuh-tumbuhan, atau benda mati.
Baca SelengkapnyaAlasan Masyarakat Adat Suku Awyu Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung
48 hari lalu
Masyarakat adat suku Awyu mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung dalam sengketa izin lingkungan perusahaan sawit PT ASL di Boven Digoel, Papua Selatan.
Baca Selengkapnya4 Bulan DPO, Mantan Pejabat Pemkab Bangka Tersangka Kasus Perambahan Hutan Ditangkap KLHK
59 hari lalu
Tersangka Barlian merupakan aktor intelektual kasus perusakan dan perambahan hutan di kawasan hutan produksi Sungai Sembulan Bangka.
Baca SelengkapnyaMenteri Lingkungan Hidup Bertemu Dubes Norwegia Bahas Capaian Pengurangan Emisi
13 Februari 2024
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya bertemu Duta Besar Norwegia Rut Kruger Giverin membahas capaian emisi.
Baca SelengkapnyaPertemuan Anies Baswedan - Emil Salim, Mengenang Saat SMA Wawancara Menteri Lingkungan Hidup Itu
31 Januari 2024
Saat SMA, Anies Baswedan mewawancarai Emil Salim. Kini, mereka bertemu kembali untuk berdiskusi. Sehari sebelumnya, Ganjar bertemu Emil pula.
Baca SelengkapnyaAnies dan Ganjar Kompak Temui Emil Salim, Ada Apa?
29 Januari 2024
Capres Anies dan Capres Ganjar menemui mantan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Emil Salim jelang pencoblosan Pilpres. Ada apa?
Baca SelengkapnyaTemui Emil Salim, Ganjar Diskusi soal Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim
28 Januari 2024
Selain persoalan lingkungan, Ganjar mengatakan dirinya juga membahas pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan
Baca SelengkapnyaTim Kampanye Anies Baswedan Serukan Revisi UU Cipta Kerja
25 Januari 2024
Tim kampanye tiga pasangan capres-cawapres bicara tentang perlindungan lingkungan hidup. Timnas Anies Baswedan menilai UU Cipta Kerja harus direvisi.
Baca Selengkapnya