TEMPO.CO, Jakarta-Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Djoko Santoso mengatakan jurnal ilmiah mengubah Bangsa Indonesiadari bangsa bertutur menjadi bangsa yang menulis. "Ini urusan besar, kami harus ubah budaya tutur menjadi menulis," kata Djoko kepada Tempo di gedung D Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamis, 23 Februari 2012.
Menurut Djoko, harus ada yang berani memberlakukannya. "Saya sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi berani, kan untuk kemajuan bangsa," tuturnya. Kata dia, bangsa yang pintar adalah bangsa yang memiliki karya ilmiah dalam jumlah besar.
Djoko menyatakan, bangsa harus melahirkan orang-orang yang pintar menulis bukan pintar berbicara, karena kalau menulis tidak perlu berbicara sana-sini, tapi hanya menunjukkan bukti jurnal cetak atau online. "Yang bikin karya ilmiah kan orang-orang pintar. Kalau bangsa yang banyak orang pintar akan terlihat kemajuan bangsanya," katanya.
Budaya menulis juga untuk mendorong agar tidak ada lagi orang yang melakukan plagiarisme. "Ilmunya juga akan berkembang, tidak menjiplak hasil karya orang lain," ujarnya. Kata Djoko, syarat kelulusan itu yang memutuskan rektor. "Saya meminta supaya jurnal ilmiah dijadikan syarat kelulusan." Kalau ada Perguruan Tinggi yang tidak memberlakukan tidak masalah. "Nanti yang menilai masyarakat, yang lulus dengan jurnal ilmiah pasti lebih baik," katanya.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi memuat surat edaran pada 27 Januari lalu, yang berisikan, lulusan program sarjana harus menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah. Lulusan program magister harus menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah nasional yang terakreditasi Dirjen Pendidikan Tinggi. Lulusan program doktor harus menghasilkan makalah dan diterima untuk terbit pada jurnal internasional. Publikasi karya ilmiah dalam jurnal ilmiah akan diberlakukan pada Agustus mendatang.
AFRILIA SURYANIS
Berita terkait
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan
32 hari lalu
BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaDua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?
26 September 2023
Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.
Baca SelengkapnyaRektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang
20 Juli 2023
Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.
Baca Selengkapnya2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi
14 Juli 2023
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.
Baca SelengkapnyaBagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad
14 April 2023
Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia
6 April 2023
Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.
Baca SelengkapnyaRancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah
26 Maret 2023
Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat
22 Maret 2023
Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.
Baca SelengkapnyaPsikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik
17 Januari 2023
Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.
Baca SelengkapnyaTips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu
13 September 2022
Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.
Baca Selengkapnya