TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menilai kondisi Gunung Merapi masih aman. Meski aktivitas kegempaan Gunung Merapi yang sejak awal Februari lalu sempat mengkhawatirkan karena mengalami kenaikan intensitas secara signifikan. Tapi dalam dua hari ini sudah mereda. "Masyarakat tak perlu khawatir,” kata Kepala BPPTK Yogyakarta, Subandrio, Selasa, 21 Februari 2012.
Meredanya Merapi itu disimpulkan dalam rapat evaluasi bersama relawan pada Senin malam setelah semua aspek penting seperti kegempaan menurun dan gejala deformasi tetap normal. Dalam rapat evaluasi itu dipaparkan sejumlah kondisi kekinian Merapi selama Februari ini. Misalnya pada 6-12 Februari, ada 178 kali gempa multiphase (MP), empat kali gempa tektonik, dan 19 kali gempa vulkanik dangkal (VB).
Aktivitas itu kemudian naik lagi mulai 13-19 Februari dengan meningkatnya semua aktivitas gempa, yakni gempa MP menjadi 235 kali, gempa VB jadi 118 kali, dan tujuh kali gempa guguran, serta lima gempa tektonik. Untuk gempa vulkanik dangkal BPPTK mencatat peningkatan intensitas menjadi rata-rata 35 kali dalam satu hari dari yang semula tak sampai 10 kali. Sedang gempa multiphase yang biasanya sekitar 10 kali menjadi rata-rata 40 kali dalam sehari. Relawan sempat mengusulkan dengan kondisi semacam itu, status Merapi dipertimbangkan dinaikkan dari normal menjadi waspada.
Tapi, Subandriyo menegaskan, dengan kondisi umumnya saat ini, Gunung Merapi bisa dikatakan mulai beraktivitas normal dan aman. Meski, katanya, Merapi tidak pernah punya pola yang sama setiap terjadi erupsi, begitu pula dengan gejala awalnya. “Yang penting sekarang tetap waspada karena kami pun juga belum memiliki pengalaman melakukan monitoring setelah terjadinya letusan besar. Jadi, pola aktivitas kegempaannya juga bisa berbeda, dibanding 2010,” kata dia.
Subandriyo menduga, kegempaan Merapi sebelumnya kemungkinan besar terpicu akibat akumulasi gas yang terhalang sehingga menimbulkan tekanan dan fracture sehingga muncul gempa dangkal. Setelah gas terlepas, kemudian tak ada akumulasi tekanan gas dan mereda. “Saat ini kemungkinan sedang terjadi mulainya pelepasan gas secara lancar," kata dia.
Sementara itu, dengan peningkatan aktivitas Merapi ini, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X minta masyarakat di sekitar lereng Merapi tidak panik dan menyikapi berlebihan. Menurut Sultan, sampai saat ini belum ada pemberitahuan apapun dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). "Masih normal, kami belum dapat surat apapaun dari Pak Rono (Surono, Kepala PVBMG)," kata Sultan.
Sebelumnya, relawan Jaringan Informasi Lingkar Merapi, Mujianto, menyatakan di puncak Merapi muncul sejumlah rekahan. Dia melakukan pendakian ke puncak Merapi, Sabtu malam pekan lalu. Mujianto juga menyebutkan terjadi guguran di puncak. Selain itu, katanya, sangat banyak asap sulfatara yang keluar dari puncak.
PRIBADI WICAKSONO
Berita terkait
3 Perbedaan Gunung Ruang dan Gunung Raung
6 hari lalu
Dengan perbedaan signifikan dalam lokasi, aktivitas vulkanik, dan dampak lingkungan, Gunung Ruang dan Gunung Raung menunjukkan perbedaannya.
Baca SelengkapnyaSekilas Nama Mirip, Jangan Salah Bedakan Gunung Ruang dan Gunung Raung
6 hari lalu
Gunung Ruang dan Gunung Raung, meskipun memiliki nama yang mirip merupakan dua gunung berapi yang berbeda.
Baca SelengkapnyaTerkini: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup hingga Senin, Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah
10 hari lalu
Penutupan Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara diperpanjang hingga Senin, 22 April 2024 akibat erupsi Gunung Ruang.
Baca SelengkapnyaCerita dari Kampung Arab Kini
10 hari lalu
Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaSeluruh Penerbangan Wings Air Ternate-Manado Tidak Dioperasikan
13 hari lalu
Seluruh aktivitas penerbangan pesawat Wings Air rute Ternate - Manado PP pada Kamis tidak dioperasikan pasca Gunung Raung erupsi.
Baca SelengkapnyaBegini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X
14 hari lalu
Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi
Baca SelengkapnyaMenengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta
50 hari lalu
Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755
Baca SelengkapnyaDI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah
55 hari lalu
Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram
Baca SelengkapnyaKetua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan
58 hari lalu
Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.
Baca SelengkapnyaBadai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan
20 Januari 2024
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.
Baca Selengkapnya