"Dalam konteks Indonesia, Imlek merupakan perayaan tradisi budaya karena Tionghoa sendiri memiliki banyak etnis. Tapi mereka merayakan Imlek bersama-sama," ujar Ulung, Kamis lalu.
Di balik perbedaan itu, kata Ulung, ada nilai-nilai universal yang terkandung dalam perayaan Imlek. Nilai tersebut adalah kebersamaan, rasa syukur, dan harapan. Hal ini tergambar dalam kegiatan-kegiatan sepanjang perayaan Imlek. Misalnya, tradisi berkumpul di rumah orang tua untuk makan malam bersama.
Habis makan malam itu, Ulung menjelaskan, biasanya anak-anak mulai menghias rumah dengan memasang pernak-pernik Imlek. Misalnya, merangkai pohon bunga meiwa, membuat ornamen-ornamen yang didominasi warna kuning emas sebagai simbol harapan untuk mendatangkan rezeki, serta menggantung angpau--amplop warna merah berisi uang.
Saat Imlek, kata Ulung, anak-anak dan orang yang lebih muda mendatangi orang-orang tua untuk penghormatan. Mereka datang dan memberi salam pai-pai atau soja (mengepalkan kedua tangan ambil digoyang-goyangkan ke bawah dan atas). Biasanya orang-orang tua lalu membagikan angpau yang sudah disiapkan kepada tetamu yang datang.
Kesamaan yang bisa ditemukan dalam perayaan Imlek, menurut Budi, ada pada makanan dan pernak-pernik yang disajikan. Misalnya, kue keranjang. Mengapa kue keranjang? Menurut Budi, itu lantaran kue ini dipersiapkan untuk makanan di musim dingin. "Secara filosofi, kue itu bentuknya bulat, artinya sempurna, liat itu menandakan keuletan, dan rasanya yang manis mewakili kebaikan."
Seperti perayaan keagamaan lainnya di Tanah Air, suasana penyambutan Imlek juga sangat terasa di banyak tempat. Lihat saja pusat-pusat belanja yang memasang ornamen dan atribut bernuansa Imlek serta penjualan pernak-perniknya. Bagi Ulung, situasi ini merupakan bentuk pengakuan secara tak langsung atas Imlek baik sebagai tradisi keagamaan ataupun tradisi budaya.
Semangat perayaan Imlek di Indonesia, kata Ulung, sebenarnya bukan mempertahankan tradisi itu sendiri menjadi sesuatu yang eksklusif, melainkan membangun solidaritas nasional. "Semangatnya adalah kebersamaan dan berbagi dengan sesama," ujarnya.
ELLIZA HAMZAH | EKO WIDIANTO | HARI TRI WASONO | DODY HIDAYAT
Berita Terkait
Persiapan Imlek di Pecinan Surabaya
Mengapa Warga Tiong Hoa Pilih Berdagang Ketimbang Berpolitik?
Tahun Naga Air, Banyak Air, Antisipasi Pelayaran
Beginilah Imlek Ala Batavia Tempo Dulu
Inilah Kuliner Imlek di Yogyakarta