TEMPO Interaktif, Jayapura - Tentara Pertahanan Organisasi Papua Merdeka Devisi II Makodam Pemka IV Paniai mengklaim telah menembak empat polisi Brigadir Mobil dalam kontak senjata di Eduda, Paniai, Selasa 13 Desember 2011 lalu. “Dari OPM ada dua meninggal dan dua luka, kalau dari ABRI (Brimob) ada empat sampai enam orang,” kata Leo Yeimo, Juru Bicara Tentara Pertahanan Nasional OPM Devisi II Makodam Pemka IV Paniai, Ahad 18 Desember 2011 malam.
Jumlah korban sedikit dari pihak aparat karena mereka memiliki persenjataan begitu lengkap. “Saya dapat laporan ada empat sampai enam, lebih banyak korban dari warga, 24 meninggal dan luka lima orang,” ujarnya.
Kepolisian Paniai membantah empat anggotanya tertembak. “Yang kena dari kita satu saja, Bripka Supono di bagian kaki. Untuk kondisi Paniai, sudah normal, tapi kita tetap waspada,” kata Kapolres Paniai Ajun Komisaris Besar Janus Siregar.
Kedatangan Majelis Rakyat Papua di Paniai diharapkan bisa meredakan gejolak. “Ya kami memang berharap begitu, harus ada pihak yang bisa mempertemukan semua, tentunya kita juga berharap mereka yang berseberangan bisa kembali ke NKRI,” ujarnya.
Majelis Rakyat Papua telah membentuk tim khusus meninjau konflik bersenjata di Paniai. Tim tersebut terdiri dari sejumlah anggota Majelis yang bertugas mengambil langkah-langkah strategis bagi perdamaian di daerah pegunungan itu.
“Dengan pendekatan ini, kita berharap OPM yang ada di hutan bisa memahami bahwa situasi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi keberlangsungan pembangunan, kita juga berharap konflik bisa segera berakhir apalagi ini menjelang hari raya bagi umat nasrani,” kata Ketua Majelis Rakyat Papua, Timotius Murib.
MRP mendukung penuh langkah kepolisian sebagai aparat penegak hukum untuk mengamankan wilayah. “Tapi pendekatan yang dilakukan seharusnya tidak sampai menimbulkan korban jiwa, karena hal itu dapat memicu konflik yang lebih luas,” kata Murib.
JERRY OMONA
Berita terkait
Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara
25 April 2016
Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.
Baca SelengkapnyaPolri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara
25 April 2016
Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.
Baca SelengkapnyaTolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar
24 April 2016
Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.
Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi
8 September 2015
Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.
Baca SelengkapnyaJokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum
11 Agustus 2015
Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.
Baca SelengkapnyaPresiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan
11 Agustus 2015
Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.
Baca SelengkapnyaKomnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara
10 Agustus 2015
Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.
Baca SelengkapnyaRusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran
10 Agustus 2015
Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.
Baca SelengkapnyaHasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM
10 Agustus 2015
Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Baca SelengkapnyaTolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki
10 Agustus 2015
Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.
Baca Selengkapnya