TEMPO Interaktif, Jakarta - Berlarut-larutnya konflik di Papua tak membuat Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto khawatir berlebihan. Dia tak percaya, tambahan pasukan Amerika Serikat sebanyak 250-300 personel di Darwin, Australia, akan mengancam dan mengintervensi Papua terkait keberadaan PT Freeport Indonesia di Papua.
"Saya tak percaya ada intervensi dari AS maupun Australia terhadap Indonesia karena keberadaan PT Freeport Indonesia. Tak ada intervensi itu," tegas Djoko saat rapat kerja Tim Pemantau Pelaksanaan UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan Tim Pemantau Pelaksanaan UU. No 2 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua dengan DPR RI di gedung DPR, Jakarta, Jumat, 25 November 2011.
Keyakinan itu, kata Djoko, bisa dilihat dari hasil pertemuan bilateral Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden AS Barrack Obama dan PM Australia Julia Gillard. Kedua kepala negara sahabat itu tidak menyinggung sama sekali soal PT Freeport.
"Malah Presiden Obama menegaskan bahwa Papua adalah bagian dari NKRI. Tidak sepatah kata pun Obama menyinggung PT Freeport Indonesia," ujar Djoko.
Menurut mantan panglima TNI itu, keberadaan pasukan AS di Darwin merupakan sesuatu yang sudah ada sebelumnya. AS sendiri, lanjut Djoko, tak membuat pangkalan militer di Darwin.
"Penambahan pasukan AS di Darwin adalah karena kedua negara tersebut adalah sekutu dan memiliki perjanjian kerja sama. Itu urusan mereka berdua soal penambahan pasukan," kata Djoko.
Rapat kerja itu dipimpin oleh Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso didampingi Yorris Raweyai.
Sedangkan dari pihak pemerintah, selain Djoko Suyanto, juga hadir Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin, Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kepala BIN Marciano Norman, Ketua UP4B Bambang Dharmono, dan Ketua KPU Hafidz Ansyari.
ANT | BS
Berita terkait
Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara
25 April 2016
Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.
Baca SelengkapnyaPolri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara
25 April 2016
Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.
Baca SelengkapnyaTolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar
24 April 2016
Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.
Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi
8 September 2015
Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.
Baca SelengkapnyaJokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum
11 Agustus 2015
Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.
Baca SelengkapnyaPresiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan
11 Agustus 2015
Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.
Baca SelengkapnyaKomnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara
10 Agustus 2015
Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.
Baca SelengkapnyaRusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran
10 Agustus 2015
Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.
Baca SelengkapnyaHasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM
10 Agustus 2015
Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Baca SelengkapnyaTolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki
10 Agustus 2015
Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.
Baca Selengkapnya