Ini Alasan Partai Bentuk Poros Tengah  

Reporter

Editor

Selasa, 1 November 2011 14:33 WIB

Dok. TEMPO/Panca Syurkani

TEMPO Interaktif, Jakarta - Enam partai politik menengah tampaknya serius dengan pembentukan poros tengah dalam pembahasan rancangan undang-undang pemilihan umum. Mereka beranggapan ketentuan ambang batas parlemen berpotensi mengancam eksistensi mereka di pemilu mendatang.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Amanat Nasional Viva Yoga Mauladi mengungkapkan sejumlah alasan pembentukan poros oleh PAN, PKS, PKB, PPP, Gerindra, dan Hanura.

Alasan pertama, Viva mengatakan, poros tengah berkeinginan menegakkan konstitusi. Menurut dia, sistem pemilu yang berlaku sesuai konstitusi adalah sistem proporsional. Penerapan angka ambang batas parlemen (parliamentary threshold) yang semakin tinggi akan meningkatkan indeks disproporsionalitas. Karenanya, penerapan ambang batas di atas 3 persen dinilai melanggar konstitusi.

Dengan angka ambang batas di atas 3 persen, jumlah suara sah hangus atau terbuang menjadi semakin banyak karena tidak bisa dikonversi menjadi kursi. "Ini akan semakin menjauhkan dari nilai proporsionalitas dan pemilu menjadi tidak berkualitas," ujar Viva dalam pesan pendeknya kepada wartawan, Selasa, 1 November 2011.

Alasan kedua, enam parpol menengah ingin menjaga dan merawat pluralisme dan kebhinekaan Indonesia. Ia mengatakan, parpol secara sosiologis adalah pengejawantahan dari kelompok-kelompok sosial yang tumbuh di masyarakat yang berbeda agama, suku bangsa, adat, ideologi, dan golongan.

Kelompok-kelompok sosial ini berhimpun dalam parpol atas dasar persamaan ide, gagasan, dan cita-cita bersama. Jika jumlah parpol semakin dibatasi, maka pluralisme dan kebhinekaan juga semakin terkikis. Untuk itu, "Jumlah parpol di tingkat nasional saat ini sudah cukup merepresentasikan kebhinekaan masyarakat Indonesia," ujar Viva.

Alasan ketiga, revisi undang-undang pemilu bertujuan membangun sistem kepartaian yang demokratis, sehat, dan kuat. Revisi tidak untuk menghilangkan atau membunuh parpol kecil atas nama menciptakan pemerintahan presidensiil yang efektif dan efisien.

Menurut Viva, partai-partai besar memilih logika yang keliru jika menilai pemerintahan presidensiil yang efektif dan efisien ditentukan oleh jumlah partai. "Pemerintahan presidensiil yang efektif dan efisien ditentukan ada tidaknya perbedaan ideologi politik partai dan komposisi perolehan kursi partai di DPR," ujarnya.

Selain itu, pemerintahan presidensiil yang efektif dan efisien juga ditentukan ada tidaknya kepemimpinan yang kuat di pemerintahan. Absennya kepemimpinan yang kuat dan berwibawa di pemerintahan, Viva menyatakan, dapat memicu terjadinya ketidakstabilan politik.

Alasan keempat, Viva mengatakan, rancangan undang-undang pemilu harus diputuskan melalui landasan konstitusional dan tidak boleh bertentangan dengan kaidah keilmuan pemilu. Sebab, penerapan ilmu pemilu di Indonesia itu berdasarkan dari penemuan dan modifikasi yang sudah ada, tanpa boleh melenceng dari kaidah yang sudah berlaku.

Alasan terakhir, enam partai menengah ingin memberi pelajaran politik kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam mengawasi proses pembahasan rancangan undang-undang pemilu di DPR supaya berjalan sesuai tujuan revisinya. "Jangan sampai ada tirani mayoritas atau diktaktor minoritas di DPR. Kekuatan 'civil society' harus terlibat aktif dalam proses pengambilan kebijakan rancangan pemilu," ujar Viva.

MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita terkait

Kata 7 Pengamat Soal Koalisi Prabowo yang Bakal Gemuk

1 hari lalu

Kata 7 Pengamat Soal Koalisi Prabowo yang Bakal Gemuk

Berikut tanggapan para pengamat politik dan peneliti soal koalisi Prabowo ke depan yang hampir pasti bakal gemuk.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Seluruh Partai Politik Rekonsiliasi dalam Koalisi Pemerintahan Prabowo

18 hari lalu

Bamsoet Dorong Seluruh Partai Politik Rekonsiliasi dalam Koalisi Pemerintahan Prabowo

Bamsoet memberikan apresiasi atas pertemuan Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar -Mahfud, Arsjad Rasjid dengan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani, saat open house di kediaman Rosan Roeslani.

Baca Selengkapnya

Soal Waktu Penentuan Arah Koalisi, Golkar Tunggu Momentum Demi Kepentingan Terbaiknya

21 Juli 2023

Soal Waktu Penentuan Arah Koalisi, Golkar Tunggu Momentum Demi Kepentingan Terbaiknya

Erwin Aksa memastikan bahwa arah politik Golkar akan selalu berada di pemerintahan.

Baca Selengkapnya

Kata Anas Urbaningrum dan Gede Pasek soal PKN yang Belum Tentukan Arah Koalisi

15 Juli 2023

Kata Anas Urbaningrum dan Gede Pasek soal PKN yang Belum Tentukan Arah Koalisi

Anas Urbaningrum dan Gede Pasek sebut Partai Kebangkitan Nusantara atau PKN belum tentukan arah koalisi untuk Pemilu 2024

Baca Selengkapnya

Airlangga Bilang KIB Belum Bubar Meski PAN Beri Sinyal Merapat ke PDIP

5 Juni 2023

Airlangga Bilang KIB Belum Bubar Meski PAN Beri Sinyal Merapat ke PDIP

Airlangga menyebut dirinya bahkan baru bertemu dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan atau Zulhas pada Sabtu malam kemarin.

Baca Selengkapnya

PKB Sebut Golkar Sepakat Gabung KIR, Begini Respons Airlangga

5 Mei 2023

PKB Sebut Golkar Sepakat Gabung KIR, Begini Respons Airlangga

Airlangga menjelaskan, Golkar sedianya sudah membentuk tim teknis untuk koalisi inti.

Baca Selengkapnya

Dua Jam Lebih Bertemu di Istana, Ini yang Dibahas Jokowi dan 6 Ketum Parpol Koalisi

2 Mei 2023

Dua Jam Lebih Bertemu di Istana, Ini yang Dibahas Jokowi dan 6 Ketum Parpol Koalisi

Menurut Airlangga, pertemuan dengan Jokowi ini lebih banyak membahas kondisi perekonomian ke depan. Adakah bahas politik?

Baca Selengkapnya

Politikus PKB Bilang Cak Imin dan Airlangga Bertemu Rabu Besok

2 Mei 2023

Politikus PKB Bilang Cak Imin dan Airlangga Bertemu Rabu Besok

Halalbihalal DPP PKB dan DPP Golkar itu digelar di Resto Plataran Senayan.

Baca Selengkapnya

PAN Yakin Diajak Berkoalisi Partai Lain karena Merepresentasikan Muhammadiyah

30 April 2023

PAN Yakin Diajak Berkoalisi Partai Lain karena Merepresentasikan Muhammadiyah

Bukan hanya jemput bola, Eddy menyebut pihak lain juga berupaya menjangkau PAN untuk berkomunikasi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Disebut Bakal Kumpulkan Lagi Ketua Umum Partai Koalisi

26 April 2023

Jokowi Disebut Bakal Kumpulkan Lagi Ketua Umum Partai Koalisi

Sebelumnya pada 2 April 2023, Jokowi juga sudah bertemu dengan lima ketua umum partai koalisi. Tak mengundang Surya Paloh.

Baca Selengkapnya