Ahli Waris Tuntut Kompensasi Biola WR Soepratman  

Reporter

Editor

Kamis, 27 Oktober 2011 12:23 WIB

Endang, membuat biola dari limbah kayu secara manual di ruang kerja, di Bandung. ANTARA/Agus Bebeng

TEMPO Interaktif, Surabaya - Para ahli waris Wage Rudolf Soepratman menuntut uang kompensasi atas kepemilikan biola pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya itu. Biola bersejarah itu kini tersimpan di Museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta.

“Meski sekarang disimpan di museum dan diakui sebagai milik pemerintah, tapi sebenarnya status biola itu masih milik Om Pratman,” kata Oerip Soedarman, 78 tahun, salah seorang kemenakan WR Soepratman di Surabaya kepada Tempo, Kamis, 27 Oktober 2011.

Bersama Soehendro, 81 tahun, kemenakan Soepratman yang lain, Oerip pernah dua kali mengirim surat ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono perihal kompensasi biola itu. Surat pertama dikirim pada 14 Desember 2004 dan yang kedua pada 16 April 2007. “Tapi belum ada respon sampai sekarang,” imbuh Oerip.

Oerip membantah jika permintaan kompensasi itu dimaksudkan untuk mencari keuntungan pribadi. Sebab, ia merasa sudah hidup berkecukupan sebagai pensiunan pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur. “Tapi ini menyangkut hak,” ujar Oerip.

Oerip lantas membandingkan ketika pemerintah memberikan uang kompensasi atas lagu kebangsaan Indonesia Raya pada 1956. Ketika itu ahli waris Soepratman mendapat kompensasi berupa uang sebesar Rp 250 ribu. “Kenapa biolanya tidak?” kata Oerip.

Dia menceritakan, pada 1950 pihak keluarga sengaja menitipkan biola itu ke museum karena ada perempuan yang mengaku-ngaku sebagai istri Soepratman dan meminta biola tersebut. Padahal, sampai meninggal di usia 35 tahun, Soepratman tak pernah menikah.

Biola itu sendiri, kata Oerip, merupakan pemberian W.M Van Eldik alias Sastro Suharjo, kakak ipar Soepratman. Sastro adalah anggota marching band Belanda yang memperkenalkan dunia musik kepada Soepratman. “Dari penelusuran saya, biola itu dibuat pada awal abad 20 di Italia. Tapi ada yang bilang dibikin di Austria,” kata Oerip.

Biola itu pernah dipakai Soepratman untuk memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya pada Sumpah Pemuda 1928 di Jakarta. Sang komponis terakhir kali memegang biola itu pada 7 Agustus 1938 saat memimpin para pandu KBI menyanyikan lagu Matahari Terbit di gedung NIROM, Jalan Embong Malang, Surabaya.

Sore harinya Soepratman ditangkap polisi Belanda dan dijebloskan ke penjara Kalisosok karena judul lagunya dianggap mendukung Jepang. Sepuluh hari kemudian, Soepratman meninggal di rumah kakak tertuanya, Roekijem Soepratinah, di Jalan Mangga 21, Surabaya.

Beruntung biola kesayangan Soepratman masih bisa diselamatkan oleh Roekijem. “Om Pratman meninggal dengan luka dalam yang lumayan parah, mungkin akibat disiksa saat di penjara,” kata Oerip.

KUKUH S WIBOWO

Berita terkait

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

4 hari lalu

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Situs Sejarah Hingga Museum Jadi Favorit Wisatawan di Festival Musim Semi Cina

18 Februari 2024

Situs Sejarah Hingga Museum Jadi Favorit Wisatawan di Festival Musim Semi Cina

Liburan Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek berlangsung meriah di Cina. Wisatawan penuhi libur 8 hari itu ke berbagai destinasi wisata menarik.

Baca Selengkapnya

Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

6 Februari 2024

Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi

Baca Selengkapnya

Optimis Ganjar-Mahfud Kuasai Suara, Sekjen PDIP: Keduanya Berpihak Sejarah yang Benar

14 Januari 2024

Optimis Ganjar-Mahfud Kuasai Suara, Sekjen PDIP: Keduanya Berpihak Sejarah yang Benar

Mengingat pentingnya sejarah itu, Hasto mengungkap pesan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Baca Selengkapnya

Berkunjung ke Lokasi Tragedi Situjuah di Sumatra Barat, Ada Peringatan Khusus Setiap Januari

12 Januari 2024

Berkunjung ke Lokasi Tragedi Situjuah di Sumatra Barat, Ada Peringatan Khusus Setiap Januari

Sampai saat ini tragedi Situjuah masih dikenang masyarakat Nagari Situjuah Batua Sumatra Barat. Ada pengibaran bendera sebulan penuh dan ziarah makam

Baca Selengkapnya

Bernalar Berdaya di SMAN 91 Jakarta: Membangun Generasi Muda dengan Pemikiran Cerdas dan Literasi

11 Januari 2024

Bernalar Berdaya di SMAN 91 Jakarta: Membangun Generasi Muda dengan Pemikiran Cerdas dan Literasi

Kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan generasi muda terhadap literasi digital dan sejarah.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Kenapa Tahun Baru Jatuh Pada 1 Januari, Ada Sejarahnya

26 Desember 2023

Ini Alasan Kenapa Tahun Baru Jatuh Pada 1 Januari, Ada Sejarahnya

Januari ditetapkan sebagai awal tahun baru melalui sejarah yang panjang. Berikut ini alasan kenapa tahun baru jatuh pada 1 Januari.

Baca Selengkapnya

Sejarah Hari Ibu 22 Desember, Berawal dari Sumpah Pemuda

22 Desember 2023

Sejarah Hari Ibu 22 Desember, Berawal dari Sumpah Pemuda

Sejarah Hari Ibu 22 Desember berawal dari Kongres Pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928 hingga mencetuskan para perempuan untuk menyatukan diri.

Baca Selengkapnya

Inilah 3 Alasan Persib Bandung Ubah Hari Lahir Klub

22 Desember 2023

Inilah 3 Alasan Persib Bandung Ubah Hari Lahir Klub

Berikut adalah alasan Persib Bandung mengubah tanggal lahirnya menjadi 5 Januari 1919.

Baca Selengkapnya

6 Hal Seru yang Bisa Dilakukan di Hanoi Vietnam, Menjelajah Danau dan Mencicipi Kopi Telur

26 November 2023

6 Hal Seru yang Bisa Dilakukan di Hanoi Vietnam, Menjelajah Danau dan Mencicipi Kopi Telur

Berlayarlah di sepanjang Teluk Halong atau lakukan perjalanan sehari ke Provinsi Ninh Binh untuk menjelajahi gua selama berkunjung ke Hanoi Vietnam.

Baca Selengkapnya