TEMPO Interaktif, Jakarta - Membuka acara Kongres VII Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia, Wakil Presiden Boediono mengenang masa kecilnya ketika wayang masih begitu populer. Saat itu, budaya menonton wayang belum digantikan oleh bioskop.
"Kalau mengenang kembali masa kecil saya waktu itu, wayang menjadi bagian dari hidup anak-anak. Bisokop ada, tapi sedikit dan mahal," katanya di kantor Wapres Jakarta, Jumat, 21 Oktober 2011.
Pertunjukan wayang selalu digelar, baik di kampung atau kota, baik setiap minggu atau setiap bulan. Pertunjukan gratis ini, kata dia selalu ditunggu oleh anak-anak. Boediono mengenang, ayahnya selalu membangunkan dia pada pukul dua pagi untuk menonton wayang.
"Jadi, memang didorong oleh orang tua. Ini sebagai contoh orang tua memberikan dorongan kepada anak-anaknya untuk menyukai dan mengapresiasi budaya sendiri," tutur Pak Boed.
Boediono juga berpesan bahwa wayang, baik yang berasal dari Jawa atau daerah lain, bukan saja hiburan bagi orang dewasa dan anak-anak. Tetapi juga bisa menjadi media komunikasi yang sangat efektif.
Banyak hal, menurutnya, bisa dikomunikasikan melalui wayang. Dan yang paling penting adalah nilai-nilai dalam cerita wayang. Cerita itu, kata Pak Boed, selalu menjadi subtansi dari penggunaan wayang sebagai media komunikasi yang efektif.
"Kalau ingin menjangkau anak-anak kita itu memang harus cerita-cerita seperti ini," tuturnya. Cerita-cerita wayang baginya memiliki makna dan nilai yang luhur yang bisa diserap anak-anak. Karena alasan ini, Boediono meminta agar ada program dengan prioritas bagaimana menjangkau generasi muda.
"Yang tua-tua sudah tahu dan menghayati, di luar negeri maupun di Indonesia sudah menghayati postur di mana wayang bagian dari nilai budaya. Itu diapresiasi dan kita tunjukan kepada dunia sangat bagus."
Memang semasa kecil, Boediono sering kali tidak memahami cerita wayang sebelum orang tuanya bercerita apa yang dimaksud dalam pertunjukan. Ini membuatnya semakin menghayati cerita pewayangan. Cerita wayang, menurutnya, juga tidak kalah menarik dengan cerita superhero dalam komik-komik.
KARTIKA CANDRA
Berita terkait
Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri
20 November 2021
Wayang kulit merupakan salah satu karya adiluhung Indonesia telah diakui oleh UNESCO melalui penetapan resmi pada 2003.
Baca SelengkapnyaJadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa
21 Januari 2019
Wayang potehi dipentaskan pada 20-21 Januari dalam perayaan ulang tahun Hok Tek Ceng Sin, atau Dewa Bumi untuk kemakmuran dan jasa.
Baca SelengkapnyaPesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem
11 November 2018
Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk ini digelar pada hari ke-2 perayaan ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaUlang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit
11 November 2018
Acara ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah, akan ditutup dengan pembekalan calon legislatif partai di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaDalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP
27 Januari 2018
Menurut panitia acara pagelaran wayang, Ki Purwo Asmoro yang tampil di acara ulang tahun PDIP ini adalah dalang favorit Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaMegawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi
27 Januari 2018
Megawati mulai menyukai wayang sejak kecil karena ayahnya, Presiden RI ke-1 Soekarno kerap menggelar pertunjukan wayang di Istana.
Baca SelengkapnyaWayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia
11 November 2017
Wayang kulit menjadi salah satu benda seni yang dipamerkan dalam rangkaian Festival Europalia Indonesia di museum Kota Binche.
Baca SelengkapnyaAda Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?
26 September 2017
Ada wayang kulit dalam serial televisi Star Trek: Discovery episode terbaru yang tayang pada akhir pekan lalu.
Baca SelengkapnyaPT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta
7 Juli 2017
Pada Maret lalu, PT KAI juga menyerahkan bantuan senilai Rp 150 juta untuk gedung kesenian itu.
Opera Ramayana: Murka Rahwana di Hari Raya
3 Juli 2017
Lakon Rama Tambak dalam Opera Ranayana ini tak hanya menyuguhkan konflik antar-kerajaan, tapi juga menyelipkan pesan-pesan lingkungan.