Kabut Asap di Sumatera Selatan Kian Meluas  

Reporter

Editor

Jumat, 9 September 2011 13:35 WIB

Kabut asap kembali menyelimuti Kota Palembang, Minggu, (06/09). Kabut asap cukup tebal dan mengganggu jarak pandang di Sungai Musi. Foto: TEMPO/ Arif Ardiansyah

TEMPO Interaktif, Palembang - Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin menyatakan kabut asap yang melanda wilayahnya kian meluas. Jumlah titik api yang menjadi sumber kebakaran telah mencapai 891 titik. Padahal pekan lalu masih 120 titik. “Ini sudah keadaan darurat dan membutuhkan penanganan khusus sehingga kami minta bantuan pemerintah pusat agar dibuat hujan buatan,” ujarnya, Jumat, 9 September 2011.

Titik api pun sudah menyebar ke sejumlah daerah, seperti Kabupaten Ogan Komring Ilir, Banyu asin, Musi Banyu Asin, Musi Rawas, dan Kabupaten Muara Enim.

Penyebab kebakaran, menurut Alex, adalah rendahnya kesadaran pengusaha dan warga yang membuka lahan. Setiap musim kemarau, mereka tetap melakukan pembakaran hutan.

Akibat terbawa embusan angin, kabut asap dikabarkan sudah memasuki sebagian kecil wilayah negara Malaysia dan Singapura. Dikhawatirkan muncul komplain dari kedua negara tersebut.

Alex juga menjelaskan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat telah berjanji untuk mengirim sejumlah peralatan dan tenaga ahli untuk membuat hujan buatan. Dijadwalkan Sabtu besok, 10 September 2011, tim beserta sejumlah pesawat pemicu hujan akan tiba di Palembang.

Alex optimistis hujan buatan sudah bisa mengguyur sejumlah wilayah yang menjadi lokasi kebakaran, termasuk Kota Palembang, Senin, 12 September 2011.

Alex tak menampik cepatnya respons pemerintah pusat mengatasi kabut asap berkaitan dengan pelaksanaan SEA Games. “Saya minta para pekerja venues di Stadion Jakabaring bersiap-siap menghadapi hujan buatan,” ujarnya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan Sumatera Selatan, Achmad Taufik, mengatakan kebakaran hutan disebabkan faktor kesengajaan. Dari 891 titik api yang terpantau oleh satelit, dipastikan sekitar 55 persen di antaranya merupakan lahan milik perkebunan. Selebihnya milik masyarakat dan hutan lindung.

Luasnya wilayah yang dilanda kebakaran mengakibatkan 2.500 orang petugas khusus penanganan kebakaran hutan tidak dapat bekerja secara maksimal.

Meski demikian, kabut asap akibat kebakaran hutan hingga saat ini belum mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara SMB II Palembang. Demikian pula aktivitas transportasi laut. Namun awak pesawat udara dan kapal laut diminta tetap mewaspadai kondisi kepekatan asap, terutama pada malam hari dan pagi hari.

Kepala Bidang Hubungan Laut Dinas Perhubungan Kota Palembang Said Albar menjelaskan jarak pandang di laut pendek. Dia menyebut pada kondisi normal, jarak pandang untuk kapal laut mencapai 1.000 meter, sedangkan saat ini hanya 500 meter. Kendati demikian, kondisi tersebut dinilai masih memungkinkan untuk melakukan pelayaran.

PARLIZA HENDRAWAN

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

9 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

18 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

43 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

46 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

47 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

47 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

48 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

48 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

52 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

59 hari lalu

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya