Longsor di Lereng Gunung Wilis Macetkan Arus Transportasi
Senin, 2 Mei 2011 17:34 WIB
TEMPO Interaktif, Kediri - Musibah longsor kembali terjadi di ruas jalan di lereng Gunung Wilis, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Timbunan tanah serta batang pohon pinus memenuhi badan jalan sehingga memutus jalur transportasi.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Kediri Edi Purwanto mengatakan, longsor terjadi di beberapa lokasi di Kecamatan Mojo.
Menurut laporan yang diterima Satkorlak Penanggulangan Bencana Kabupaten Kediri, longsor yang terjadi secara beruntun diawali pada pukul 18.00 WIB, Minggu 1 Mei 2011.
Setelah diguyur hujan deras sejak sore hari, material tanah bercampur batu tiba-tiba ambrol membawa batang pohon pinus.
Longsor yang terjadi di Dukuh Benggeng, Dusun Besuki, Desa Jugo, telah menghancurkan infrastruktur jembatan. Akibatnya, akses transportasi di kawasan itu berhenti total dan harus memutar ke daerah lain. Hingga petang ini, Senin 2 Mei 2011, warga setempat dibantu tim Satkorlak Penanggulangan Bbencana masih melakukan pemasangan jembatan darurat dari bambu.
Tumpahan material tanah ini juga terjadi di Dusun Jugo, Desa Jugo hingga memacetkan jalur transportasi utama. Sepanjang sembilan meter badan jalan dengan lebar empat meter tertimbun tanah bercampur batang pohon pinus.
Ketebalan material tanah ini bahkan mencapai tujuh meter dan menghambat proses evakuasi. Saat ini ini seluruh akses kendaraan roda empat putus total. “Hanya roda dua yang bisa lewat,” kata Edi kepada Tempo.
Lokasi longsor lainnya terjadi di Dukuh Ampelgading, Dusun Jugo, Desa Jugo. Tanah longsor sepanjang 12 meter dengan lebar 10 meter memenuhi badan jalan.
Demikian pula dengan longsoran kecil di Dukuh Badut, Dusun Besuki yang mengganggu akses transportasi.
Sejumlah alat berat yang diterjunkan di lokasi telah berhasil membuka jalur itu meski hanya bisa dilalui sepeda motor.
Pemerintah daerah telah meminta warga untuk tidak membangun rumah ataupun warung di lokasi rawan longsor. Pasalnya, kawasan itu selalu diterjang longsor setiap musim hujan.
Usulan merelokasi warga setempat belum bisa dipenuhi hingga sekarang. “Kami belum menemukan lokasi yang tepat untuk memindahkan warga,” ujar Edi.
Ibu Tarmini, 36 tahun, warga Desa Jugo, mengaku tak memiliki tempat tinggal lain selain di lereng Gunung Wilis.
Sejak kecil dia sudah terbiasa hidup di tempat itu bersama warga desa lainnya. Bahkan untuk menyambung hidup, ibu satu anak ini terpaksa membangun warung di bawah lereng tebing yang kerap longsor. “Mau pindah juga tak punya lahan,” tuturnya.
HARI TRI WASONO