Kronologi Kekerasan Tentara versi Korban

Reporter

Editor

Minggu, 17 April 2011 00:22 WIB

Sembilan warga Desa Setrojenar Kecamatan Buluspesantren Kebumen yang mengalami luka saat bentrok dengan aparat TNI di rawat di rumah sakit. TEMPO/Aris Andrianto

TEMPO Interaktif, Kebumen - Warga desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen yang menjadi korban kekerasan tentara Angkatan Darat mengaku dianiaya karena menolak latihan militer di tempatnya.

Aris Panji, salah seorang korban, mengatakan kejadian itu bermula pukul 08.00 pagi saat sekitar 25 warga pergi ke makam korban uji coba senjata TNI AD di lokasi itu. Kejadian uji coba senjata yang menewaskan lima anak itu pada 22 Maret 1997.

Selasa lalu, warga membuat blockade jalan atas rencana tentara latihan kembali. Sepulang dari makam, mereka mendengar blokade jalan sudah dibuka tentara. Warga menjadi marah setelah mendengar blokade jalan dibuka. Mereka menebang pohon untuk membuat blokade lagi. Ada delapan titik blokade yang mereka buat.

Sekitar pukul 09.30, mereka pergi ke kantor Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI dan membongkar gapura kantor. Massa yang sehabis ziarah bertambah banyak ditambah pemuda. Jumlahnya mereka sekitar 50 orang.

Sekitar pukul 11.00 warga berjalan dari arah titik blokade menuju balai desa. Di tempat itu mereka duduk-duduk di tepi jalan.

Sekitar pukul 14.00 siang, ratusan tentara bersenjata lengkap menyerbu massa yang sedang duduk itu. Masa langsung dipopor dan kena bogem mentah sebelum diikat tangannya di belakang. “Seperti di film PKI,” kata Aris.

Warga yang berusaha melarikan diri ditembak oleh tentara di bagian bawah. Setelah aksi itu, tentara menyisir rumah warga hingga pukul 16.30. “Mereka mencari laki-laki yang ada di rumah,” Aris Panji menjelaskan.


Empat dari sembilan warga Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen menjadi korban kekerasan oleh TNI Angkatan Darat. Sembilan orang masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kebumen. Para korban mengalami luka di kepala dan tubuh mereka. Di baju yang mereka pakai terdapat bekas lumuran darah.

Kepala Penerangan Komando Daerah Militer IV Diponegoro Letkol Inf Zaenal mengakui TNI melakukan kekerasan terhadap warga. “Warga merusak fasilitas. Sudah berkali-kali diperingatkan dengan tembakan ke udara, tetapi penduduk tetap nekad masuk. Ada empat orang warga yang terkena peluru karet," dia menjelaskan.

Aris Ardianto

Berita terkait

Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024

17 hari lalu

Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024

Komnas HAM mendesak pengusutan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Papua secara transparan oleh aparat penegak hukum

Baca Selengkapnya

Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

33 hari lalu

Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

Kapuspen TNI menyebut jumlah anggota TNI ribuan, sedangkan yang melakukan penyiksaan hanya sedikit.

Baca Selengkapnya

Amnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum

39 hari lalu

Amnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum

Amnesty Internasional mendesak dibentuknya tim gabungan pencari fakta untuk mengusut kejadian ini secara transparan, imparsial, dan menyeluruh.

Baca Selengkapnya

KontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer

6 Oktober 2021

KontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer

Hasil pemantauan KontraS selama Oktober-2021-September 2021 menunjukkan reformasi peradilan militer jalan di tempat.

Baca Selengkapnya

Serial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan

16 September 2021

Serial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan

Serial Netflix Deserter Pursuit memicu perdebatan tentang militer Korea Selatan karena menceritakan pelecehan dan kekerasan selama wajib militer.

Baca Selengkapnya

2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf

27 Juli 2021

2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf

TNI AU menyatakan penyesalan dan meminta maaf atas insiden dua anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap seorang warga Papua di Merauke.

Baca Selengkapnya

Jokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua

5 Juli 2018

Jokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua

Amnesti Internasional Indonesia meminta Jokowi membentuk tim investigasi guna mengungkap kasus kekerasan yang terjadi di Paniai, Papua.

Baca Selengkapnya

Berdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini

8 Juli 2017

Berdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini

Keduanya menyepakati bentuk pertanggungjawaban Guyum setelah menampar adalah meminta maaf secara tertulis kepada Fery, institusi, dan PT Angkasa Pura.

Baca Selengkapnya

Tampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks

8 Juli 2017

Tampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks

Jumat malam, polisi melepas Guyum setelah menandatangani kesepakatan damai dan bersalaman dengan Fery.

Baca Selengkapnya

Berdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara  

8 Juli 2017

Berdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara  

Guyun mengaku salah dan meminta maaf atas penamparan yang dilakukannya. "Proses damai berjalan lancar tanpa ada intervensi pihak manapun."

Baca Selengkapnya