"Mau bagaimana lagi. Ya, kita bertahan dengan makan pisang. Kita mau salahkan siapa, karena ini bencana," kata Kepala Desa Lasaen, Bernadus Nakseran ketika dihubung Tempo di Kupang, Senin (4/4).
Bernadus mengakui, banjir yang melanda Desa Lasaen, Kecamatan Malaka Barat, sudah mulai surut. Namun, sebagian warga belum bisa kembali ke rumah mereka masing-masing karena sudah hanyut terbawa banjir. "Rumah saya juga hanyut, sehingga masih bertahan di pengungsian di kantor camat," ujarnya.
Menurut Bernadus, dua hari lalu, Jumat (1/4) pemerintah menyalurkan bantuan berupa 10 karung beras kepada pengungsi di Malaka Barat. Masing-masing pengungsi mendapat empat kilogram. "Beras bantuan pemerintah sudah habis sehingga kami hanya bertahan dengan makan pisang," paparnya.
Khusus bagi anak-anak dan ibu hamil, kata Bernadus, masih disediakan biskuit dari Dinas Kesehatan setempat.
Bernadus berharap pemerintah kembali menyalurkan bantuan beras bagi korban banjir, khususnya di Malaka Barat yang masih bertahan di pengungsian. Namun, Bernadus juga menyatakan pasrah, apakah pemerintah masih mau menyalurkan bantuan atau tidak.
Untuk membantu para korban banjir, Bernadus akan berupaya mengumpulkan dana dari masyarakat di desanya. Dana yang terkumpul akan dibelikan beras miskin (Raskin). Apalagi persediaan Raskin untuk dua tahap telah habis dibagikan.
Banjir melanda Kabupaten Belu sejak Minggu (27/3) telah menerjang sedikitnya 17 desa yang tersebar di lima kecamatan.
Desa-desa yang dilanda banjir adalah Desa Alas Selatan dan Desa Rainawe di Kecamatan Kobalima Timur; Desa Fahiluka, Lawalu, Railor dan Desa Naimana di Kecamatan Malaka Barat.
Desa lainnya adalah Desa Forekmodok, Angkaes, Wederok dan Desa Umalawain di Kecamatan Weliman; Desa Kleseleon, Motaulun, Umatoos, Lasaen, Fafoe, Sikun dan Desa Oanmane di Kecamatan Malaka Tengah. YOHANES SEO.