TEMPO Interaktif, Jakarta -
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Indonesia-Filipina sepakat meningkatkan kerjasama kedua negara dalam memerangi terorisme. Presiden mengungkapkan terorisme sudah mengancam negara terutama Asia Tenggara. "Ancaman terorisme ini nyata terjadi, " ujarnya dalam jumpa pers bersama Presiden Filipina Beniqno Simeon Aquino III di Istana Merdeka, Selasa 8 Maret.
Kerjasama antara kepolisian kedua negara juga ditingkatkan. MOU telah ditandatangani dengan fokus memerangi terorisme dan Trans National Crime.
Menurut Presiden, kerjasama kepolisian kedua negara perlu diperbaharui dan ditingkatkan. Dalam kerjasama ini, kedua negara bisa saling bertukar pengalaman mengembangkan jaringan pantauan mengantisipasi teror yang terjadi. "Perlu usaha global juga secara nasional untuk cooperation dan efektifitas," katanya. Misalnya, tukar menukar intelegen, pengalaman, pendidikan dan latihan. "Saya kira ini dibutuhkan oleh kedua negara," katanya.
Terorisme ini tidak hanya melibatkan satu negara namun juga warga negara di Asia Tenggara. Terorisme di Indonsia misalnya, melibatkan warga Malaysia dan terorisme di Filipina juga ada warga Indonesia. "Tidak boleh ada save haven untuk terorisme, koruptor dan yang terlibat trans nasional crime," katanya.
Yudhoyono mengungkapkan kerjasama pertahanan juga akan ditingkatkan. Kerjasama pertahanan akan fokus pendidikan dan latihan, penanggulangan bencana, pemberantasan terorisme, patroli-patroli terkoordinasi baik laut maupun udara, serta peacekeeping mission.
Indonesia juga menyatakan siap berkontribusi dalam penyelesaian permasalahan keamanan di Filipina Selatan. Bahkan, Indonesia bersedia menjadi anggota International Monitoring Team sebagaimana dulu Filipina membantu Indonesia dalam tugas monitoring saat proses damai Aceh dilakukan.
Kedua negara juga sepakat mempercepat negosiasi batas-batas maritim kedua negara. "Kalau ini bisa kita selesaikan lebih efektif lagi, kerjasama dalam menghadapi Trans National Crime, terorisme dan kita juga bisa meningkatkan kerjasama di bidang perikanan serta patroli laut dan udara," ujarnya. Dalam waktu dekat, kedua negara sepakat untuk mengeluarkan yang disebut Mandatory Consuler Notification, manakala ada masalah.
Dalam pertemuan ini, kedua negara juga sepakat meningkatkan kerjasama di bidang ketenagakerjaan. Yudhoyono mengingatkan Tenaga Kerja Indonesia dan Tenaga Kerja Filipina banyak yang dikirimkan ke luar negeri. Kerjasama ini berbagi pengalaman, berbagi best practices dengan demikian tenaga kerja kedua negara mendapatkan proteksi.
Presiden Filipina Beniqno Simeon Aquino III menyepakati pandangan Yudhoyono soal menangani terorisme. Dia beralasan terorisme sudah mengancam negara-negara di Asia. Aquino mengapresiasi keberhasilan Indonesia dalam menumpas terorisme. "Memang perlu kerjasama keamanan, terutama dalam kawasan," katanya.
EKO ARI WIBOWO