Prihatin Kondisi Bangsa, 11 Tokoh Deklarasikan Gerakan Integritas Nasional  

Reporter

Editor

Selasa, 11 Januari 2011 18:54 WIB

TEMPO Interaktif, JAKARTA - Berbagai permasalahan lintas sektoral yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini menggerakkan 11 tokoh nasional untuk mengambil tindakan. Melalui Gerakan Integritas Nasional (GIN), mereka bertekad meningkatkan kualitas dan kesadaran pentingnya integritas bangsa dengan cara memberikan pendidikan politik kepada seluruh elemen bangsa dan negara.

Sebelas tokoh nasional itu masing-masing Syafii Maarif, Solahuddin Wahid, Natan Setiabudi, Putut Prabantoro, Bambang Ismawan, Kasturi Sukiadi, Parni Hardi, Wisjnubroto, Theresia Kristianty, Sudrajad, dan Teguh Santosa.

Deklarasi dilakukan di Gedung Stovia, Museum Kebangkitan Nasional, dan dibuka dengan acara diskusi kebangsaan bertema 'Kepemimpinan di Tengah Bencana'.

GIN sengaja memilih tanggal 11 Januari 2011 (11-1-11) sebagai tanggal kelahiran, yang bermakna satunya mulut, mata, pikiran, hati, dan semangat.

GIN menilai, permasalahan utama yang dihadapi bangsa ini yakni rendahnya tingkat integritas bangsa, terutama di kalangan pejabat publik. "Integritas adalah sikap jujur dan kebenaran moral yang kuat," kata Solahuddin, salah seorang pendiri GIN.

Solahuddin, yang akrab disapa Gus Solah, mencontohkan banyaknya kepala daerah yang tersangkut kasus korupsi. Puluhan di antaranya bahkan sedang diperiksa aparat hukum. "Yang sudah terdakwa saja akan dilantik dan melantik. Dimana letak integritasnya," ujarnya.

Gus Solah mengatakan, GIN didirikan untuk mengkritisi kebijakan pemerintah yang dinilai tidak sesuai dengan falsafah Indonesia sebagai negara hukum. Hukum seharusnya menjadi pemimpin yang berkuasa, dan semua pihak harus tunduk pada hukum dengan UUD 1945 sebagai dasar hukum tertinggi.

"Tegaknya hukum tergantung substansi, aparat, budaya, dan sarana serta prasarana hukum. Lha hakim Tipikor saja malah santun pada koruptor," ujar Gus Solah pula.

Bekas Panglima TNI, Endriartono Sutarto, yang juga hadir dalam acara diskusi mengatakan, bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami masa transisi dari rejim otoratarian ke demokrasi. Perubahan ini seharusnya dapat memberikan harapan masa depan kepada bangsa untuk menjadi lebih baik.

Namun, sampai saat ini belum banyak perubahan yang dirasakan oleh masyarakat, kecuali kebebasan. "Padahal kebebasan bukan itu satu-satunya kebutuhan," ucapnya.

Endriartono mengatakan, sebagian keberhasilan yang diklaim pemerintah memang ada benarnya. Namun, banyak hal lain yang masih bisa diperdebatkan. Apalagi, jika melihat kenyataan yang dijumpai di masyarakat sekarang, maka klaim pemerintah sebenarnya masih jauh dari harapan, "Bahkan terkesan kemunduran," paparnya.

Endriartono mencontohkan bagaimana penegakan hukum di negeri ini sudah mencapai titik nadir. Seluruh lembaga hukum mulai dari tingkatan terendah sampai tertinggi sudah bobrok sehingga meruntuhkan kepercayaan masyarakat terhadap hukum. "Pernyataan (Presiden SBY) tidak memiliki hak untuk intervensi, padahal dia punya kewajiban agar penegakan hukum berjalan lancar," tuturnya.

Belum lagi kasus-kasus korupsi yang menimpa sebagian besar kepala daerah di Tanah Air. Dari seluruh pesakitan kasus korupsi di KPK, kata dia, sebanyak 80 persen di antaranya adalah kepala daerah. Dan menurutnya hal itu menjadi wajar lantaran biaya yang tinggi selama kampanye dan pendapatan kepala daerah yang tidak sepadan.

"Saat ini korupsi bukan hal yang memalukan, karena banyak mantan tahanan korupsi diterima kembali oleh masyarakat asal masih memiliki uang," katanya.

Sementara itu, pendiri Maarif Institute, Buya Syafii mengatakan, negara ini sedang berantakan, tapi pemimpinnya justru enak-enakan. Bahkan, lanjutnya, pernah ada seorang duta besar sebuah negara dari Eropa Barat mengatakan bahwa pemerintah sekarang tidak akan bertahan sampai 2014. "Ini artinya semua sedang mengepung negara ini. Hukum dan politik pun memang sedang rusak," urainya.

Buya menegaskan agar pemerintah segera introspeksi diri untuk memperbaiki kondisi karut marut bangsa Indonesia saat ini. Jika tidak, masyarakat harus didesak untuk membuat perubahan, tapi harus melalui jalur yang konstitusional. "Apakah harus menunggu 4 tahun lagi? Tapi kami tidak setuju ada kudeta, karena pasti akan berdarah-darah," ujarnya. MAHARDIKA SATRIA HADI.

Berita terkait

Israel Resmi Menutup Operasional Al Jazeera

6 menit lalu

Israel Resmi Menutup Operasional Al Jazeera

Lewat pemungutan oleh anggota parlemen Israel, operasional Al Jazeera di Israel resmi ditutup karena dianggap menjadi ancaman keamanan

Baca Selengkapnya

Mengintip Isi Metropolitan Museum of Art di New York, Tempat Penyelenggaraan Met Gala setiap Tahun

11 menit lalu

Mengintip Isi Metropolitan Museum of Art di New York, Tempat Penyelenggaraan Met Gala setiap Tahun

Metropolitan Museum of Art tidak hanya dikenal karena koleksi seni yang luar biasa, tapi juga perannya dalam dunia mode seperti untuk Met Gala.

Baca Selengkapnya

Bocoran Lengkap Ponsel Sony Xperia 1 VI Muncul dan POCO F6 Pro Pakai Snapdragon 8 Gen 2

12 menit lalu

Bocoran Lengkap Ponsel Sony Xperia 1 VI Muncul dan POCO F6 Pro Pakai Snapdragon 8 Gen 2

Dapur pacu ponsel Sony Xperia 1 VI akan mengandalkan Snapdragon 8 Gen 3.

Baca Selengkapnya

Hasil Proliga 2024 Minggu 5 Mei: Jakarta Lavani Allo Bank Bangkit, Kalahkan Bhayangkara Presisi 3-0

16 menit lalu

Hasil Proliga 2024 Minggu 5 Mei: Jakarta Lavani Allo Bank Bangkit, Kalahkan Bhayangkara Presisi 3-0

Tim bola voli putra Jakarta LaVani Allo Bank Electric mengalahkan Jakarta Bhayangkara Presisi 3-0 pada pekan kedua Proliga 2024.

Baca Selengkapnya

Alasan PAN Siapkan Eko Patrio sebagai Calon Menteri Kabinet Prabowo

30 menit lalu

Alasan PAN Siapkan Eko Patrio sebagai Calon Menteri Kabinet Prabowo

Eko Patrio dianggap telah berhasil memimpin PAN untuk meraih kursi dalam DPRD DKI Jakarta dan DPR RI.

Baca Selengkapnya

Lagi, Benjamin Netanyahu Menolak Tuntuan Hamas untuk Mengakhiri Perang Gaza

41 menit lalu

Lagi, Benjamin Netanyahu Menolak Tuntuan Hamas untuk Mengakhiri Perang Gaza

Benjamin Netanyahu menolak tuntutan Hamas yang ingin mengakhiri perang Gaza untuk ditukar dengan pembebasan sandera

Baca Selengkapnya

Destinasi Wisata di Chengdu yang jadi Tuan Rumah Piala Thomas dan Uber 2024

52 menit lalu

Destinasi Wisata di Chengdu yang jadi Tuan Rumah Piala Thomas dan Uber 2024

Salah satu destinasi wisata utama untuk dikunjungi adalah Pasar Malam Chengdu.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Thomas 2024: Liang / Wang Tekuk Fajar / Rian, Indonesia Tertinggal 0-2 dari Cina

57 menit lalu

Hasil Piala Thomas 2024: Liang / Wang Tekuk Fajar / Rian, Indonesia Tertinggal 0-2 dari Cina

Fajar / Rian gagal menyamakan kedudukan untuk Indonesia usai dikalahkan pasangan Cina Liang / Wang pada final Piala Thomas 2024 lewat tiga game.

Baca Selengkapnya

Taman Doa Our Lady of Akita PIK 2 Resmi Dioperasikan, Jadi Destinasi Wisata Rohani

1 jam lalu

Taman Doa Our Lady of Akita PIK 2 Resmi Dioperasikan, Jadi Destinasi Wisata Rohani

Taman doa yang berlokasi di Kawasan Osaka PIK 2 yang menjadi destinasi wisata rohani ini di desain sama persis dengan gereja aslinya di Akita, Jepang.

Baca Selengkapnya

Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

1 jam lalu

Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

Festival Hakata Dontaku adalah festival kesenian dan budaya terbesar di Fukuoka Jepang. Indonesia menampilkan angklung, tari Bali, dan tari Saman

Baca Selengkapnya