Sejauh ini tidak ada laporan mengenai dampak akibat kerusakan pipa tersebut. Namun, warga sekitar mengatakan semburan api itu menimbulkan hawa panas hingga radius lima meter.
Kendati sudah berlangsung sejak hari Minggu, tapi insiden tersebut baru mengemuka sejak Selasa siang, setelah sejumlah karyawan PT Arun mengunjungi lokasi kejadian.
Sumber di lingkungan PT Arun yang terjun ke lokasi mengatakan, semburan api berasal dari pipa bawah tanah di sisi kanan jalan Desa Paloh Punti. Sekitar 50 meter dari lokasi semburan api, terdapat sebuah kotak pengaman pipa. "Kotak itu terlihat retak yang diduga akibat ledakan pipa," ungkap sumber tersebut. Insiden itu tidak sampai mempengaruhi operasional kilang pencairan gas alam milik PT Arun.
Public Affairs Operation Manager EMOI, Julia Tumengkol, dalam penjelasan tertulisnya membenarkan insiden tersebut yang terjadi tepat pada hari ke-58 berhentinya produksi EMOI di Aceh Utara. Menurut Julia, EMOI sudah mengetahui adanya kerusakan di salah satu bagian pipa sepanjang 80 Km setelah mendapat pemberitahuan dari aparat keamanan setempat, Minggu pagi. "Sejak itu kita langsung menginformasikan pihak pemerintah setempat dan pihak terkait lainnya," ungkap dia.
Julia menambahkan, bagian pipa yang rusak dan menyemburkan api itu merupakan saluran produk hidrokarbon dari lapangan Arun EMOI ke kilang gas PT Arun di Blang Lancang Kecamatan Muaradua.
Kapolres Aceh Utara, Ajun Komisari Besar (Pol.) Wanto Sumardi, yang dikonfirmasi melalui Pabungpen AK Abdi Darmawan Selasa petang, mengaku belum tahu tentang penyebab timbulnya semburan api tersebut.
Menyangkut upaya pemadaman semburan api, pihak EMOI, seperti dijelaskan Julia, masih mengupayakan mengetahui lebih jauh mengenai situasi tersebut. Sementara sumber di PT Arun mengatakan setiap kebijakan yang diambil akan sangat berhati-hati untuk menghindari ekses yang lebih besar terhadap lingkungan sekitar.
Apakah insiden itu mempengaruhi sikap EMOI untuk kembali beroperasi di Aceh? "Terlalu dini untuk menilai ke arah itu. Kita akan berupaya maksimal untuk berproduksi kembali di Aceh," sebut Julia. (Zainal Bakri)