TEMPO Interaktif, Jakarta - Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafiie Maarif membantah menerima apartemen mewah dari pengusaha Aburizal Bakrie sebagaimana ditulis dalam Tabloid Suara Islam, edisi 19 November." Masak harga saya hanya Rp 2 miliar?" kata Syaffie Maarif dalam jumpa pers di kantor pengacaranya, Todung Mulya Lubis, Rabu 8 Desember 2010.
Karenanya, Buya Syafiie - begitu ia biasa dipanggil-- berencana melaporkan tabloid Suara Islam itu ke Dewan Pers. "Dalam satu dua hari ini kami akan ke Dewan Pers," ujar Todung Mulya Lubis.
Kabar Syafiie menerima "apartemen" itu dilansir dalam tulisan berjudul Multi Accident Award. Dalam berita itu disebutkan Syafiie menerima apartemen mewah seharga Rp 2 miliar. Pemberiaan ini, menurut Suara Islam, untuk membungkam Syafiie yang sering bersuara kritis soal insiden Lumpur Lapindo. Tulisan yang dibuat oleh Jaka Setiawan ini sendiri diterbitkan dalam edisi 19 November-3 Desember 2010.
Menurut Todung, pihaknya juga akan meminta Majalah Suara Islam mencabut berita tersebut dan meminta maaf secara terbuka. Ia menambahkan, pihaknya tidak akan mengambil langkah hukum terlebih dahulu. "Karena Buya juga mendukung kebebasan pers," ujarnya. Namun jika permintaan ini tidak dipernuhi, tambahnya, perkara ini akan dibawa ke jalur hukum.
"Yang paling banyak muncul adalah di daerah yang tingkat korupsinya tinggi. Fenomena media abal-abal ini tidak kami temukan di Malaysia atau Singapura."
Presiden Joko Widodo memastikan akan menghadiri acara puncak Hari Pers Nasional 2016 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 9 Februari 2016. Dalam acara itu, Jokowi akan diberi panggung untuk berinteraksi dengan kurang-lebih 600 wartawan nasional, petinggi negara, dan tokoh masyarakat. Supaya pertemuan itu bermakna, bantuan atau kebijakan strategis apa yang bisa Presiden keluarkan agar kehidupan pers Indonesia semakin sehat?