TEMPO Interaktif, Denpasar:Saat veronica menjawab panggilan Ali Imron berarti Bom Bali siap meledak. Ali yang punya nama panggilan Ale ini membeberkan kronologi saat dia memicu bom yang menelan korban 184 jiwa dan ratusan korban luka-luka, 12 Oktober lalu. Kisah ini disampaikan Ale di Mapolda Bali, Selasa (11/2). Malam itu Ale membawa mobilnya ke Jl Puputan Renon di Denpasar Bali yang berjarak sekitar 500 meter dari konsulat Amerika Serikat. Tangan kiri Ale menenteng bom dalam kotak yang terbungkus dua kantong plastik merah dan dibebat lagi dengan kantong plastik warna putih. Bahan peledak itu diletakkannya di bawah jok tempat duduk depan. Sambil berpura-pura mengalami mobil mogok, adik Amrozi, tersangka utama peledakan Bom Bali ini mengaktifkan pemicu ledak atau firing device. Sebelum pergi ke rumah kost di Jl P Menjangan, Ale sempat duduk sejenak di sekitar monumen Bajra Sandhi untuk melihat situasi. Sesampai di rumah kost dia segera menyiapkan peledakan. Kami jelaskan cara kerjanya dan setelah semua siap, saya bersama Arnasan al Iqbal dan Feri al Iqbal 2 masuk ke mobil, kata Ale di depan polisi dan wartawan. Mereka kemudian menuju ke lokasi ledakan yang berjarak sekitar tujuh kilometer dari rumah kost. Sebelum sampai di Jl Legian, Ali Imron meminta Feri alias Iqbal 2 memakai rompi yang penuh bahan peledak. Sementara Arnasan yang memangku detonator diminta menyambungkan kabel detonator ke firing device. Ale sempat mengecek, apakah keduanya sudah siap. Setelah mereka siap, dia keluar dari mobil dan Arnasan menggantikannya sebagai pengemudi. Ali Imron meninggalkan lokasi beroncengan dengan Idris yang telah menunggunya. Dalam perjalanan menuju Denpasar, Idris membawa sebuah telepon genggam berkabel. Itu yang akan digunakan untuk meledakkan, kata Ale. Mereka kemudian menelpon ke telepon genggam yang digunakan sebagai pemicu ledakan. Telepon pertama diterima. Beberapa saat kemudian, sambungan dilakukan lagi. Kali ini terdengar suara veronica, si mesin penjawab. Artinya, telepon yang dihubungi sedang bekerja memicu ledakan. Dua menit kemudian, mereka mendengar suara ledakan yang super keras dari arah Kuta yang mereka yakini sebagai bom mereka. Keduanya kemudian menuju Musholla Al Ghurobah dan meninggalkan Yamaha F1 ZR di Musholla itu. Setelah itu, keduanya berjalan kaki ke rumah kontrakan Imam Samudra di Jl Pulau Pinang, yang berjarak sekitar satu kilometer untuk memperbincangkan hasil kerja mereka. (Rofiqi Hasamn/Jalil Hakim)
Berita terkait
Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina
3 menit lalu
Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina
Jonatan Christie menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang memetik poin saat kalah lawan Cina 1-3 di final Piala Thomas 2024.