Nelayan Kupang Bantah Penelitian Australia

Reporter

Editor

Selasa, 23 November 2010 12:10 WIB

abc.net.au

TEMPO Interaktif, Kupang - Nelayan di Kelurahan Oesapa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) menyesalkan hasil penelitian Australia yang menyebutkan bahwa perairan Indonesia tidak tercemar minyak Montara yang meledak 21 Agustus 2009 lalu. "Kami merasa lucu dengan hasil penelitian itu, karena sejak awal meledaknya Montara, kita sudah merasakannya," kata Haji Mustafa, seorang nelayan asal Oesapa Kota Kupang, Rabu (23/11).

Menurut dia, nelayan asal Oesapa, Kota Kupang tahun 2009 lalu menemukan gumpalan minyak di perairan Laut Timor yang berasal dari ladang minyak Montara. Apalagi saat angin Timur secara otomatis masuk ke wilayah Indonesia. "Saya heran, koq hasil penelitiannya menyebutkan pencemaran tidak masuk wilayah Indonesia," katanya.

Dia menduga penelitian itu hanya dilakukan di wilayah Australia. Sehingga wajar saja Australia mengatakan perairan Indonesia tidak tercemar minyak Montara. Harusnya peneliti Australia juga meneliti perairan Indonesia sehingga diketahui apa benar, Laut Timor tidak tercemar. "Kalau mau, kita ajak mereka untuk lakukan penelitian disini," katanya.

Sejak 2009 lalu, katanya, dampak pencemaran Laut Timor akibat meledaknya ladang minyak Montara di Blok Atlas sudah dirasakan nelayan di NTT. Hasil tanggapan nelayan Oesapa, misalnya, menurun antara 70-80 persen. "Dampak itu masih dirasakan hingga saat ini," katanya.

Bahkan, lanjutnya, sedikitnya 3.500 nelayan di Oesapa memilih mengungsi ke beberapa provinsi lain untuk mencari kehidupan baru. Provinsi tujuan nelayan itu, antara lain, Papua, Makassar, Sulawesi Utara dan Bangka Belitung.

Dia menambahkan, alat tangkap yang digunakan nelayan Oesapa yang dinamakan bagan hanya diparkir, karena pemiliknya sudah tidak ada lagi, kebanyakan mereka telah pindah, karena hasil tangkapan disini sudah tidak menjanjikan.

Tidak hanya itu, nelayan juga telah beralih profesi, misalnya, dirinya sudah beralih profesi sebagai pedagang kayu bersama sanak familinya, karena tidak bisa hanya berharap pada profesi sebagai nelayan. "Saya punya anak yang harus dinafkahi, tidak bisa hanya andalkan sebagai nelayan," katanya.

Sementara itu, nelayan Oesapa lainnya, Haji Mitu mengatakan hasil tangkapan sebelum Laut Timor tercemar mencapai 1 ton ikan Kakap dan Tuna yang ditotalkan mencapai Rp8 juta per minggunya. Namun sekarang, hasil tangkapan ikan di perairan Laut Timor turun dratis, dalam seminggu hanya mencapai 300 kilogram (kg) atau sekitar Rp3 juta.

Padahal, biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam sekali tangkapan (selama seminggu) mencapai Rp4 juta, sudah termasuk biaya makan minum dan bahan bakar. "Rata-rata nelayan disini memiliki utang yang banyak, untuk menutupi kerugian yang dialami," katanya, dan enggan menyebutkan berapa utang yang dimiliknya.

YOHANES SEO

Berita terkait

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

24 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

42 hari lalu

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

Gakkum KLHK menetapkan empat tersangka pencemaran lingkungan di Taman Nasional Karimunjawa. Kejahatan terkait limbah ilegal dari tambak udang.

Baca Selengkapnya

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

14 Januari 2024

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

Peningkatan aktivitas industri pertambangan menimbulkan risiko terjadinya pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

12 November 2023

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

Sampah pembalut dan popok dikenal kerap menjadi masalah. Sagu disebut-sebut bisa membuat dua benda itu ramah lingkungan

Baca Selengkapnya

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

10 Oktober 2023

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

Pabrik pengolahan jagung PT Global Solid Agrindo (PT GSA) dilaporkan warga ke Ombudsman karena diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

5 Oktober 2023

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

Pandawara Group mengunggah video terbaru yang berisi permohonan maaf hingga memberi klarifikasi terkait tujuan bersihkan Pantai Cibutun Loji Sukabumi

Baca Selengkapnya

Warga Karimunjawa Tolak Tambak Udang karena Mencemari Lingkungan

29 September 2023

Warga Karimunjawa Tolak Tambak Udang karena Mencemari Lingkungan

Warga Karimunjawa, Kabupaten Jepara menolak keberadaan tambak udang yang diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

5 Dampak Polusi Udara Terhadap Kulit, Di Antaranya Memicu Stres Oksidatif

28 Agustus 2023

5 Dampak Polusi Udara Terhadap Kulit, Di Antaranya Memicu Stres Oksidatif

Paparan polusi udara secara terus menerus meningkatkan risiko perubahan pigmentasi kulit seperti hiperpigmentasi atau peningkatan produksi melanin. Hal ini menyebabkan timbulnya masalah bintik atau bercak gelap pada kulit.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Akan Kenakan Pajak Pencemaran Lingkungan, Begini Bunyi Pasal 206 PP Nomor 22 Tahun 2021

18 Agustus 2023

Pemerintah Akan Kenakan Pajak Pencemaran Lingkungan, Begini Bunyi Pasal 206 PP Nomor 22 Tahun 2021

Pemerintah berencana kenakan pajak pencemaran lingkungan. Hal ini tertuang dalam Pasal 206 Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021. Begini bunyinya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 27 Juli Diperingati Sebagai Hari Sungai Nasional

27 Juli 2023

Kilas Balik 27 Juli Diperingati Sebagai Hari Sungai Nasional

Hari Sungai Nasional merupakan bentuk apresiasi dan dorongan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian sungai.

Baca Selengkapnya