Kelompok Militan Pernah Berencana Serang Kedubes AS Desember Lalu
Reporter
Editor
Rabu, 23 Juli 2003 09:39 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Kelompok militan Jemaah Islamiah berencana melakukan serangan ke Singapura, Malaysia, dan Indonesia pada 4 Desember silam. Rencana ini terpapar dalam dokumen setebal 12 halaman berjudul "Operasi Jihad di Asia”. Dokumen itu ditemukan intelijen Indonesia Oktober 2001. Demikian dilaporkan harian Strait Times terbitan Singapura edisi Senin (11/2). Tim itu bernama sandi Jibril akan meledakkan kedutaan Amerika Serikat di Singapura, Kuala Lumpur dan Jakarta dengan menggunakan bahan C-4. Dokumen tersebut ditandatangani oleh Ketua Jemaah Islamiah, Abu Hanafiah dan sekretarisnya, Fikri Sugondo. Strait Times memperkirakan mereka berdua menggunakan nama alias, seperti kebanyakan dalam dokumen operasi yang menyebut nama pelaku. Rencana tersebut dimunculkan dalam pertemuan pada 28 September, sekitar seminggu sebelum Amerika Serikat menyerang Afganistan. Kelompok tersebut, tertulis dalam dokumen itu, merasa bahwa Islam mendapat bahaya dari agresi politik dan militer Amerika Serikat serta Washington. "Dengan memburu Usamah bin Ladin dan Al-Qaidah, mereka membenarkan pembunuhan anak-anak dan perempuan tak bersalah di Afganistan. Ini adalah bagian rencana AS dan Yahudi untuk menghancurkan Islam," ungkap dokumen tersebut. Mereka telah menyatakan sebuah Perang Sabil. Ini adalah saatnya untuk menghancurkan setan Yahudi di Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Mereka berharap serangan ini akan memalingkan konsentrasi Washington dari Afganistan. Dokumen tersebut menyebut nama Fathur Rohman, tersangka pembuat bom yang tertangkap di Manila pada 15 Januari. Nama lain yang disebut adalah Abdussalam bin Abu Thalib yang diidentifikasi sebagai pemimpin Jemaah Islamiah di Malaysia. Sejauh ini tokoh Jemaah Islamiah terkenal adalah Abu Bakar Ba'asyir, pemimpin pondok pesantren Ngruki, Solo. Ia, Strait Times menulis, dipercaya sebagai aktivis Jemaah Islamiah di Malaysia. Sejumlah orang percaya bahwa persaingan dalam tubuh dinas intelejen Indonesia menyebabkan sebagian perwira intelejen yang menolak kerjasama dengan Washington menyembunyikan dokumen ini. (Strait Times/Nur Khoiri)
Berita terkait
Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit
1 menit lalu
Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit
Presiden Jokowi menyoroti pentingnya infrastruktur kesehatan negara dalam jangka panjang.