Menurut Endriartono, sebagai langkah pertama, selama kurun waktu enam bulan ke depan, TNI akan terus meningkatkan profesionalisme keprajuritan dan meningkatkan kemampuan prajurit melalui latihan-latihan serta penyempurnaan alat perlengkapan dan persenjataan yang diperlukan.
Selanjutnya, kata Endriartono, TNI akan segera menyesuaikan pola operasi yang nantinya dikembangkan di Aceh. Hal itu melihat perkembangan GAM yang sudah tidak lagi berada dalam satuan atau kelompok dengan jumlah yang besar. "Sekarang ini, GAM bersembunyi dan tersebar menjadi kelompok-kelompok kecil," ucapnya. Atas dasar itu, TNI akan mengoperasikan pasukannya hingga unit-unit kecil pada tingkat regu.
Selanjutnya, TNI akan melakukan penyegaran terhadap personel serta satuan lapangan melalui langkah mutasi dan pergantiaan. "Rotasi juga dilakukan terhadap satuan-satuan lapangan yang telah bertugas cukup lama," katanya. Setelah itu, TNI akan meningkatkan operasi intelijen dan teritorial. Hal itu dilakukan untuk membangun kesadaran masyarakat agar membantu pemerintah dengan cara mengajak masyarakat Aceh lainnya yang belum mau bergabung dengan NKRI untuk segera sadar dan kembali ke pangkuan Indonesia.
Terkait dengan masalah pemilu 2004 nanti, menurut Endriartono, TNI justru akan menyiapkan provinsi Aceh dengan sebaik-baiknya agar masyarakat Aceh dapat melaksanakan pemilu dengan aman. "TNI telah bertekad, dan belum berubah, bahwa TNI akan bresikap netral dengan tidaka memberi dukungan pada satu konstentan manapun," ujarnya.
Panglima TNI juga menghimbau pada anggota GAM agar mau memanfaatkan momen Ramadhan untuk mengambil kesempatan yang diberikan pemerintah Indonesia, yakni adanya pengampunan, dengan cara kembali ke pangkuan NKRI dengan cara sukarela. "Dengan demikian, hal itu dapat menyudahi pertumpahan darah yang selama ini terjadi di Aceh yang sebetulnya tidak perlu terjadi," katanya.
Yandhrie Arvian - Tempo News Room