TEMPO Interaktif, Jakarta:Presiden Megawati Sukarnoputeri diimbau untuk menghadapi para mahasiswa yang akhir-akhir ini gencar melakukan demonstrasi terhadap dirinya. Terima dan layani saja, apa takutnya? tegas Ketua Umum Partai Nasional Bung Karno (PNBK) Eros Djarot kepada pers di sela-sela acara diskusi di Hotel Menara Peninsula Jakarta, Sabtu (8/2) siang. Menurut Eros, sikap diam yang dilakukan Megawati justru menunjukkan bahwa kearifan pemerintah tak muncul kepermukaan sehingga akhirnya aksi mahasiswa terjadi berulang kali. Jika presiden dengan arogansi kekuasannya terus menantang aksi itu dengan cara-cara tak langsung seperti penangkapan mahasiswa maka kemungkinan demonstrasi ini akan menimbulkan masalah yang serius. Dia juga menyatakan saat ini yang perlu dipikirkan adalah bagaimana cara menyelamatkan bangsa dan negara dan bukan menyelamatkan Megawati atau kabinet. Caranya adalah melalui gerakan moral masyarakat yang harus disiapkan dari sekarang. Jadi kalau ada orang yang melakukan persiapan jangan diartikan akan mengambil alih pemerintahan, tapi karena partai-partai besar dan pemerintah tak bertanggung jawa, dan malah saling merebutkan kekuasaan. Saya yakin, kalau Mega besok jatuh pun nggak akan ada apa-apa. Masalahnya, kalau besok jatuh, negara akan seperti apa? Akan lebih baikkah? persoalan Mega jatuh bukan persoalan besar, ucapnya berapi-berapi. Pada kesempatan yang sama, pengamat politik dari Universitas Indonesia Amir Santoso mengatakan, Presiden Megawati sebaiknya segera mengadopsi tuntutan-tuntutan mahasiswa yang selama ini melakukan aksi. Kalau dia dengan cerdas bisa membuka dialog dan mengadopsi pikiran mahasiswa, saya yakin demo berhenti, paparnya. Tapi jika Megawati menghadapi mahasiswa dengan cara frontal justru demonstrasi akan makin meningkat. Aksi yang terjadi merupakan cerminan bahwa masyarakat sudah bosan soal politik. Yang dibutuhkan adalah berbagai perbaikan seperti masalah kesejahteraan. Tapi belum ada usaha yang sungguh-sungguh dari pemerintah, keluhnya. Amir menyambut baik munculnya koalisi-koalisi berbagai elemen akhir-akhir ini. Hal tersebut melambangkan bahwa aliran politik seperti Islam atau nonIslam mulai ditinggalkan untuk kepentingan bersama yaitu mencari Indonesia yang lebih baik. Ini bagus karena pengalaman kita pengkotakan justru tak bisa masuk mencari kepentingan bersama, paparnya. Dia juga menyadari, saat ini ada kerinduan masyarakat terhadap kepemimpinan yang baik. Munculnya berbagai koalisi merupakan refleksi kebingungan terhadap krisis yang tak kunjung selesai. Untuk itu diperlukan kepemimpinan yang bisa menyesaikan krisis. Kita terlalu lama krisis, jadi tak sabar. Perlu pemimpin khusus untuk selamatkan bangsa, ucapnya. Sementara itu Sulastomo dari Gerakan Jalan Lurus mengatakan, yang penting dilakukan sekarang adalah membenahi sistem yang sehat, jujur dan berhati nurani. Pemerintah semestinya menjamin hak dan kewajiban rakyat sehingga tercipta tatanan kehidupan bernegara yang baik. (hilman hilmansyah)
Berita terkait
Dikalahkan Liang / Wang di Final Piala Thomas 2024, Fajar / Rian Sebut Lawan Main Lebih Berani dan Cerdik
18 detik lalu
Dikalahkan Liang / Wang di Final Piala Thomas 2024, Fajar / Rian Sebut Lawan Main Lebih Berani dan Cerdik
Fajar / Rian mengungkapkan keunggulan lawan yang membuat mereka kalah di pertandingan final Piala Thomas 2024, Minggu, 5 Mei 2024.