Sekolah Internasional di Balikpapan Tidak Layak

Reporter

Editor

Senin, 30 Agustus 2010 09:53 WIB

TEMPO Interaktif, Balikpapan - DPRD Balikpapan, Kalimantan Timur, menilai seluruh rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) setempat di bawah standar atau tidak layak. Sekolah sekolah internasional di Balikpapan belum memenuhi ketentuan internasional sesuai standar pemerintah.

“Semuanya sekolah internasional di Balikpapan tidak layak sesuai standar digariskan,” kata Ketua DPRD Balikpapan, Andi Burhanuddin Solong, Senin (30/8).

Sesuai ketentuannya, kata Burhanuddin, sekolah internasional harus didukung oleh tenaga pengajar bersertifikat internasional, fisik bangunan serta kurikulum khusus disiapkan pemerintah. Semua ketentuan ini tidak mampu dipenuhi sekolah-sekolah internasional Balikpapan.

“Sudah hampir lima tahun sejak pemberlakuan RSBI, namun belum bisa mereka membuat sekolah internasional yang sesuai standar,” ungkapnya.

Sebaliknya, dengan pemberlakuan sekolah internasional, Burhanuddin menyatakan telah membuka peluang adanya pungutan-pungutan yang memberatkan para wali murid. Pihak sekolah secara sepihak berhak menentukan pungutan dengan dalih untuk peningkatan proses belajar-mengajar.

Advertising
Advertising

Sehubungan itu, Burhanuddin meminta Pemerintah Kota Balikpapan meninjau ulang pemberlakuan sekolah internasional. Pelaksanaannya harus diatur dalam Peraturan Daerah Balikpapan disesuaikan dengan Undang-Undang Pendidikan.

Balikpapan menetapkan delapan sekolahnya sebagai percontohan rintisan sekolah standar internasional. Sekolah ini nantinya yang akan diproyeksikan sebagai sekolah standar di Balikpapan. Delapan sekolah tersebut adalah SD 001, SMP I, SMP III, SMA I, SMA V, SMK I, SMK II dan SMK IV. Sekolah-sekolah ini sudah menyediakan kelas yang khusus peruntukannya bagi sekolah standar intenasioanal.

Ke depannya sekolah-sekolah ini hanya menerima siswa yang khusus menempuh jenjang standar internasional. Penetapannya bertahap sesuai persiapan sarana prasarana dan sumber daya manusia tenaga pengajarnya.

Sekolah diperkenankan melakukan pungutan pada para siswanya sesuai alokasi bantuan pemerintah pusat serta pungutan orang tua murid. Masing-masing sekolah sudah memperoleh bantuan Rp 300 juta dari pemerintah daerah.

Adapun DPRD Balikpapan meminta daerah menghentikan pelaksanaan rintisan sekolah berstandar internasional di delapan sekolah setempat. Ada kehawatiran pelaksanaan ketentuan RSBI tersebut melanggar ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang sekolah berstandar internasional. “Distop dulu karena dikhawatirkan melanggar aturan,” kata Wakil Ketua DPRD Balikpapan, Sukri Wahid.

Maksud penghentian RSBI Balikpapan, kata Sukri, adalah sehubungan pungutan pada wali murid dalam menunjang proses belajar-mengajar siswa. Sesuai PP 37, menurutnya pihak sekolah tidak diperkenankan memungut biaya tambahan dalam proses belajar-mengajar siswa. “Sudah tidak boleh pungut biaya lagi dari siswa,” tuturnya.

Ada beberapa opsi ditawarkan DPRD Balikpapan, kata Sukri, di antaranya membangun gedung baru berstandar internasional ataupun mengubah status sekolah yang ada saat ini. Pengelolaanya nantinya diserahkan sepenuhnya pada Provinsi Kalimantan Timur.

RSBI di Balikpapan sudah diberlakukan sejak empat tahun terakhir dengan delapan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas sudah jadi percobaan. Sekolah negeri setempat menentukan sejumlah kelasnya yang ditunjuk untuk memperoleh sertifikasi internasional serta standar pendidikan internasional.

Dalam pelaksanaannya, banyak pihak mempertanyakan kualitas belajar-mengajar siswa yang tidak berbeda dengan kelas-kelas regular lainnya.

SG WIBISONO

Berita terkait

Komnas Anak: Kuesioner Kelamin Langgar Privasi

9 September 2013

Komnas Anak: Kuesioner Kelamin Langgar Privasi

Dia mempertanyakan manfaat survei berisi grafik ukuran kelamin laki-laki dan perempuan itu.

Baca Selengkapnya

Kuesioner Bagian dari Periksa Kesehatan Reproduksi  

7 September 2013

Kuesioner Bagian dari Periksa Kesehatan Reproduksi  

Kuesioner gambar alat kelamin menjadi bagian pemeriksaan kesehatan untuk siswa SMP dan SMA terkait kesehatan reproduksi. Uji coba berlanjut tahun ini.

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Kuesioner Gambar Alat Vital Program UKS

7 September 2013

Kemenkes: Kuesioner Gambar Alat Vital Program UKS

Kuesioner yang memuat alat vital program UKS kerja sama empat kementerian.

Baca Selengkapnya

Kuesioner Ukuran Kelamin Siswa Ditarik di Sabang

6 September 2013

Kuesioner Ukuran Kelamin Siswa Ditarik di Sabang

Kuesioner bergambar kelamin yang sempat beredar di SMP Negeri 1 Sabang telah ditarik oleh pihak puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Sabang.

Baca Selengkapnya

Kuesioner Ukur Alat Kelamin Siswa Salah Kaprah  

6 September 2013

Kuesioner Ukur Alat Kelamin Siswa Salah Kaprah  

Perbedaan interpretasi timbul lantaran kurangnya pemahaman dinas kesehatan di beberapa daerah tentang kesehatan reproduksi.

Baca Selengkapnya

KPAI Minta Kuisioner Ukur Kelamin Siswa Ditarik  

6 September 2013

KPAI Minta Kuisioner Ukur Kelamin Siswa Ditarik  

Gambar, foto, atau sketsa organ kelamin tanpa penjelasan memadai dianggap bisa mengarah kepada pornografi.

Baca Selengkapnya

Kuisioner Kelamin di Aceh Disorot Media Asing

6 September 2013

Kuisioner Kelamin di Aceh Disorot Media Asing

AFP, Straitstimes Singapura, The Standar Hong Kong menulis soal kuisioner yang mencantumkan gambar alat kelamin.

Baca Selengkapnya

Kuisioner Gambar Kelamin di Aceh Sesuai Program

5 September 2013

Kuisioner Gambar Kelamin di Aceh Sesuai Program

Seharusnya kuesioner gambar kelamin tidak dibagi dan tidak boleh dibawa pulang karena bersifat rahasia.

Baca Selengkapnya

Ukur Kelamin Siswa, Sekolah Tuding Dinas Kesehatan  

5 September 2013

Ukur Kelamin Siswa, Sekolah Tuding Dinas Kesehatan  

SMP Negeri 1 Sabang merasa tercoreng dan kecewa dengan pihak dinas kesehatan. 'Lembaran itu dibagikan oleh petugas puskesmas dan dinas kesehatan.'

Baca Selengkapnya

Data Ukuran Kelamin Siswa Akan Direkap Dinkes

4 September 2013

Data Ukuran Kelamin Siswa Akan Direkap Dinkes

Dinas Kesehatan Kota Sabang mengatakan data tersebut digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan reproduksi remaja di Kota Sabang.

Baca Selengkapnya