TEMPO Interaktif, Jakarta - Kriteria penghargaan Adipura, penghargaan kota terbersih kini tidak semata berdasarkan pengelolaan sampah. "Dulu 100 persen fokus ke sampah. Tahun depan ditambah kualitas air dan udara," kata Deputi Bidang Tata Lingkungan Hidup Kementerian Lingkungan Hidup, Hermien Rosita dalam keterangan pers di kantornya, Kamis (26/8)
Proporsi penilaiannya: pengendalian cemaran udara (10 persen), pengendalian cemaran air (20 persen) dan pengendalian cemaran sampah (70 persen). Menurut Kementerian Lingkungan, standar baru ini dipakai karena yang lama sudah saatnya direvitalisasi. Jika ini baru dimulai 2011, itu karena Norma Standar Prosedur dan Kriteria serta Standar Prosedur Minimal bagi cemaran air dan udara baru selesai 2009.
Sebagai contoh penerapan kriteria baru tersebut, setiap kota akan dilihat berapa jumlah bengkel yang dapat menguji emisi. Kementerian juga juga akan meminta data kualitas air dan udara sebagai salah satu prasyarat mengikuti Adipura.
"Mungkin pada tahun-tahun pertama, penilaian tidak pada kulitatas lingkungan, tapi lebih ke gerakan menurunkan pencemaran di kota tersebut," ujar Hermin. Di tahun mendatang, ketika kesadaran meningkat dan validasi data lebih bagus, maka pemberian Adipura didasarkan data kualitatif.
Penduduk setempat, ia menambahkan, juga akan dilibatkan. Kota yang tidak mengikutsertakan masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan juga tak mungkin meraih Adipura.
Kementerian, diakui Hermien, banyak dihujani pertanyaan tentang kota penerima Adipura. Dengan adanya kriteria baru yang lebih ketat, ia berharap setiap kota akan bisa bersaing lebih fair. "Ada kemungkinan jumlah penerima tahun depan akan mengalami penurunan," ujar Hermien.
Dianing Sari
