Kaukus Penyelamat Bangsa Dinilai Tidak Tegas terhadap Pemerintahan Mega-Hamzah

Reporter

Editor

Selasa, 22 Juli 2003 15:34 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Kaukus Penyelamat Bangsa (KPB), yang anggotanya terdiri dari beberapa orang anggota DPR, dinilai sejumlah anggota Koalisi Nasional tidak tegas dalam menyikapi pemerintahan Megawati-Hamzah Haz. Koalisi Nasional, yang merupakan gabungan dari 45 elemen masyarakat dan mahasiswa, Jumat (7/2), menemui anggota KPB, di kantornya, di kawasan Senayan. Dari Koalisi Nasional, tampak hadir Dita Indah Sari, dan Haris Rusly Moti (PRD). Mereka ditemui beberapa orang anggota KPB, di antaranya, Marwah Daud Ibrahim (Fraksi Golkar), Alvin Lie (Fraksi Reformasi), Julius Usman dan Meilono Suwondo (Fraksi PDI-P). Dalam pernyataan sikap Koalisi Nasional yang dibacakan secara bergantian, mereka meminta Kaukus Penyelamat Bangsa memasang garis demarkasi yang jelas terhadap pemerintahan Mega-Hamzah. Walaupun KPB dipandang kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, seperti kenaikan BBM, tarif listrik, telepon dan divestasi Indosat, Koalisi Nasional menyayangkan KPB yang anggotanya juga anggota DPR yang notabene merupakan bagian dari institusi yang terlibat dalam perumusan kebijakan ekonomi dan politik pemerintahan Mega-Hamzah. Koalisi Nasional menilai jika KPB bersungguh-sungguh ingin menyelamatkan bangsa, maka KPB harus membersihkan dirinya dari sisa kekuatan Orde Baru, reformis gadungan, dan bergabung dengan kekuatan massa rakyat. Jika syarat diatas tidak mampu dipenuhi KPB, maka jelas KPB tidak lebih dari upaya kaum oportunis untuk menempatkan dirinya seolah-olah berpihak pada kepentingan rakyat miskin dengan memanfaatkan situasi ketidakpuasan massa rakyat demi kepentingan individu atau kelompok, begitu bunyi pernyataan sikap tersebut. Menanggapi hal ini, Julius Usman dari KPB menyarankan seluruh komponen masyarakat, termasuk yang tergabung dalam Koalisi Nasional untuk mengerahkan kekuatannya ke gedung parlemen (DPR/MPR). Daripada melakukan aksi ke Istana berhadapan dengan polisi, lebih baik ke parlemen. Kalau rakyat sudah tidak senang dengan Mega-Hamzah, ya, minta parlemen untuk mencabut mandatnya, kata Julius. Senada dengan Julius, Marwah Daud mengatakan, walaupun KPB merupakan bagian dari parlemen, mereka tidak bisa serta merta meminta diturunkannya pemerintahan Mega-Hamzah. Kami lebih cenderung Pemilu atau pemilihan Pesiden yang dipercepat, kata anggota Fraksi Golkar ini. Sementara itu, Meilono Suwondo kurang setuju jika pemerintahan Mega-Hamzah diturunkan sebelum Pemilu 2004. Memang kita menyadari tokoh-tokoh yang ada sekarang kurang didukung banyak orang. Bagaimana Ktua DPR (Akbar Tandjung) didemo setiap hari, dan Presiden (Megawati) didemo ke rumahnya, itu kan bukannya tidak ada artinya. Tapi,apa kita akan terus membangun tanpa sistem? Pemilu adalah salah satu jalan. Kalau Pemilunya dianggap tidak demokratis, ya, kita buat yang benar, tandas Meilono. (Dimas Adityo-Tempo News Room)

Berita terkait

Jerome Polin Luluskan Permintaan, Unggah Foto Dukung Irak Melawan Timnas U-23

1 menit lalu

Jerome Polin Luluskan Permintaan, Unggah Foto Dukung Irak Melawan Timnas U-23

Jerome Polin meluluskan permintaan netizen untuk memberikan dukungan kepada Irak agar Timnas U-23 menang lantaran dianggap pembawa sial.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Yordania Komplain ke Israel karena Truk Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Diserang

1 menit lalu

Kementerian Luar Negeri Yordania Komplain ke Israel karena Truk Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Diserang

Warga Israel yang tinggal di wilayah pendudukan, menyerang dua konvoi kendaraan pembawa bantuan kemanusiaan untuk warga di Jalur Gaza dari Yordania.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

2 menit lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

5 menit lalu

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

Korlantas Polri memastikan pelat nomor khusus kendaraan dinas berkode 'ZZ' harus tetap mematuhi aturan ganjil genap.

Baca Selengkapnya

Mengenal Serikat Pekerja Kampus: Pejuang Tercapainya Fungsi Pendidikan

7 menit lalu

Mengenal Serikat Pekerja Kampus: Pejuang Tercapainya Fungsi Pendidikan

SPK adalah serikat pekerja kampus mewadahi pekerja di bidang atau sektor pendidikan tinggi dengan meningkatkan kesejahteraan seluruh pekerja di kampus

Baca Selengkapnya

Jang Ki Yong Comeback Setelah Wamil, Jadi Ayah dalam The Atypical Family

9 menit lalu

Jang Ki Yong Comeback Setelah Wamil, Jadi Ayah dalam The Atypical Family

Drama terbaru Jang Ki Yong setelah wamil The Atypical Family akan tayang Sabtu-Minggu mulai 4 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Kontroversi Larangan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Awal Kasusnya

10 menit lalu

Kontroversi Larangan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Awal Kasusnya

Begini awal kasus munculnya larangan terhadap warung Madura untuk buka 24 jam.

Baca Selengkapnya

Ancaman dari Erupsi Gunung Ruang, 2 Desa Akan Dikosongkan Permanen

10 menit lalu

Ancaman dari Erupsi Gunung Ruang, 2 Desa Akan Dikosongkan Permanen

Sebanyak dua desa di Gunung Ruang di Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, bakal dikosongkan.

Baca Selengkapnya

Sidang Sengketa Pileg di MK: Ribuan Suara PPP dan PDIP Diklaim Berpindah ke Partai Lain

12 menit lalu

Sidang Sengketa Pileg di MK: Ribuan Suara PPP dan PDIP Diklaim Berpindah ke Partai Lain

PDIP dan PPP mengklaim ribuan suara pindah ke partai lain dalam sidang sengketa Pileg di MK hari ini.

Baca Selengkapnya

3 Tips agar Rumah Terhidar dari Kebakaran saat Musim Kemarau

14 menit lalu

3 Tips agar Rumah Terhidar dari Kebakaran saat Musim Kemarau

Berikut tiga tips yang dapat membantu mengurangi risiko kebakaran rumah dari dampak musim kemarau.

Baca Selengkapnya