Takut Gas Elpiji, Pakailah Biogas  

Reporter

Editor

Selasa, 13 Juli 2010 13:33 WIB

TEMPO/Prima Mulia

TEMPO Interaktif, MALANG - Di dapur sebuah rumah di Desa Slamparejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, tabung elpiji ukuran 3 kilogram dan 12 kilogram teronggok di dekat kompor gas. Dengan posisi terbalik, dua tabung gas itu dipenuhi debu. Penampangnya tertutup oleh jaring laba-laba.

Di dapur itu pula, si empunya rumah, Nyonya Suwasti sedang menjerang air. Juga di atas kompor gas. Nyala api di tungku berwarna biru. Menyembur dari seluruh lubang tungku. Bau kotoran sapi tercium dari gas yang hendak terbakar.

Gas yang dipakai Suwasti bukan elpiji. Gas itu adalah biogas dari kotoran sapi. "Lebih aman memakai biogas daripada elpiji," katanya kepada Tempo, Kamis pekan lalu (8/7).

Biogas adalah hasil fermentasi dari bahan-bahan organik, seperti kotoran manusia dan hewan dan limbah rumah tangga. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Karena tekanan gas metananya cukup rendah, biogas tak mudah meledak.

Selain aman, menggunakan biogas ternyata juga mengurangi pengeluaran dapur. Nyonya Suwasti kini tak perlu lagi membeli elpiji untuk keperluan memasak. Sebelum memakai biogas, ia harus mengeluarkan uang Rp 13 ribu setiap lima hari sekali untuk membeli elpiji ukuran 3 kilogram.

Nyonya Suwasti menggunakan biogas sejak enam bulan lalu setelah bertahun-tahun menggunakan minyak tanah dan kayu bakar. Setelah program konversi minyak tanah ke elpiji masuk ke desanya, ia beralih menggunakan elpiji ukuran 3 kilogram.

Di Kecamatan Jabung, tak hanya Nyonya Suwasti yang menggunakan biogas. Lebih dari 200 kepala keluarga yang menggunakannya, baik untuk keperluan memasak maupun untuk penerangan. Maklumlah, kecamatan yang terletak sekitar 20 kilometer dari arah timur Kota Malang menjadi salah satu sentra peternak sapi perah.

Data Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung mencatat jumlah sapi perah di Kecamatan Jabung 6.200 ekor milik 1.307 anggota koperasi yang berbasis sapi perah. Jumlah ini belum termasuk milik petani yang tak menjadi anggota koperasi.

Pengurus KAN Jabung memang yang menyarankan para anggota koperasi untuk membuat biogas. Saran ini diberikan agar petani mau menambah jumlah sapi perahnya. Sebelum ada biogas, petani enggan menambah jumlah sapi karena kesulitan membuang kotoran sapi.

Jumlah kotoran sapi yang dihasilkan memang cukup banyak. Seekor sapi indukan menghasilkan sekitar 20 kilogram kotoran setiap hari. Sedangkan untuk sapi anakan menghasilkan kotoran antara 10 hingga 15 kilogram setiap hari. Widodo, suami Nyonya Suwasti yang mempunyai empat ekor sapi indukan dan seekor sapi anakan harus membuang sekitar 120 kilogram kotoran sapi setiap hari.

KAN Jabung mulai memprogramkan biogas untuk anggotanya tahun 2003 bekerja sama dengan Dinas Peternakan Kabupaten Malang. Program ini dilanjutkan dengan menggandeng Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2006. Namun, setelah enam tahun program berjalan, tak banyak anggota yang berminat. "Karena, pembuatan biogas cukup mahal dan anggota harus membiayai sendiri," kata Ketua I KAN Jabung Wahyudi.

Program pembuatan biogas dijalankan lagi setelah KAN Jabung bekerjasama dengan HIVOS (organisasi nirlaba asal Belanda) dan SNV (organisasi pembangunan Belanda), November 2009. Dalam kerjasama ini, HIVOS dan SNV, selain menyediakan model digester atau kontruksi reaktor biogas juga mensubsidi petani.

Melalui program Biogas Rumah (Biru), HIVOS menawarkan lima ukuran digester, yaitu 4 M3, 6 M3, 8 M3, 10 M3 dan 12 M3. Biaya pembuatan biogas ukuran 4 M3 sekitar Rp 5,7 juta, 6 M3 sekitar Rp 6,3 juta, dan 12 M3 sekitar Rp 8,8 juta. Subsidi yang diberikan kepada petani sebesar Rp 2 juta. Sisanya, petani membayar ke KAN dengan cara mencicil.

Wahyudi mengatakan meski biaya pembuatan digester cukup murah, ada subsidi, dan pembayaran bisa diangsur, peminat biogas masih sedikit. Namun, setelah banyak kejadian kompor elpiji meledak, peminat biogas meningkat drastis. Data KAN mencatat dalam kurun waktu dua bulan terakhir sebanyak 61 anggota yang membuat biogas. "KAN mentargetkan tahun ini 250 anggota yang memakai biogas."

Anggota Kelompok Tani Usaha Maju II Desa Argosari, Kecamatan Jabung, juga membuat biogas atas inisiasi Enviromental Service Program USAID. Tercatat lebih dari 35 orang yang kini sudah memanfaatkan kotoran sapi untuk memasak dan penerangan.

Digester yang dibuat warga Argosari berbahan plastik dengan biaya pembuatan Rp 2 juta hingga Rp 2,5 juta. Meski tergolong murah, banyak warga yang tak sanggup. Ketua Kelompok Tani Slamet Daorini akhirnya membuat arisan biogas yang diikuti 25 orang. "Tiap bulan per orang setor Rp 75 ribu," kata Slamet

Warga Argosari sekarang tak hanya memanfaatkan biogas untuk kompor di dapur. Tapi juga untuk menerangi rumah dan lingkungan desa di malam hari. Sebagian warga memanfaatkan biogas untuk menggerakkan mesin penggiling padi. Bahkan seorang warga bernama Nanang Hendrianto berhasil memindahkan gas metan yang dihasilkan biogas ke dalam tabung LPG kemasan 3 kilogram.

Biogas juga booming di di Toyomerto, Oro-Oro Ombo, dan Giripurno, Kota Batu. Pembuatan biogas di Kota Batu bahkan sudah ada sejak hampir sepuluh tahun lalu. Tak heran jika pembuatan biogas di tiga kelurahan ini dijadikan sebagai proyek percontohan.

Potensi kotoran sapi untuk dijadikan biogas memang cukup besar di wilayah Malang. Juga di daerah-daerah lain di Jawa Timur. Data yang dihimpun HIVOS mencatat untuk wilayah Kabupaten Malang saja tercatat ada 11.500 petani susu perah. Jika dirata-rata setiap petani mempunyai tiga ekor sapi perah, maka potensi kotoran sapi yang bisa dipakai biogas sebanyak 172.500 ton per hari.

Besarnya potensi tersebut, membuat HIVOS dan SNV yang bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE) yakin akan keberhasilan Biogas Rumah (Biru). Untuk tahun ini saja di Kabupaten Malang, HIVOS dan SNV mentargetkan sebanyak 1150 biogas. "Sampai akhir tahun 2012 ditargetkan ada 8 ribu unit biogas yang sudah terbangun," kata Promo dan Public Relation Program Biru HIVOS Agi S Cakradirana.

Tentu 8 ribu biogas ini tak hanya untuk di Kabupaten Malang. tetapi juga di Wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Nusa Tenggaran Barat (NTB). "Selain untuk kepentingan lingkungan dan ekonomi, juga untuk kepentingan keselamatan jiwa. Biogas kan lebih aman," ujarnya.

BIBIN BINTARIADI


Berita terkait

Mengenal Bahan Bakar CNG yang Digunakan Taksi Bluebird, Diklaim Bisa Kurangi Emisi

12 Desember 2023

Mengenal Bahan Bakar CNG yang Digunakan Taksi Bluebird, Diklaim Bisa Kurangi Emisi

Sebanyak 3.200 unit armada taksi Bluebird menggunakan bahan bakar Compressed Natural Gas (CNG).

Baca Selengkapnya

PGN Test Drive Motor Bahan Bakar Gas, Hasilnya Mencengangkan

31 Maret 2023

PGN Test Drive Motor Bahan Bakar Gas, Hasilnya Mencengangkan

Harga BBG atau bahan bakar gas sama di semua tempat pengisian, yakni Rp 4.500 per liter setara premium ( LSP).

Baca Selengkapnya

Tarif BBG Naik, Transjakarta: Belum Ada Arahan Pemprov soal Tarif Layanan

13 Mei 2022

Tarif BBG Naik, Transjakarta: Belum Ada Arahan Pemprov soal Tarif Layanan

Kenaikan tarif BBG akan berdampak terhadap beban biaya operasi Transjakarta.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Aturan Lengkap PPKM, Tarif BBG Naik per 1 Mei

11 Mei 2022

Terpopuler Bisnis: Aturan Lengkap PPKM, Tarif BBG Naik per 1 Mei

Artikel mengenai aturan lengkap pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) tampak paling banyak dibaca. Ada juga tentang kenaikan BBG.

Baca Selengkapnya

Tarif BBG Resmi Naik per 1 Mei, Energi Watch: Masih Lebih Murah dari BBM

10 Mei 2022

Tarif BBG Resmi Naik per 1 Mei, Energi Watch: Masih Lebih Murah dari BBM

Kenaikan harga BBG tidak akan mengganggu proses transisi energi. Sebab, harganya lebih murah ketimbang BBM.

Baca Selengkapnya

DKI Diminta Segera Pakai Kendaraan Operasional Bahan Bakar Gas

13 September 2019

DKI Diminta Segera Pakai Kendaraan Operasional Bahan Bakar Gas

Penggunaan bahan bakar gas untuk kendaraan operasional pemda dan angkutan umum sesuai amanat Pergub Nomor 141 Tahun 2007.

Baca Selengkapnya

KPBB Sebut Lobi Solar Ingin Hilangkan Bahan Bakar Gas

28 Juni 2019

KPBB Sebut Lobi Solar Ingin Hilangkan Bahan Bakar Gas

Ahmad menduga terjadi lobi-lobi pebisnis kepada pemerintah agar menggugurkan aturan yang mewajibkan penggunaan bahan bakar gas (BBG).

Baca Selengkapnya

Jaga Kualitas Udara, Transportasi Resmi Asian Games Berbahan Bakar Gas

13 Juli 2018

Jaga Kualitas Udara, Transportasi Resmi Asian Games Berbahan Bakar Gas

Transportasi resmi Asian Games 2018 akan menggunakan kendaraan berbahan bakar gas.

Baca Selengkapnya

Jonan Resmikan 10.101 Jaringan Gas Rumah Tangga di Mojokerto

9 Februari 2018

Jonan Resmikan 10.101 Jaringan Gas Rumah Tangga di Mojokerto

Jaringan Gas di Kabupaten Mojokerto dan Kota Mojokerto dibangun karena berdekatan dengan dua sumur gas.

Baca Selengkapnya

Pertamina Bagikan 2.000 Converter Kit ke Nelayan

10 November 2017

Pertamina Bagikan 2.000 Converter Kit ke Nelayan

Pertamina menyatakan mendukung konversi bahan bakar minyak ke gas oleh nelayan.

Baca Selengkapnya