TEMPO Interaktif, Makassar - Selama sebulan, penjual baju kaus para peserta Piala Dunia 2010 di Makassar mendapat keuntungan melimpah, mencapai puluhan juta rupiah. Penggemar bola banyak memburu baju kaus sejak pembukaan Piala Dunia sampai babak semifinal.
Ada banyak tempat penjualan baju kaus Piala Dunia, seperti di Mal Panakkukang, Mal Graha Tata Cemerlang (GTC), Karebosi Link, Mal Ratu Indah (MaRI), dan Supermarket Serba Murah. Banyak pula berjualan di pinggir Jalan Boulevard, AP Pettarani, Dr Ratulangi dan di Pantai Losari.
Penjual baju bola, Bintang Shop di Mal GTC yang menyediakan kostum dan pernak-pernik Piala Dunia Afrika Selatan mampu meraih omzet sekitar Rp40 juta selama sebulan. Di gerai ini, kata Abdul Hadi, pemilik gerai, laris terjual baju kaus peserta favorit juara seperti Argentina, Italia, Brazil, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Jerman. “Baju-baju itu sangat laris sejak kami menjualnya,“ katanya.
Sementara baju tim Uruguay, Paraguay, Amerika dan lainnya kurang diminati. “Baju tim tuan rumah sangat laris di awal, “ ucapnya.
Dia menyiapkan sekitar 2.600 lembar baju kaus dengan modal sekitar Rp100 juta. Setiap baju kaus dijual antara Rp50 ribu - Rp150 ribu per potong. “Semua peserta negara Piala Dunia kami sediakan disini, “ ujar Dia.
Ia mengatakan, keuntungan kotor yang didapatkannya mencapai Rp40 juta, belum dipisahkan dari biaya operasional, sewa tenan, gaji pegawai, dan pembelian plastik pembukus baju. “Laba bersih kami sekitar Rp10 juta,“ katanya lagi.
Hadi menambahkan, meski hanyak tim unggulan yang sudah berguguran, seperti Argentina, Brasil, Italia, dan Inggris, tapi masih banyak yang mencarinya. Dia tidak khawatir karena tetap akan dicari meskipun Piala Dunia telah usai.
Kondisi sedikit berbeda dialami penjual lapak di pinggir Jalan Boulevard Makassar. Baju kaus tim yang gugur kurang diminati, sebaliknya empat tim yang masuk semifinal semakin laris. "Disini banyak orang cari tim-tim yang lolos semifinal. Kalau tim yang gugur sudah jarang yang cari, " kata Fadly Arifin, pemilik lapak itu.
Fadly mengatakan menjual baju bola tiga hari sebelum pembukaan Piala Dunia di sekitar Lapangan Karebosi. Karena kurang pembeli, dia pindah menjual ke Jalan Boulevard.
Di tempatnya, hanya baju tim Paraguay dan Uruguay yang tidak ada. Sebelumnya sempat menjual selusin baju kaus tim Paraguay. Dia mengaku baju yang paling laris adalah tim Argentina, tapi sejak Messi dan kawan-kawan kalah dari Jerman, jadi sepi peminat. Saat ini masih ada stok baju kaus tim Argentina.
Fadly mengatakan dalam sehari mampu menjual baju kaus dan t-shirt kemeja model polo hingga mencapai Rp7 juta, dan terrendah Rp3 juta. "Modal awal saya hanya Rp2,5 juta. Itu saya putar terus hingga keuntungan saya sampai saat ini sudah mencapai Rp20 juta," kata pria yang sudah berdagang baju sepakbola sejak 1990-an di Lapangan Karebosi dan Stadion Andi Mattalatta.
Dijelaskan pula, sejak adanya tiga lapak serupa di Jalan AP Pettarani dan Panakkukang sangat mempengaruhi laju omzetnya. "Dia menjadi saingan saya dan menjatuhkan harga, " ujarnya. Harga bajunya dibanderol antara Rp20 ribu - Rp125 ribu per lembar.
Lain halnya dengan tenan PT Indomarco yang berada di Kafe Carita Hotel Clarion Makassar, Rumah Kopi, dan Karebosi Link yang hanya menyediakan baju FIFA dan baju bergambar logo tuan rumah Piala Dunia Afrika Selatan. Hingga menjelang akhir perhelatan akbar ini, kata Faisal Anas, penanggungjawab tenan Karebosi Link, pihaknya terpaksa membanting harga baju dan aksesoris Piala Dunia 2010 Afrika Selatan.
Ia mengatakan sudah ribuan baju yang didrop dari Surabaya, tapi yang terjual hanya 20 - 40 lembar per hari. "Kami diskon 50 persen, " katanya. Harga normal Rp100 per lembar, kemudian diturunkan menjadi Rp65 ribu. Sampai sekarang dia belum mengetahui berapa besar keuntungan yang didapatkannya.
ABD AZIS