TEMPO Interaktif, Bandung - Warga sejumlah kecamatan di Kabupaten Bandung menggelar aksi mengumpulkan koin yang akan diserahkan pada Gubernur Jawa Barat untuk membantu perbaikan Sungai Citarum.
“Kami bukan melecehkan pemerintah, tidak sama sekali. Kami ingin mendorong, nih kami mampu seperti ini, tolong bantu pelaksanaan normalisasi Sungai Citarum,” kata perwakilan warga, Edi Yusuf, yang juga menjadi korban banjir tahunan sungai itu, Senin (28/6).
Koin itu mulai dikumpulkan sejak 5 Juni lalu, bersamaan dengan perayaan Hari Lingkungan Hidup. Total koin yang terkumpul dari warga korban banjir Sungai Citarum itu sudah menembus Rp 1 juta. Koin yang rata-ratanya Rp 500 itu dibawa dalam satu kantong kain. Kumpulan koin itu sengaja dibawa dalam aksi unjuk rasa warga Andir, Baleendah, dan Dayeuhkolot dari Kabupaten Bandung dalam aksi unjuk rasa mereka di depan Gedung Sate, Bandung.
Edi mengatakan sekitar 50 orang perwakilan warga korban banjir Sungai Citarum di Kabupaten Bandung sengaja datang berunjuk rasa agar bisa bertemu Gubernur untuk memberikan koin itu. Lewat pemberian itu, paparnya, warga ingin menunjukkan bahwa masyarakat bisa berswadaya mengumpulkan uang untuk membantu perbaikan Sungai Citarum.
“Walau pun nominalnya tidak seberapa, itu untuk mendorong para pengurus kebijakan. Karena selama ini sungai ini katanya bukan milik kabupaten, bukan milik provinsi, tapi pusat,” katanya.
Edi mengatakan keinginan warga sederhana. Warga, katanya, hanya ingin hidup normal sebagai warga Indonesia yang lainnya yang bisa menikmati hidup yang layak. Warga mengingnkan pemerintah agar segera mengerjakan normalisasi sungai itu dengan cara dikeruk serta melakukan penataan lingkungan di sepanjang bantaran sungai itu.
Warga meminta agar tidak lagi dilakukan penyodetan dan pelurusan sungai karena itu yang menjadi pangkal penyebab banjir hebat akibat meluapnya sungai itu akhir-akhir ini.
Warga yang selama ini menjadi korban banjir sungai itu menolak rencana relokasi yang didengungkan pemerintah. Edi beralasan pemerintah belum maksimal mengerjakan rekonstruksi atau normalisasi sungai itu.
Normalisasi yang selama ini rutin dilakukan, kata Edi, sudah terbukti pengaruh signifikannya terhadap banjir sungai itu. Kegagalan normalisasi itu ditudingnya karena tidak dibarengi usaha pemerintah untuk memelihara sungai itu. Menurut Edi, lain lagi ceritanya jika ternyata normalisasi tidak bisa menyelesaikan banjir Citarum.
Edi mengatakan, tahun ini saja ada ribuan warga yang rumahnya berdekatan dengan Sungai Citarum menjadi korban banjir. Di Kelurahan Andir tempatnya tinggal, papar Edi, tercatat ada 7 ribu keluarga dari 10 RW yang rumahnya terendam banjir setinggi lebih dari 1 meteran.
Banjir Sungai Citarum tahun ini terjadi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bandung. Kendati banjir sudah surut, masih menyisakan persoalan lumpur yang tertinggal. “Ada yang tebalnya sampai 1 meteran,” katanya.
Warga gagal bertemu Gubernur. Perwakilan pengunjuk rasa akhirnya ditemui oleh sejumlah anggota DPRD Jawa Barat dari Komisi D. Kumpulan koin yang digembol dalam tas kain ditaruh di tengah-tengah ruang pertemuan komisi.
Wakil Ketua Komisi, Memo Hermawan, menjanjikan akan memfasilitasi pertemuan perwakilan warga dengan Gubernur pada Senin (5/7) pekan depan. “Kami mohon yang datang cukup perwakilannya saja,” kata Memo.
Gembolan kain berisi koin yang dikumpulkan warga korban banjir itu kembali dibawa pulang warga. Edi mengatakan warga akan terus menggelar aksi pengumpulan koin yang idenya serupa saat membantu Prita membayar denda yang dijatuhkan hakim atas kasus pencemaran nama baik Rumah Sakit Omni Internasional. “Kalau mau membantu (mengumpulkan) koin itu sangat bagus, karena Citarum milik semua orang,” kata Edi.
AHMAD FIKRI