Ombak Tiga Meter, Nelayan Pantai Selatan Yogya Nekat Melaut

Reporter

Editor

Minggu, 30 Mei 2010 10:04 WIB

TEMPO Interaktif, Bantul - Para nelayan di pantai selatan Yogyakarta masih nekat melaut meskipun ketinggian ombak mencapai tiga meter. Selain itu angin di laut mempunyai kecepatan mencapai 9 hingga 18 kilometer perjam. Para wisatawan yang mengisi liburan di sepanjang pantai selatan diminta hati-hati.

“Meskipun ombak tinggi dan angin kencang, sebagian nelayan tetap melaut, karena ini satu satunya pekerjaan,” kata Misto, 39 tahun, nelayan Pantai Depok, Parangtritis, Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (30).

Para nelayan yang nekad melaut pun hanya mendapatkan ikan sedikit. Saat melaut mulai pukul 05.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB rata-rata hanya mendapatkan ikan dengan harga jual Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu saja.

Ia menjelaskan, ombak yang tinggi memang sangat berbahaya bagi perahu kecil milik nelayan. Disamping itu, angin yang kencang membuat nelayan harus ekstra keras melawan ombak dan kadang melawan angin yang tidak menentu arahnya.

Ikan pun ternyata tidak banyak yang “berkeliaran” di laut selatan jika ombak tinggi dan angin kencang. Para nelayan yang enggan melaut hanya menyandarkan perahu atau memperbaiki jaring.

Advertising
Advertising

Menurut Misto, keadaan seperti ini mengakibatkan paceklik ikan. Para nelayan mengalami siklus musim paceklik ikan hingga Agustus mendatang. Selain ada yang takut ombak dan angin kecang, dikhawatirkan perahu dan jaring mudah rusak jika dipaksakan.

Sementara itu, Fahmi Alamri (20), calon mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta asal Sulawesi Tengah yang tenggelam di Pantai Depok, Parangtritis, Jumat (28/5) sekira pukul 17.30 WIB, akhirnya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa, pada Sabtu (29/5). Mayatnya ditemukan oleh seorang nelayan di Pantai Pandansari, Dusun Wonoroto, Desa Gadingdari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, atau sekitar 5 kilometer arah barat dari lokasi kejadian.

”Mayat sudah mengambang pada Sabtu pukul 16.30 WIB saat saya menjaring ikan, terus saya lapor ke Tim SAR,” kata Mujiyono, nelayan setempat.

Setelah dilakukan evakuasi dan identifikasi jenasah oleh Unit Identifikasi Polres Bantul dan visum luar oleh petugas medis dari Puskesmas Sanden, jenasah dikirm ke RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta guna keperluan visum lebih lanjut. Jasad Fahmi dikenali oleh temanya, Anton.

Menurut Nugroho Purwanto, satf Data dan Informasi Kantor Satsiun Geofisika Kelas I, Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika Yogyakarta, tinggi ombak di panati selatan Yogyakarta mencapai 3 meter. Sedangkan kecepatan angin mencapai 18 kilometer per jam “Kecepatan angin akan meningkat menjadi 18-26 kilometer perjam pada Senin (31/5),” kata dia.

Tinggi gelombang dan kecepatan angin dipengaruhi oleh musim pancaroba. Diperkirakan musim kemarau akan tiba pada dasarian kedua bulan Juni. Meskipun sudah masuk pada musim kemarau, kata dia, bukan berarti tidak ada hujan. Hujan di musim kemarau akan tetap ada meskipun intensitasnya tidak sebanyak musim hujan. "Kalau musim hujan rata-rata 50 milimeter per sepuluh hari, namun pada musim kemarau pasti di bawah angka itu,” kata Nugroho.

MUH SYAIFULLAH


Berita terkait

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

7 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

10 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

11 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

14 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

15 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

21 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

25 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

33 hari lalu

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

43 hari lalu

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

45 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya