TEMPO Interaktif, Jakarta:Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol Edward Aritonang menegaskan, dugaan adanya lima kelompok sebagai pelaku pengeboman Wisma Bhayangkari Mabes Polri itu baru sebatas analisis. Pernyataan ini menanggapi pemberitaan media yang mengutip pernyataan Kepala Dinas Penerangan Polda Metro Jaya Kombes Pol. Prasetyo soal pelaku pengeboman di WIsma Bhayangkari. Setelah saya cek, Pak Prasetyo mengatakan itu hanya kemungkinan, ujar Aritonang kepada wartawan di Mabes Polri, Rabu (5/2). Menurut Aritonang, polisi hingga saat ini masih sebatas melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara dan para saksi. Aritonang mengungkapkan kekecewaannya karena ledakan di Mabes Polri ini membuat masyarakat merasa tidak aman. Tidak hanya bagi internal Polri. Karena itu, kami berusaha mengungkap secepatnya agar tidak terjadi keresahan, tuturnya. Aritonang juga mengingatkan semua saksi yang diperiksa polisi belum bisa disimpulkan bahwa mereka akan jadi tersangka. Kata dia, pemeriksaan saksi itu merupakan prosedur biasa untuk meminta keterangan saksi mata. Dari sinilah polisi akan menelusuri pelakunya. Dari lokasi kejadian, polisi memang menemukan sidik jari. Namun, hingga kini belum teridentifikasi orangnya. Ketika ditanya soal sanksi bagi Tim Gegana Mabes Polri yang dinilai lamban menjinakkan bom, Aritonang enggan berkomentar. Ia mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan, setelah dievaluasi, memang ada beberapa kelemahan sehingga terjadi ledakan. Mengenai pesan politik dari ledakan itu, Aritonang menjelaskan, pernyataan itu dilontarkan Kapolri Jenderal Pol. Da'i Bachtiar kepada Komisi II DPR karena menanggapi permintaan anggota Dewan yang meminta agar polisi memperhatikan pesan politik di balik pengeboman itu. Jadi bukan pernyataan yang menyimpulkan adanya pesan politik dalam pengeboman di Wisma Bhayangkari, tambahnya. (Eduardus Karel DewantoTempo News Room)